Home / Romansa / Tania Saka / Episode 2

Share

Episode 2

Author: Dream On
last update Last Updated: 2021-05-01 21:39:54

Flash back 

*** Tanka.

***

Kembali di masa kini, di rumah James.

Tangis Tanka langsung pecah, meraung, menangis sejadinya. 

Mengutuki diri sendiri atas semua kejadian yang dialaminya beberapa tahun terakhir ini.

Lama Tanka terpuruk dengan keadaan, dalam ruang berlumur darah yang mulai mengering.

Pembunuhan yang kini disebutnya sebuah hadiah manis yang terkemas dengan indah. Dan tak sedikit pun rasa sesal setelahnya.

Tanka bangkit, masuk kamar mandi, membersihkan diri dari noda darah yang ada pada dirinya.

Lama dia menatap wajah ayu yang terlihat kuyu di dalam cermin.

Mengusap wajahnya kasar, membenahi penampilan yang acak-acakan.

Tanka menatap petakan papan di atas kepalanya, kembali  menunduk dan mencoba menaiki closet yang berada di sebelah kakinya.

Tangannya mencoba membuka salah satu petak papan, setelah terbuka, Tanka melempar pistolnya asal dan menutupnya kembali lalu melangkah keluar.

Tanka kembali menyesap wiski dan menghabiskan beberapa batang rokok sebelum akhirnya beranjak pergi meninggalkan ruangan yang menyakitkan dan penuh noda.

Kini Tanka mulai terbiasa, menghadapi situasi yang sangat menegangkan sekali pun.

Langkahnya mantap tanpa keraguan, keluar rumah menuju mobil yang terparkir tak jauh dari tempatnya berdiri.

Menatap rumah megah itu sejenak, sebelum masuk dalam mobil miliknya.

Tanka menstater mobilnya, melaju pelan  kemudian melesat cepat menyibak keramaian jalanan kota.

Di saat seperti ini, Tanka selalu pergi ke rumah Tony, menceritakan semua yang telah terjadi  dan meminta solusi untuk dirinya.

Tanka begitu mempercayai sahabatnya, Tony.

Karena hanya dialah teman yang masih setia dan mau menjadi tumpuan saat Tanka terpuruk. 

"Minum dulu, Ka." Tony menyodorkan segelas teh hangat pada sahabatnya, Tanka. 

Kemudian duduk menjajari gadis ayu itu. 

Tanka menyandarkan kepala pada sofa yang didudukinya, menengadah, dan menarik nafasnya berulang.

Tony yang hafal akan pribadi gadis itu, mengelus kepalanya pelan, dan menggenggam tangannya hangat.

Bagai pelindung yang selalu terjaga, kala gadis itu merasa gelisah.

"Aku mengulanginya lagi." Tanka tertunduk, menatap tangannya yang sedikit gemetar.

"Maksudmu?" Tony menatap gadis itu, penasaran.

"Iya, aku telah menghabisi mereka berdua."

Tony terdiam, dia seakan tidak percaya dengan apa yang dikatakan gadis itu.

"Dia sahabat kecil kita, Ka!"

"Aku tau, tapi dia juga telah mengkhianatiku!" 

Tanka kembali menyesap teh yang masih tersisa hingga tandas.

"Kamu kubur jasad mereka?" 

"Tidak." Tanka berdiri menuang teh dalam gelas. 

"Kamu nekat, Ka." Tony mendengus kesal dengan tindakan yang dilakukan Tanka.

"Itu konsekuensi dari seorang pengkhianat," jawabnya mantap. 

"Terus, apa rencanamu selanjutnya?" 

"Sepertinya aku akan menerima tawaran Paman Jo." Tony menatap gadis itu penuh tanya.

"Tawaran seperti apa yang dia berikan padamu?" 

"Menyelidiki seseorang." Tanka menyulut kembali rokok yang tadi sempat padam. 

"Membunuhkah?" Tony menaikkan alisnya.

"Jika itu dibutuhkan."

"Kamu jangan gila, Ka! Tidakkah kamu jera dengan tindakanmu yang bisa menyeretmu ke ranah hukum?" Tony ngotot.

"Semua sudah terlanjur." Tanka mengusap wajahnya kasar.

"Bagaimanapun kamu adalah sahabatku, aku tak ingin melihatmu terkurung dalam rumah pesakitan." Tony berlalu menuju dapur, menyiapkan sarapan untuk mereka makan.

