Share

Posisi Baru

Penulis: Akina
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-26 19:50:08

"Tapi, Bu."

"Linda, aku minta tolong untuk kamu membantu aku mengemas barang-barangku! Setelah itu kamu bisa meninggalkan ruangan ini," pinta Reva. Dia memang selalu santun ketika meminta bantuan kepada bawahannya. 

Linda masih menatap Reva. Entah apa yang terjadi di dalam ruang meeting. Tetapi pasti ada masalah sehingga membuat Reva terlihat kurang fokus hari ini. "Baik, Bu." 

Setelah selesai mengemas, Reva pun menuju ke ruang staff keuangan biasa. Staff yang lain pun terkejut saat kedatangan Reva. Biasanya Reva ke sana untuk mengecek pekerjaan. Tetapi hari ini dia malah duduk bersama mereka di sana. Banyak yang membicarakan Reva. Tetapi Reva hanya tersenyum. Sebisa mungkin dia menerima apa yang menjadi konsekuensinya. Karena hari ini dia kehilangan konsentrasi. Padahal biasanya kalau ada masalah Reva selalu bisa berlaku profesional. Tetapi pengkhianatan yang dibuat suaminya sangat mengguncang hatinya. Di luar terlihat tegar, namun di dalam hatinya begitu rapuh. 

Perempuan mana yang rela dimadu. Entah apapun alasannya tetap saja tidak bisa seratus persen setuju. Begitu juga dengan Reva. Pernikahan yang berjalan lima tahun yang dianggapnya sebagai pernikahan terakhir walaupun belum dikaruniai anak Tetapi nyatanya membuat dirinya sakit hati. Dan hal itu berimbas di pekerjaan nya sehingga dia harus kehilangan posisi yang begitu ingin dimiliki karyawan di sana.

Beberapa staff menghampiri Reva apa mungkin membutuhkan berkas. Tetapi Reva justru tersenyum di sana.

"Maaf, jika membuat kalian terkejut. Mulai hari ini saya bukan lagi atasan kalian. Kita sama sebagai staff. Saya mohon maaf jika sebelumnya saya memiliki salah sebagai atasan kalian, ya!"

Hampir semua orang di sana melongo mendengar penuturan Reva. Mereka tidak percaya atasan yang selama ini baik dan ramah tiba-tiba harus diturunkan jabatannya. Entah apa yang terjadi. Padahal selama ini Reva menjadi atasan yang begitu dikagumi oleh bawahannya. 

"Saya tidak percaya itu," celetuk salah seorang staff. 

"Itu benar adanya. Saya melakukan sebuah kesalahan saat di rapat petinggi tadi. Tetapi saya bersyukur masih diberikan kesempatan untuk bisa bekerja di sini. Jadi saya harap semua bisa mengerti. Kita sama-sama staff jadi jangan panggil saya Ibu Reva lagi, ya!" pinta Reva. Wajahnya masih penuh dengan senyum.

Semua staff di sana rasanya tidak percaya dengan ucapan Reva barusan. Kalau Reva diturunkan jabatannya lalu siapa yang akan menggantikannya? Apakah akan sebaik Reva kinerjanya. Beberapa yang mengagumi Reva pun ingin mengutuk siapa yang menurunkan jabatan Reva. Sampai tidak ada toleransi hanya karena melakukan sebuah kesalahan. Padahal begitu banyak prestasi selama ini yang diraih Reva dan juga dedikasinya sebagai manajer keuangan.

Hari itu Reva hanya menata meja barunya dan posisi Reva sudah digantikan oleh orang lain. Reva berusaha untuk ikhlas dengan keadaan yang sedang dialaminya. Mulai dari suaminya menikah lagi lalu sekarang harus turun jabatan. 

Sementara itu di rumah, Tio membangunkan Mila dari tidurnya.

"Sayang, kamu bangun dong! Aku lapar nih mau makan. Kamu masak, ya!" pinta Tio.

Mila masih berselimut dan enggan untuk membuka matanya. Tetapi Tio terus membangunkan Mila agar mau memasak untuknya.

