Share

Malam Pertama

Tio langsung masuk ke dalam kamar Reva dimana Reva sedang menenggelamkan diri di bawah selimut. Reva terkejut melihat suaminya masuk ke dalam kamar.

"Mau apa kamu ke sini?" tanya Reva.

Tio tak menjawab kemudian menghampiri Reva yang masih berselimut. Dia menyibakkan selimut Reva lalu memeluk Reva dengan sangat erat. Kemudian menciumi Reva dengan begitu ganas sampai membuat Reva merasa diperkosa sama suaminya sendiri. 

"Apa-apaan kamu, Tio? Kamu seperti orang gila saja," sentak Reva.

"Kenapa aku? Aku hanya ingin mendapatkan hakku sebagai suami. Aku masih jadi suami kamu. Jangan mengira aku membawa istri baru kemudian kamu dengan mudah melepaskan diri dariku. Kamu masih wajib melayani aku, Reva," balas Tio.

Reva merasa ngeri dengan suaminya sendiri. Meskipun masih suami istri bukankah Reva menolak jika harus diduakan. Dia tidak ingin lagi bersama dengan Tio karena merasa jijik. Bukannya merasa bersalah malah Tio seperti kesetanan. 

"Aku sudah tidak mau sama kamu. Aku ingin kita bercerai saja. Tetapi setelah itu kita jual rumah ini dan aku bisa mendapatkan hak yang harusnya memang menjadi milikku," tolak Reva.

"Kamu mau bercerai aku tidak. Keputusan ada di tanganku, Reva. Kalau aku tidak menjatuhkan talak maka kamu tidak akan bisa berpisah sama aku,'' jawab Tio.

"Kenapa tidak? Aku bisa mengajukan ke pengadilan. Untuk apa mempertahankan suami yang tidak bekerja? Setiap hari meminta uang. Dan ternyata uang itu hanya untuk membiayai perempuan lain yang akhirnya dinikahi secara siri. Dan dibawa pulang ke rumah yang jelas rumah ini masih menjadi rumah kita. Di sini siapa yang jahat?" Reva tidak mau kalah.

"Jadi kamu anggap aku jahat? Aku hanya ingin mendapatkan hak sebagai suami. Layani aku malam ini. Karena aku mau berhubungan denganmu, Reva. Buka bajumu sekarang juga!" perintah Tio.

"Aku sudah tidak sudi berhubungan dengan laki-laki yang sudah menyentuh perempuan lain."

"Kalau tidak aku akan memaksa kamu, Reva," ancam Tio.

Reva benar-benar tidak habis pikir. Dia bangkit dan mencoba untuk mengusir Tio dari kamarnya. "Pergi dari kamar ini kamu, Tio. Aku besok akan mengajukan cerai ke pengadilan. Dan kamu harus setuju untuk menjual rumah ini dan kita bagi dua uangnya." Reva mendorong Tio. Dia memiliki kekuatan cukup untuk mendorong Tio keluar.

Tio yang hanya bermasalah nasi goreng tak bisa melawan Reva. Dia tahu kalau istrinya itu memiliki ilmu silat dan akan digunakan ketika dibutuhkan seperti sekarang ini. 

"Tidak. Kamu hanya perlu ingat kalau rumah ini atas namaku. Kalau pun aku menjual aku akan gunakan uang itu untuk keperluan ku," teriak Tio dari luar kamar Reva.

"Jangan egois kamu! Rumah ini kita bangun sama-sama. Aku juga punya andil di rumah ini. Jangan seenaknya kamu mengambil hakku," tolak Reva. Dia tidak terima dengan ucapan Tio yang tak lagi menjawab ucapannya.

Reva merasa geram dengan Tio. Rumah itu adalah hasil jerih payah mereka berdua. Dulu memang Reva meminta agar Rumah tersebut atas nama Tio saja. Tak ada bayangan sebelumnya jika mereka akhirnya harus berjalan seperti ini. Apapun yang terjadi Reva akan terus memperjuangkan haknya.

Esok harinya, Reva bekerja dengan yang sebelumnya adalah bawahannya. Tetapi semua sama. Reva sudah menjadi karyawan biasa. Tetapi tidak masalah yang penting dia memiliki penghasilan daripada tidak memiliki pemasukan sama sekali. Apalagi setelah ini dirinya akan berpisah dengan Tio. Tentu dia harus berjuang sendiri.