"Buruan mandi, Ka! Penampilanmu sungguh berantakan!" teriak Tony dari arah dapur.

Tanka dari kecil memang sudah terbiasa tinggal di rumah Tony, ayahnya pun demikian. 

Usai membersihkan diri, Tanka menuju kamar yang biasa dipakainya. 

Saat hendak memasuki kamar, tiba-tiba Tony melangkah cepat dari arah belakang, membuka pintu kasar dan menyambar album foto yang tergeletak di atas nakas.

"Apa-apaan sih, kamu, Ton. Bikin kaget aja!" 

Tony nyengir dan keluar dengan album di tangan.

"Foto mantan," ucap Tony seraya melangkah setengah berlari.

"Huh, dasar cowok, selalu tertutup tentang mantan." Tanka melenggang masuk dan menutup pintu rapat.

Di lain kamar, Tony menatap foto yang ada di album itu lekat, ada kesedihan di matanya, disertai senyum sinis yang menyiratkan dendam yang dalam. 

Kesedihan yang tak mungkin bisa dihapus oleh siapapun.

Suara bawel Tanka membuyarkan lamunannya, berharap Tony segera keluar dari persembunyian.

"Ish, kamu ngapain lama-lama di dalam?" tanya Tanka setelah mendapati pintu kamar terbuka.

"Biasalah, mengenang mantan," jawab Tony asal.

"Sok romantis, lu." 

Tanka menarik tangan Tony menuju meja makan yang sudah tersedia nasi goreng di sana.

Hening, hanya suara sendok dan garpu yang terkadang saling berbenturan. 

Bagai perasaan yang terus berkelahi dengan ego diri, tak ada yang  mau mengalah. 

"Ton, aku masuk kamar dulu, ya? Capek, mau istirahat." Tanka bangkit setelah menghabiskan sarapannya, berlalu begitu saja meninggalkan Tony sendiri. Seperti biasa, Tony hanya mengangguk dan sibuk dengan ponselnya.

Tanpa terasa, sudah hampir satu minggu Tanka tinggal di rumah Tony. 

Mereka hanya menghabiskan waktu dengan bermain game, dan nongkrong di cafe .

Seperti saat ini, mereka tengah asik menikmati cappuccino hangat dengan beberapa cemilan ringan.

Aktifitas mereka terhenti sesaat, kala salah satu stasiun televisi menyiarkan tentang berita pembunuhan di salah satu perumahan elite. 

Di layar televisi memperlihatkan sepasang kekasih tergeletak tak bernyawa dengan bercak darah yang mengering dan badan yang mulai membusuk. 

"Siapa pembunuh mereka sebenarnya?" tanya seorang pengunjung kepada salah satu temannya.

"Pasti pacarnya, lok bukan saingan berat perusahaannya," jawab teman yang lain.

"Pembunuhnya sadis banget, si wanita ditembak bagian perut juga jantungnya, sedangkan si pria harus kehilangan burung kecilnya, sebelum ditembak kepalanya!" Teman yang satunya lagi menimpali.

"Sadis," ucap Tony menyadarkan sahabatnya . 

"Ayo kita pulang, Ka!" ajak Tony. Usai meninggalkan uang selembaran berwarna merah. 

Sepanjang perjalanan, mereka hanya diam.

Tanpa sepatah katapun keluar mengurai ketegangan yang ada. 

"Kamu benar-benar sudah tidak waras, Ka!" 

Tony meletakkan kunci mobil asal, sebelum menjatuhkan bobotnya di sofa. 

"Ini bukan salahku." Tanka berkelit. 

"Terus siapa? Aku, gitu? Kamu itu orang terakhir yang menemui mereka," ucap Tony geram.

"Terus aku harus gimana? Sebentar lagi polisi pasti mencariku." Tanka mulai panik. 

"Bersikap biasa saja, mungkin itu bisa menyelamatkanmu." Tony memberi saran.

"Apa mungkin aku bisa melakukannya?" Tanka mulai ragu akan dirinya sendiri.

"Bisa. Kamu pasti bisa melakukannya dengan baik," ucap Tony memberi semangat.

"Thank's, Ton. Kamu memang teman terbaikku." Tanka bangkit dan memeluk sahabat kecilnya itu.