"Aduh, kenapa kamu berisik sekali sih, Mas? Tidurku jadi nggak nyaman. Bukannya kata kamu aku hanya perlu melayani kamu. Tetapi karena kamu belum bisa menikahi aku secara resmi maka pekerjaan ku untuk melayani kamu ya belum bisa aku lakukan," bentak Mila.

"Tapi kan kamu bisa melayani aku dengan cara lain, Mila. Misal memasak atau menyajikan kopi untukku," sahut Tio.

Mila bangkit dan menatap wajah laki-laki yang baru kemarin menikahinya secara siri.

''Halo, kamu lupa kemarin kamu bilang sama kamu apa? Aku hanya melayani kamu dalam urusan ranjang. Karena semuanya sudah disiapkan sama istri pertama kamu. Tetapi kamu malah meminta aku untuk masak. Aku nggak bisa masak. Memang kamu mau makan makanan nggak enak. Beli lah sana! Beli untukku juga! Kan kamu dapat uang dari istri kamu juga. Ribet banget sih," sergah Mila.

"Tapi Reva sudah tidak mau memasak untukku. Dia hanya memasak untuknya sendiri. Tadi dia juga masak. Tetapi untuk bekalnya ke kantor. Ayo lah kamu belajar memasak. Nanti kan kamu jadi istri beneran aku, Mila!" paksa Tio.

"Aduh, kalau tau ribet begini aku nggak mau menikah sama kamu, Mas," Mila kemudian kembali berselimut.

Sementara perut Tio sudah keroncongan. Apalagi belum makan dan minum apapun. Padahal biasanya kalau Reva akan berangkat bekerja sudah menyiapkan kopi dan makan untuknya. Tetapi Reva sudah tidak mau membuatkan Tio kopi dan juga sarapan.

Tio kemudian keluar dari kamar Mila. Dia menuju dapur dan mencoba untuk meracik sendiri kopi untuknya. Tidak pernah melakukan itu membuat Tio merasa bingung. Berapa takaran gula dan juga kopi. Dia hanya mengira-ngira saja. Setelah air mendidih dia menyeduh kopi yang diracik. Merasa sudah pas dia mulai menikmati kopi racikannya sendiri.

"Huah, kenapa manis banget," keluh Tio lalu memuntahkan kopi nya. Tio tadi memasukkan sepuluh sendok dan dua sendok kopi. Dia juga belum pernah meracik kopi nya sendiri. Dia menyadari jika Reva selama ini selalu memperhatikan nya tetapi malah kalah dengan nafsu dan membawa Mila untuk masuk ke rumahnya. Tetapi semua sudah terlanjur. Tio harus bertanggung jawab dengan apa yang telah diperbuatnya.

Siang harinya Mila baru bangun. Dia langsung menuju ke dapur untuk sarapan. "Mana makanannya, Mas?" tanyanya.

"Aku saja dari tadi pagi belum sarapan karena menunggu kamu bangun. Eh, sekarang malah kamu meminta makanan. Kamu siapkan dulu lah! Baru kita makan bersama,'' jawab Tio.

"Kamu pelit banget ternyata, Mas. Sebelum menikah kamu royal banget. Tetapi sudah menikah untuk beli sarapan saja nggak mau," cibir Mila.

"Aku nggak punya uang. Reva belum kasih aku uang lagi. Kan uangnya sudah aku kasihkan kamu semua untuk mahar. Jadi pakailah itu dulu daripada kamu nggak makan," usul Tio.

"Enak saja. Itu uang milikku lah. Kamu malah mau minta uang aku lagi. Ya sudah, aku mau beli makan tapi untukku sendiri," jawab Mila laku berlalu meninggalkan Tio.

Tio hanya menggelengkan kepala. Sejak pagi dia menahan lapar karena tidak ada makanan. Hanya ada bahan-bahan mentah saja. Sementara dia tidak tahu bagaimana cara memasak.

Tidak lama kemudian datang pesanan makanan Mila. Tio berharap Mila akan membeli untuk dirinya juga. Tetapi Mila malah menikmati makananya sendiri tanpa melihat Tio yang sedang lapar.

