Home / Romansa / Tamu Di Rumah / Menggoreng Telur

Share

Menggoreng Telur

Author: Akina
last update Last Updated: 2022-09-26 19:50:41

Tio menelan saliva. Melihat Mila makan ayam krispi membuat perutnya meronta. Tetapi apalah daya dia tidak diberikan walaupun sesuap. Tio kembali ke dapur. Dia mencoba untuk menggoreng telur. Dia ambil telur di dalam kulkas dan memanaskan wajan dengan minyak cukup banyak. Tio bingung bagaimana memecahkan telur. Lantas dia memukulkan Telur dan pecah berceceran di lantai. Dia mencoba lagi sampai Telur enam habis dan tak bersisa lagi.

Tio sudah lelah tak bisa makan telur dan memilih untuk pergi dari dapur dan menunggu Reva mungkin membawa makanan sepulang dari kantor.

*

Sepulang Reva bekerja, dia tidak membawa apapun. Begitu masuk ke dalam rumah dia terkejut melihat rumahnya sangat berantakan. Banyak sampah dan bungkus makanan berserakan di lantai. Reva menghela napas. Dia malas membicarakan masalah ini. Lalu dia melihat Tio sedang duduk di depan televisi. "Kamu sudah pulang, Rev? Kamu bawa makanan tidak?" tanyanya. 

"Tidak," jawab Reva kemudian berlalu meninggalkan Tio. Dia melirik ke arah dapur sangat kotor dan juga menjijikkan. Pecahan telur, bekas kopi yang tumpah dan banyak lagi. Reva tidak menyangka rumahnya akan sekotor ini. Baru juga tamu di rumah satu hari sudah seperti ini keadaannya. Padahal sebenarnya Reva sangat tidak suka jika rumahnya kotor. Karena sangat lelah, Reva menuju ke kamarnya di lantai atas. Dia berharap tidak menyentuh ruangannya di lantai atas. Cukup lantai bawah saja yang dibuat seperti itu.

Reva cukup bersyukur di lantai atas bersih sama seperti saat berangkat bekerja. Tetapi kenapa kekacauan terjadi di lantai bawah. Ngapain saja Mila dan Tio di rumah. Kenapa bisa rumah sekotor itu. Begitu batin Reva.

Reva kemudian membersihkan diri, rasanya ingin mendinginkan tubuhnya di bawah guyuran shower. Setiap hari ada saja yang terjadi di kehidupannya. Apalagi setelah kedatangan tamu di rumahnya.

Reva sebelumnya sudah makan di kantor sebelum pulang. Sehingga dia tidak perlu lagi memasak di rumah. Pasti Tio dan Mila sudah makan juga terlihat dari banyaknya sampah bungkus makanan di lantai bawah.

Setelah cukup fresh, Reva kepikiran dengan dapur nya. Dapur yang selalu terlihat bersih hari ini bisa sekotor itu.

Reva melihat Tio masih di depan televisi dan terlihat begitu lesu. Tetapi Reva masih tak peduli. Mungkin pasangan baru itu baru saja bertempur untuk menikmati masa pengantin baru.

Reva menghela napas untuk memulai membersihkan dapurnya. Sebenarnya dia malas, tetapi dia juga tidak suka melihat rumahnya begitu kotor. 

Reva mulai membersihkan dapurnya. Bau amis yang sangat menyengat karena telur yang pecah berceceran. Reva tak percaya telur untuk persediaan bisa habis di lantai. Bagaimana bisa itu terjadi. 

Setelah semua bersih, Tio datang menghampiri Reva. "Reva, kamu mau masak apa?" tanyanya.

"Kenapa semua telur bisa berceceran di bawah seperti ini? Lalu kopi ini bisa berserakan. Sebenarnya apa yang terjadi di rumah saat aku berangkat ke kantor?" balas Reva.

"Sebenarnya   …. " Tio menceritakan kejadian hari ini.

Reva terkejut. Matanya membulat sempurna. "Jadi seharian kamu belum makan?" 

Tio hanya menganggukkan kepalanya.

