CEKLEK!Pintu kamar mandi terbuka perlahan membuat Ethan yang sedang asyik mengunyah makanan menoleh cepat. Megan keluar pelan-pelan dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya yang basah. Fokus perhatiannya tertuju pada kamar tempat Megan meninggalkan Ethan tadi. Melihat pintu kamar terbuka lebar, Megan berharap pria itu masih berada di dalam sana.Megan pun menoleh ke meja dapur. Pandangan mata Megan bertemu dengan mata Ethan . Pria itu menelan paksa makanan yang belum selesai dikunyahnya dan tersedak dengan sukses. Ethan panik sambil memegangi lehernya karena makanan yang tersangkut di tenggorokannya.UHUK! UHUK! UHUK!Megan yang melihat Ethan kelimpungan, segera mengambil gelas dan mengisinya dengan air minum. Tanpa merasa takut atau curiga pada Ethan, Megan segera mendekatkan gelas air itu ke bibir Ethan. Hati Megan yang baik mendorongnya untuk berusaha membantu meredakan batuk Ethan.“Pelan-pelan minumnya,” ucapnya lembut.Ethan seperti terhipnotis suara Megan dan perlahan me
Megan masih terdiam memikirkan pilihan yang terbaik untuknya. Sebenarnya Ethan tidak memberinya pilihan sama sekali. Pria itu menuntut Megan mengikuti keinginannya. Pada akhirnya keputusan apapun yang diambil Megan, hanya akan membuatnya tetap bersama pria itu.“Baik. Aku terima syaratmu. Tapi berjanjilah tiga hal padaku,” pinta Megan sambil menatap tajam mata gelap Ethan.“Apa?” Ethan balik bertanya dengan perasaan gembira membuncah di dadanya. Perlahan tapi pasti, Megan akan jatuh ke dalam pelukannya.“Pertama, kau harus menepati janjimu untuk mengantarku pulang setelah tiga hari. Kedua, kau tidak boleh menyentuhku. Ke--.”“Apa?!” jerit Ethan melotot kaget mendengar permintaan Megan. Pria itu langsung memotong kata-kata Megan setelah mendengar permintaan keduanya.Kening Megan mengerut mendengar interupsi Ethan yang wajahnya mulai memerah. Melihat raut wajah Megan yang cemberut, ekspresi wajah Ethan berubah dengan cepat. Jangan sampai Megan ngambek atau usaha dan kesabarannya sampai
Ethan mengelus pipinya yang terasa panas akibat tamparan Megan. Tadi, pria itu belum bisa berhasil dan memutuskan membuka punggung Megan. Di luar dugaannya, Megan justru menoleh ke belakang. Hal itu mengundang Ethan untuk mendekat ke Megan. Tentu saja Ethan harus menerima ganjaran atas perbuatannya yang tiba-tiba mengejutkan Megan. "Aku nggak ada maksud apa-apa," lirih Ethan sambil membalik tubuhnya membelakangi Megan. "Tolong jangan--." "Tidurlah. Aku sudah meminjam 'kan?" sambar Ethan lalu memejamkan matanya. Megan menghela napas lega sebelum berbalik membelakangi Ethan kembali. Kedua sama-sama menutup mata dan biarkan alam mimpi menarik mereka lebih dalam. ***Derap langkah beberapa orang membuat Megan menoleh ke arah asal suara. Tampak bayangan hitam berjajar rapi terus berjalan melewati Mega tanpa berhenti. Setelah bayangan hitam itu menghilang, Megan melihat cahaya di jarak. Warna putih yang menyilaukan perlahan mendekati Megan. Salah satu tangan Megan mengangkat menahan s
Megan tercekat saat mendengar keputusan Pak Edi untuknya dan Ethan. Sebuah keputusan tanpa bertanya bagaimana pendapat Megan terlebih dahulu. Tetapi wanita itu tidak memiliki kuasa untuk menghentikannya. Bukti dan saksi sudah jelas mengatakan apa yang sedang dipikirkan warga kampung saat memergoki Megan dan Ethan.Sangat berbeda dengan Megan, Ethan justru merasa sangat bahagia dengan keputusan Pak Edi. Tujuannya akan segera tercapai dan Megan akan menjadi miliknya selamanya. Dia sama sekali tidak memikirkan apa Megan akan bahagia atau tidak bersamanya. Di lubuk hatinya, Ethan memuji Adam dan mengira kalau semua itu adalah rencananya.“Aku harus bicara pada Adam. Rencananya sangat luar biasa. Aku bahkan tidak bisa memikirkan bisa menikahi Megan dengan cara seperti ini,” pikir Ethan saat Pak Edi memintanya bersiap-siap untuk menikah.Pernikahan dadakan itu membuat Ethan tidak bisa mempersiapkan mas kawin untuk Megan. Dia bahkan tidak bisa meminta Adam membeli baju pengantin dan cincin u