"Kamu nggak belikan untuk aku juga?" tanya Tio.

"Aku sudah beli pakai uang aku sendiri, kamu beli sendiri lah, Mas! Atau masak sendiri sana!" jawab Mila lalu menikmati makanannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tamu Di Rumah   Kebahagiaan

    "Akhirnya kamu menikah, Mega," ucap Reva. Kandungan Reva sudah memasuki usia sembilan bulan dan hanya menunggu waktu lahir saja. Meskipun sebenarnya dokter tidak menyarankan untuk melakukan perjalanan perjalanan terutama jalan yang tidak rata. Tetapi Reva tetap memaksa untuk bisa datang di acara pernikahan adiknya."Terima kasih, kak. Ini juga semua berkat kak Reva. Sudah meyakinkan aku kalau jodoh tak akan kemana," sahut Mega. "Kamu harus raih cita-cita mu jadi dokter loh," peringat Reva."Tentu, kak. Aku akan fasilitasi Mega di rumah sakit yang aku pegang saat ini. Aku akan wujudkan cita-cita Mega untuk bisa jadi dokter. Kalau Mega mau aku akan menyekolahkan dia jadi dokter spesialis," sahut Ivan. Ia tak sengaja mendengar obrolan istri dan kakak iparnya."Iya, kamu jaga baik-baik adikku ya, Ivan! Aku harap kamu bisa mengerti dia kalau masih bersikap seperti anak kecil. Karena pada dasarnya Mega ini adalah anak yang manja yang kemudian tiba-tiba berstatus menjadi istri orang," tita

  • Tamu Di Rumah   Pernikahan Mega

    Satu minggu kemudian.Bu Ningsih sudah memulai aktivitas kembali. Dia membuka warungnya seperti biasa. Para pelanggan pun juga sudah berdatangan ke warungnya. Ada orang yang kebetulan lewat dan makan di sana. Ia ini dikirimkan oleh Ayahnya Ivan."Bu, nasi campur satu," pesan seorang tadi. "Lauk apa, Pak?" tanya Bu Ningsih."Telur pakai sayur nangka muda saja, Bu," jawab orang tadi.Bu Ningsih pun mengantarkan pesanan itu untuk orang tadi. "Bu, kok sering tutup sih warungnya?" tanya orang tadi."Ya, ada beberapa hal di kota dan harus diselesaikan." Bu Ningsih tak tertarik dengan obrolan dari pelanggan nya tersebut. Karena tak banyak respon akhirnya orang tadi pun diam. Tak berselang lama orang tua Ivan pun yang datang. Mereka memesan di warung Bu Ningsih tetapi masih memakai masker. Setelah selesai makan pun Ayahnya Ivan hendak membayar. "Berapa semua, bu?" "Empat puluh ribu rupiah, Pak,'' jawab Bu Ningsih. Ayahnya Ivan memberikan uang seratus ribu. Dan hendak mengembalikan Ay

  • Tamu Di Rumah   Surat dari Bu Wendah

    "Sebenarnya apa penyebab ibu saya meninggal?" tanya Roy pada petugas lapas."Jadi beberapa minggu terakhir ini ibu Anda memang sakit dan sudah beberapa kali juga kami antar ke rumah sakit. Tetapi kami menyarankan untuk memberitahukan pada pihak keluarga. Tetapi Bu Wendah menolak dan ingin merahasiakan semua penyakit nya dari keluarga. Menurutnya dia malu pada keluarga nya. Jadi lebih memilih untuk diam. Dan tadi malam kondisi Bu Wendah benar-benar menurun. Kami akan bawa ke rumah sakit dia menolak. Dia tetap ingin berada di sini dan justru menitipkan surat pada pihak kami. Lalu tadi pagi kata temannya Bu Wendah saat akan dibangunkan suhu tubuhnya sudah dingin dan tak sadarkan diri. Kami periksa dan ternyata sudah meninggal sejak tadi malam," terang petugas lapas panjang lebar.Roy dan ayahnya saling memandang. Mereka selama ini tak tahu kalau ternyata Bu Wendah sakit. Mereka hanya bisa menerima takdir. Tetapi sebuah surat yang dititipkan pada petugas lapas diterima Roy. Begini lah i