"Astaga, sebenarnya kamu membawa pulang siapa sih? Ya sudah aku buatkan nasi goreng untuk kamu. Tapi tanpa telur, karena telurnya sudah habis kamu pecah kan semua,'' dengan berat hati Reva membuat nasi goreng untuk Tio. Ada rasa kasihan juga kepada suaminya karena belum makan sejak pagi. Mila yang dibela Tio semalam untuk bisa melayani Tio justru tidak melakukan apapun. Justru membuat rumah semakin kacau.

Tio menunggu Reva memasak nasi goreng. Setidaknya ada asupan untuk dirinya. Begitu nasi goreng buatan Reva siap, Tio makan dengan sangat lahap. Seperti tidak makan tiga hari saja.

"Terima kasih, Reva. Kamu masih mau membuatkan aku nasi goreng. Malam ini aku boleh tidur dengan kamu, ya!" pinta Tio.

"Tidak. Aku sudah katakan juga sama kamu aku tidak menerima jika aku dimadu. Aku memasak untuk kamu karena aku hanya kasihan. Rasa sayangku sama kamu sudah luntur sejak kemarin. Kalau aku membersihkan rumah karena memang aku tidak suka rumah yang aku tinggali kotor," tolak Reva.

"Tapi boleh aku minta uang sama kamu lagi? Uangku sudah habis. Kemarin aku berikan ke Mila semua untuk mahar dia," pinta Tio.

Reva menyunggingkan setelah bibirnya. "Kamu hanya memikirkan untuk istri baru kamu saja? Aku bekerja keras untuk memenuhi semua kebutuhan kamu dan kamu membawa istri baru. Sekarang kamu minta uang aku lagi. Tidak. Kamu silakan kerja sana! Bukannya bersyukur malah kamu serakah. Itu akibatnya kalau serakah," sergah Reva.

"Jangan keras-keras dong! Nggak enak didengar sama Mila," ucap Tio.

Reva tidak habis pikir dengan Tio. Bisa-bisanya masih memikirkan perasaan Mila. Padahal juga tidak mencerminkan sebagai istri yang baik. Cinta telah membutakan Tio. "Lalu mau kamu apa?" tanya nya.

"Aku butuh uang. Setidaknya untuk beli makanan kalau kamu memang sudah tidak mau memasak untukku lagi. Kan gajimu banyak. Satu minggu lagi kamu gajian, kan?" jawab Tio.

"Tidak. Saat ini uang ku ya uangku. Kamu cari pekerjaan lain sana!" Reva kemudian berlalu meninggalkan Tio setelah memastikan dapurnya bersih.

"Tapi, Reva. Aku mohon!" 

Reva tak menggubris permintaan Tio. Dirinya masih belum habis pikir bagaimana jalan pemikiran Tio. Dia juga tidak ingin mengatakan kalau sebenarnya di kantor dia mendapatkan demosi. 

Tio yang sudah memiliki energi, kemudian menghampiri Mila di kamar. "Aku tidur di sini ya malam ini?"

"Mbak Reva sudah kasih kamu uang belum? Sini uangnya," balas Mila. Bukannya menjawab pertanyaan Tio malah memikirkan masalah uang.

"Aku tidak dapat uang dari Mila. Dia meminta aku untuk bekerja karena dia tidak mau memberikan aku uang lagi," jawab Tio.

"Janji kamu kemana? Katanya istri kamu itu royal selalu memberikan kamu uang. Dan akan melayani kita di rumah. Tetapi kenapa jadi seperti ini, Mas? Aku lama-lama kalau seperti ini ya nggak betah. Kalau perlu kamu cari pekerjaan sana! Biar bisa punya uang," balas Mila.

"Cari pekerjaan itu tidak mudah. Kamu tahu itu, kan? Aku dulu mendapatkan posisi yang bagus di kantor, tetapi karena pengurangan pegawai aku ikut PHK," jelas Tio.

"Maka dari itu kamu cari kerja lagi! Jangan malas jadi laki-laki!" bentak Mila.