“Lalu rencana siapa?” tanya Ethan heran.“Tuan, kita tinggal di kampung yang masih sangat sensitif untuk urusan tinggal bersama antara pria dan wanita. Apalagi Tuan dan Megan sudah kepergok oleh warga kampung di dalam kamar yang sama. Sesuai dengan adat mereka, Tuan memang harus dinikahkan dengan Megan,” jelas Adam yang tidak mau mengambil keuntungan menerima pujian dari Ethan.“Lalu apa rencanamu sebenarnya?”“Saya berpura-pura menjadi perampok dan mengganggu Megan. Saat itu, Tuan langsung datang dan menghajar saya. Dengan begitu, Tuan bisa dianggap pahlawan penyelamat oleh Megan. Bukankah korban selalu jatuh cinta pada penyelamatnya?” Adam mengatakan rencananya dengan ekspresi wajah dingin.Ethan menggebrak meja dengan keras sampai cangkir kopi di depannya bergejolak. Sebagian kopi itu pun tumpah mengotori meja. Pria itu mengumpat pada Adam dan mengatakan kalau rencana Adam itu sangat bodoh.“Aku sudah menyelamatkannya dari pedagang wanita sialan itu, tapi apa?! Apa?!” Ethan mencebi
Memikirkan tentang malam pertama pernikahan membuat wajah Megan memerah. Dia mengayunkan kuat-kuat lalu slap kedua pipinya. Tekadnya harus kuat untuk mempertahankan pendapatnya tentang pernikahan yang tidak sah. Ethan tidak boleh meminta haknya sebagai suami Megan. “Aku harus tetap bertahan. Pernikahan kami tidak sah,” gumam Megan sambil terus melipat pakaian bersih. Terlalu asyik melamun membuat Megan tidak menyadari kehadiran Ethan. Pria itu baru saja pulang dari Villa Pesona Biru. Dia menjadikan vila itu tempat kerjanya dan mengatur Wibisana Corp. dari sana. Dengan sedikit pengaturan dari Adam, semua orang saat ini mengira kalau Ethan sedang berada di luar kota.melihat gadis yang dinikahinya tadi pagi sedang melipat pakaian membuat Ethan menatap dalam. Senyum tipis malu-malu wajah cantik Megan. Sederhana dan polos tanpa sapuan make up tebal dengan warna mencolok. Megan terlihat sangat berbeda dengan wanita-wanita cantik yang menemani Ethan setiap malam. Ethan memperhatikan pena
Megan menurunkan kecepatan makannya saat mendengar ucapan Ethan barusan. Dia mulai gugup lagi dan akhirnya menghentikan makannya. Gadis itu melirik Ethan yang sudah menatapnya.“Kenapa berhenti makan? Nasinya nggak enak?” tanya Ethan tanpa rasa bersalah.“Pernikahan kita belum sah, mas. Aku nggak bisa memuaskan kamu,” ucap Megan takut sekaligus bingung.“Lalu?” Ethan balik bertanya sambil menghabiskan suapan terakhir makanan di mulutnya.“Tunggu dulu. Kita sedang bicara hal yang sama kan?” tanya Ethan sambil menaik turunkan alisnya.“Aku tahu maksudmu dengan ‘harus memuaskan’ itu. Ayah dan ibuku seringkali bicara seperti itu di tengah malam. Terus aku dengar suara tempat tidur berderit. Seperti ada orang yang naik dan turun dari atas tempat tidur. Habis itu ibuku berdesis kayak orang kepedesan. Ayah juga tiba-tiba teriak gitu seperti ada yang nyubit pinggangnya. Paginya, aku lihat ibu sudah keramas. Ayah juga senyum-senyum terus. Itu ‘kan yang namanya memuaskan?”Ethan melongo mendeng
Sesampainya di vila, Megan tidak sempat melihat hal lain kecuali mengurus Ethan dan Adam yang terluka. Gadis itu mengikuti bodyguard yang menuntun kedua pria itu masuk ke dalam villa. Megan sudah tidak peduli dengan pakaiannya yang terkena darah Ethan. Sampai di sebuah kamar, Ethan segera dibaringkan di atas tempat tidur. Tidak ada seorangpun yang langsung mengambil tindakan untuk menghentikan pendarahan di luka Ethan. Dua orang pengawal yang membantunya tadi hanya berdiri diam di pinggir tempat tidur. “Kalian kenapa diam saja? Cepat panggil dokter!” jerit Megan kesal. Sesungguhnya Megan tidak perlu berteriak seperti itu. Segera setelah dikonfirmasi ada serangan terhadap Ethan, Joshua langsung dijemput dan sekarang sedang dalam perjalanan menuju Villa Pesona Biru.Melihat pengawal kedua itu masih lempeng saja, tidak mau berbuat apa-apa membuat Megan jengkel. Dia lalu mendekati Ethan dan mulai membuka kancing kemeja pria itu satu persatu. Tanpa merasa takut atau takut melihat luka y