Reva bekerja dengan cukup giat. Meskipun beberapa teman kerja nya masih nyaman memanggil Reva dengan panggilan ibu. Tetapi berkali-kali Reva menyampaikan kalau sekarang mereka sama. Tidak ada bawahan dan atasan. Reva dari dulu memanG bersikap santun kepada siapa pun. Sehingga membuat dirinya begitu disegani oleh rekan kerjanya.

Sementara itu Tio di rumah sudah sangat kesal. Hasratnya tak tersalurkan selama beberapa hari membuat kepala nya sakit. Meminta kepada Mila tak bisa begitu juga dengan Reva yang sudah mantap untuk mengakhiri hubungan mereka.

Sebenarnya Tio tak rela jika harus berpisah dari Reva. Baginya Reva adalah perempuan terbaik. Dari segala sisi apapun. Tetapi cintanya kepada Mila membuat dirinya buta. Tak ada yang bisa dilakukan. Tio ingin terus mempertahankan pernikahannya dengan Reva.

Mila tiba-tiba keluar dari kamarnya. "Aduh, kenapa rumah ini sangat kotor? Kenapa kamu tidak membersihkan rumah?" 

Tio menoleh. "Bukannya yang membuat sampah itu kamu? Harusnya kamu yang bersihkan lah! Reva saja sudah membersihkan dapur padahal bukan dia yang membuat rusuh."

"Oh, jadi kamu membela istri kamu itu? Mas, dengar ya! Rumah besar itu biasanya ada pembantunya. Ini masa yang punya rumah yang bersihkan. Bilang sama Mbak Reva jangan pelit jadi orang!" ketus Mila.

"Aku capek berdebat terus sama kamu. Kapan kamu mau melayani aku? Aku sudah pusing," keluh Tio.

"Sudah aku katakan kalau aku mau melayani kamu jika kita menikah secara negara. Nanti kalau ada apa-apa aku bisa punya pegangan. Bisa-bisa kamu tinggalin aku kalau aku punya anak siapa yang mau membiayai?" jawab Mila.

"Oke, nanti aku akan menikahi kamu secara negara, tetapi kamu belajar untuk mengurus rumah seperti Reva. Dia orangnya rajin. Nggak pernah rumah kotor meskipun dia bekerja," sahut Tio.

"Enak saja kamu samakan aku dengan Mbak Reva. Aku nggak mau melakukan itu. Kalau mau ya bayar pembantu," tolak Mila.

"Rumah ini akan aku jual, jadi kita pindah dari rumah ini," ucap Tio.

Mila termenung sejenak. Kalau rumah sebesar ini dijual tentu akan punya banyak uang. Dan dia bisa menikmati hasil penjualan rumah itu. "Serius kamu mau jual rumah ini?"

"Iya."

Mila begitu senang mendengar ucapan Tio tersebut. Dia kemudian dengan senang hati melayani Tio yang sudah haus akan berhubungan. Mila juga memberikan tubuhnya kepada Tio dengan janji kalau uang hasil penjualan rumah sebagian besar diberikan kepadanya.

Hari itu menjadi malam pertama bagi mereka berdua. Tio bisa menyalurkan hasratnya kepada istri barunya yang memang masih perawan. Tio merasa lega, meskipun dia tidak yakin dengan janji yang dia buat kepada Mila. Yang jelas saat ini dia bisa menikmati tubuh Mila.

"Kok cuma sebentar sih? Aku mau lagi,'' keluh Mila.

"Sudah kan? Memang kamu bisa kuat lagi?" tanya Tio.

"Ternyata enak. Kalau tahu begitu dari kemarin menikah aku sudah mau, Mas,'' ucap manja Mila.

Tio sudah kelelahan sehingga dia tidak menyanggupi permintaan Mila. Dia tertidur di samping Mila.

*

Di kantor, Reva masih memikirkan keputusannya untuk menggugat cerai Tio. Tetapi pekerjaan di kantor hari ini cukup padat. Sehingga dia sepertinya belum bisa izin ke luar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status