"Ah, pusing aku di sini. Lebih baik aku tidur di luar lagi saja," sahut Tio kemudian keluar dari kamar Mila. Melihat lantai yang kotor membuatnya semakin pusing. Tio belum pernah melihat rumahnya sekotor itu. Tetapi Reva kenapa tidak mau membersihkan rumah seperti biasa. Hanya membersihkan dapur saja. Tio kemudian  menuju kamar Reva di lantai atas.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Lilis Fatmawati
cerita ga masuk akal mana ada wanita udah bekerja masa mau aja di madu dan membiayai pelakor sama suami mokondo
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
cerita sampah!! klu bikin cerita yg agak waras dikit thor. mana ada istri yg tolonya kayak si reva. jgn memaksakan ide sampah dlm cerita yg kau tulis. kehabisan bahan??
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Tamu Di Rumah   Kebahagiaan

    "Akhirnya kamu menikah, Mega," ucap Reva. Kandungan Reva sudah memasuki usia sembilan bulan dan hanya menunggu waktu lahir saja. Meskipun sebenarnya dokter tidak menyarankan untuk melakukan perjalanan perjalanan terutama jalan yang tidak rata. Tetapi Reva tetap memaksa untuk bisa datang di acara pernikahan adiknya."Terima kasih, kak. Ini juga semua berkat kak Reva. Sudah meyakinkan aku kalau jodoh tak akan kemana," sahut Mega. "Kamu harus raih cita-cita mu jadi dokter loh," peringat Reva."Tentu, kak. Aku akan fasilitasi Mega di rumah sakit yang aku pegang saat ini. Aku akan wujudkan cita-cita Mega untuk bisa jadi dokter. Kalau Mega mau aku akan menyekolahkan dia jadi dokter spesialis," sahut Ivan. Ia tak sengaja mendengar obrolan istri dan kakak iparnya."Iya, kamu jaga baik-baik adikku ya, Ivan! Aku harap kamu bisa mengerti dia kalau masih bersikap seperti anak kecil. Karena pada dasarnya Mega ini adalah anak yang manja yang kemudian tiba-tiba berstatus menjadi istri orang," tita

  • Tamu Di Rumah   Pernikahan Mega

    Satu minggu kemudian.Bu Ningsih sudah memulai aktivitas kembali. Dia membuka warungnya seperti biasa. Para pelanggan pun juga sudah berdatangan ke warungnya. Ada orang yang kebetulan lewat dan makan di sana. Ia ini dikirimkan oleh Ayahnya Ivan."Bu, nasi campur satu," pesan seorang tadi. "Lauk apa, Pak?" tanya Bu Ningsih."Telur pakai sayur nangka muda saja, Bu," jawab orang tadi.Bu Ningsih pun mengantarkan pesanan itu untuk orang tadi. "Bu, kok sering tutup sih warungnya?" tanya orang tadi."Ya, ada beberapa hal di kota dan harus diselesaikan." Bu Ningsih tak tertarik dengan obrolan dari pelanggan nya tersebut. Karena tak banyak respon akhirnya orang tadi pun diam. Tak berselang lama orang tua Ivan pun yang datang. Mereka memesan di warung Bu Ningsih tetapi masih memakai masker. Setelah selesai makan pun Ayahnya Ivan hendak membayar. "Berapa semua, bu?" "Empat puluh ribu rupiah, Pak,'' jawab Bu Ningsih. Ayahnya Ivan memberikan uang seratus ribu. Dan hendak mengembalikan Ay

  • Tamu Di Rumah   Surat dari Bu Wendah

    "Sebenarnya apa penyebab ibu saya meninggal?" tanya Roy pada petugas lapas."Jadi beberapa minggu terakhir ini ibu Anda memang sakit dan sudah beberapa kali juga kami antar ke rumah sakit. Tetapi kami menyarankan untuk memberitahukan pada pihak keluarga. Tetapi Bu Wendah menolak dan ingin merahasiakan semua penyakit nya dari keluarga. Menurutnya dia malu pada keluarga nya. Jadi lebih memilih untuk diam. Dan tadi malam kondisi Bu Wendah benar-benar menurun. Kami akan bawa ke rumah sakit dia menolak. Dia tetap ingin berada di sini dan justru menitipkan surat pada pihak kami. Lalu tadi pagi kata temannya Bu Wendah saat akan dibangunkan suhu tubuhnya sudah dingin dan tak sadarkan diri. Kami periksa dan ternyata sudah meninggal sejak tadi malam," terang petugas lapas panjang lebar.Roy dan ayahnya saling memandang. Mereka selama ini tak tahu kalau ternyata Bu Wendah sakit. Mereka hanya bisa menerima takdir. Tetapi sebuah surat yang dititipkan pada petugas lapas diterima Roy. Begini lah i