  • Tamu Di Rumah   Berita duka

    Reva merencanakan untuk mengadakan acara tujuh bulanan. Acara ini memang sengaja ia gelar untuk keselamatan ibu dan bayi serta juga media untuk berbagi sesama. Melihat kebahagiaan orang membuat Reva juga bahagia. Reva melihat kebahagiaan para tamu undangan dan diberikan hampers berupa kue dari tokonya. Ia merasa tak akan rugi membagikan itu semua. Ini adalah jalan untuk berbagi dan memperkenalkan secara luas kue buatannya. Bu Ningsih dan Pak Haris juga datang. Begitu juga dengan Pak Toni selaku ayah dari Roy. Kehangatan keluarga besar itu pun sangat terasa. Begitu juga dengan para anak panti asuhan yang sengaja diundang hadir oleh Reva. Kali ini Roy juga lebih senang karena ada perwakilan keluarga nya yang hadir di acara perayaan tujuh bulanan. Segala doa dilanjutkan dan minta diberikan keselamatan sampai anak Reva lahir. Kalau pun sudah lahir Reva dan bayinya juga didoakan untuk bisa sehat terus. Dan menjelang sore pun semua tamu undangan pulang. Reva mengadakan acara tujuh bulan

  • Tamu Di Rumah   laki-laki

    Reva tahu bagaimana perasaan adiknya. Ia memang tak pernah ada di posisi Mega. Hanya saja ia pernah ditolak oleh orangtua nya dan memilih untuk pergi dari rumah karena ingin mengejar cintanya pada Roy. Apakah Reva akan memberikan nasihat seperti itu pada Mega? Tentu saja tidak. Reva hanya ingin pengalaman di masa lalunya tidak terulang untuk adiknya. Karena Mega sebenarnya anak penurut tidak seperti Reva yang lebih bar bar. Apalagi Mega juga tak pernah macam-macam. Sehingga Mega akan tetap menurut apa kata orang tuanya. Baginya keputusan orang tuanya adalah hal yang baik baginya. Karena baginya ridho tuhan ada pada orang tuanya."Kak, apakah aku memang tidak berjodoh dengan Ivan?" tanya Mega lirih."Kalau jodoh nggak akan kemana kok. Kamu lihat aku kan? Bagaimana aku bisa mendapatkan restu ibu untuk bisa menikah dengan Roy? Pada saat Roy sudah jadi menantunya pun juga masih diuji dengan berbagai masalah. Tidak hanya sampai situ, Mega! Kamu harus berdoa dan berusaha selagi kamu bisa,"

  • Tamu Di Rumah   Dibohongi

    Ivan menggigit bibirnya. Ia merasa ada salah paham di sana. "Maaf, kami akan membatalkan rencana pernikahan Mega dan Ivan." Bu Ningsih langsung bangkit dan langsung menggandeng tangan suaminya dan Mega juga. Reva kemudian menghentikan langkah ibunya. "Bu, tolong dengarkan dulu penjelasan mereka! Aku yakin mereka bukan berbohong karena ingin menyakiti pihak kita." Ia yakin keluarga Ivan hanya tak ingin kalau Ivan terlihat seperti orang kaya saja. "Untuk apa, Reva? Sudah jelas tadi kita dengar kalau mereka berbohong, 'kan? Ibumu ini memang miskin tetapi bukan berarti bisa saja dipermainkan." Bu Ningsih benar-benar marah dan tak menyangka Ia bisa dipermainkan oleh calon besannya. Tampak Mega juga berkaca-kaca. Antara kecewa kepada Ivan atau sedih jika keluarga nya telah membatalkan setidaknya rencana pernikahan tersebut.Jika Bu Ningsih sudah berkehendak tentu saja tak ada yang bisa menghalangi. Bu Ningsih benar-benar pulang. Roy masih memahami situasi tersebut. Ia makin yakin kalau

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status