  • Tamu Di Rumah   Berita duka

    Reva merencanakan untuk mengadakan acara tujuh bulanan. Acara ini memang sengaja ia gelar untuk keselamatan ibu dan bayi serta juga media untuk berbagi sesama. Melihat kebahagiaan orang membuat Reva juga bahagia. Reva melihat kebahagiaan para tamu undangan dan diberikan hampers berupa kue dari tokonya. Ia merasa tak akan rugi membagikan itu semua. Ini adalah jalan untuk berbagi dan memperkenalkan secara luas kue buatannya. Bu Ningsih dan Pak Haris juga datang. Begitu juga dengan Pak Toni selaku ayah dari Roy. Kehangatan keluarga besar itu pun sangat terasa. Begitu juga dengan para anak panti asuhan yang sengaja diundang hadir oleh Reva. Kali ini Roy juga lebih senang karena ada perwakilan keluarga nya yang hadir di acara perayaan tujuh bulanan. Segala doa dilanjutkan dan minta diberikan keselamatan sampai anak Reva lahir. Kalau pun sudah lahir Reva dan bayinya juga didoakan untuk bisa sehat terus. Dan menjelang sore pun semua tamu undangan pulang. Reva mengadakan acara tujuh bulan

  • Tamu Di Rumah   laki-laki

    Reva tahu bagaimana perasaan adiknya. Ia memang tak pernah ada di posisi Mega. Hanya saja ia pernah ditolak oleh orangtua nya dan memilih untuk pergi dari rumah karena ingin mengejar cintanya pada Roy. Apakah Reva akan memberikan nasihat seperti itu pada Mega? Tentu saja tidak. Reva hanya ingin pengalaman di masa lalunya tidak terulang untuk adiknya. Karena Mega sebenarnya anak penurut tidak seperti Reva yang lebih bar bar. Apalagi Mega juga tak pernah macam-macam. Sehingga Mega akan tetap menurut apa kata orang tuanya. Baginya keputusan orang tuanya adalah hal yang baik baginya. Karena baginya ridho tuhan ada pada orang tuanya."Kak, apakah aku memang tidak berjodoh dengan Ivan?" tanya Mega lirih."Kalau jodoh nggak akan kemana kok. Kamu lihat aku kan? Bagaimana aku bisa mendapatkan restu ibu untuk bisa menikah dengan Roy? Pada saat Roy sudah jadi menantunya pun juga masih diuji dengan berbagai masalah. Tidak hanya sampai situ, Mega! Kamu harus berdoa dan berusaha selagi kamu bisa,"

  • Tamu Di Rumah   Dibohongi

    Ivan menggigit bibirnya. Ia merasa ada salah paham di sana. "Maaf, kami akan membatalkan rencana pernikahan Mega dan Ivan." Bu Ningsih langsung bangkit dan langsung menggandeng tangan suaminya dan Mega juga. Reva kemudian menghentikan langkah ibunya. "Bu, tolong dengarkan dulu penjelasan mereka! Aku yakin mereka bukan berbohong karena ingin menyakiti pihak kita." Ia yakin keluarga Ivan hanya tak ingin kalau Ivan terlihat seperti orang kaya saja. "Untuk apa, Reva? Sudah jelas tadi kita dengar kalau mereka berbohong, 'kan? Ibumu ini memang miskin tetapi bukan berarti bisa saja dipermainkan." Bu Ningsih benar-benar marah dan tak menyangka Ia bisa dipermainkan oleh calon besannya. Tampak Mega juga berkaca-kaca. Antara kecewa kepada Ivan atau sedih jika keluarga nya telah membatalkan setidaknya rencana pernikahan tersebut.Jika Bu Ningsih sudah berkehendak tentu saja tak ada yang bisa menghalangi. Bu Ningsih benar-benar pulang. Roy masih memahami situasi tersebut. Ia makin yakin kalau

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status