Tony membalas pelukan sahabatnya. Matanya menyipit dengan senyum sinis di ujung bibirnya. Tangan yang mengepal kuat, menyimpan sejuta misteri yang tiada seorang pun mengetahuinya, termasuk Tanka. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tania Saka    Episode 32. Budak nafsu

    Malam ini Bik Ijah melakukan tugas dari majikannya, meski enggan untuk menuruti semua kemahuan lelaki yang sekarang menjadi semakin dingin, tidak seperti dahulu waktu pertama kali mereka bertemu.Bik Ijah, dia bukan hanya orang yang dituakan di dalam kediaman Mr. X.Dia juga bukan bawahan seperti yang mereka tahu. Ia adalah tempat lelaki dingin itu mencurahkan semua keluh kesahnya, pengganti orang tuanya yang lama tiada.Siapa sebenarnya Bik Ijah?Kenapa wanita itu menjadi spesial di antara yang lainnya?Apakah hubungan mereka hanya sebatas itu? Anak yang haus akan kasih sayang orang tua."Non, jangan bersedih lagi! Biarlah semua berjalan seiring waktu yang akan membawa pangeranmu kelak, ke sini, membawamu pergi dengan kuda hitamnya," ucap Bik Ijah menghibur.Tanka hanya terdiam, gadis itu enggan untuk menjawab.Pikirannya menerawang pada ketiga sahabatnya yang tak kunjung datang menolongnya.Mu

  • Tania Saka    Episode 31. Wanitaku

    Di kediaman Mr. X.Di rumah mewah itu, tepatnya di kamar nomor dua dari samping, lantai dua. Terlihat sosok gadis cantik dengan penampilan berantakan, bisa dibilang sangat tidak terawat.Gadis malang itu meringkuk, memeluk lututnya di sudut kamar.Matanya terlihat sembab karena terlalu lama menangis.Rambutnya acak-acakan, mungkin mulai stres memikirkan nasib baik yang tidak kunjung berpihak padanya.Terdengar suara pintu yang dibuka dari luar. Nampak seorang lelaki dengan topeng yang selalu setia melekat di wajahnya. Sementara dua orang penjaga senantiasa berjaga di setiap sisi pintu masuk."Panggil Bik Ijah! Cepat!" Tangan lelaki itu terangkat lalu dikibaskan ke arah penjaga agar cepat bergerak. Dan dijawab dengan anggukkan.Tidak lama Bik Ijah datang bersama seorang penjaga di belakangnya.Menghampiri lelaki itu kemudian menoleh ke ujung kamar mengikuti telunjuk lelaki itu terarah.Kaget, s

  • Tania Saka    Episode 30. Merengkuh kenikmatan

    "Bangun!"Suara yang disertai hentakkan kaki itu berhasil membangunkan Kay yang tertidur meringkuk dengan badan masih terikat pada kursi.Perlahan matanya mengerjap, mencari asal suara tersebut.Terlihat samar olehnya, wajah seorang gadis yang hatinya masih terluka. Senyum sinis menyambut pandangan pertamanya."Tolong lepaskan aku!" pinta Kay memelas. Yang tentu ditanggapi dengan makian kebencian."Haruskah aku menuruti permintaanmu? Hah!" sahut Inez geram."Aku hanya menjalankan tugasku secara profesional," jawab Kay meyakinkan."Meski membunuh sekalipun?" Gadis itu bangkit, mendekati lelaki tak berdaya di depannya.Kay lalu menjawabnya lirih, bahkan hampir tak terdengar."Berjanjilah kau akan membantuku membalaskan dendam pada orang yang telah membayarmu." Inez menatap wajah lelaki yang kini penuh luka, berharap ada kepastian di sana."Aku janji,"

  • Tania Saka    Episode 29. Pelampiasan Amarah

    Kay tidak menduga akan mengingat kembali kejadian itu, di mana dia melakukan misi rahasia dari seseorang yang sangat berpengaruh di perusahahaan David Kavandra Saka. Yang mengharuskannya melenyapkan nyawa satu keluarga sekaligus. Semua itu bermula dari satu kesalahan fatal. Hari itu, tepatnya tujuh tahun lalu. Malam gelap dengan derai hujan yang lebat menghiasi sebelah barat batas kota. Sebuah mobil jep berhenti di depan rumah mewah nan megah. Tidak berselang lama, pintu mobil terbuka, memperlihatkan beberapa orang dengan baju serba hitam dengan senjata api di tangan. Mereka turun, mempersiapkan senjata lalu memakai penutup wajah sebelum melangkah menuju rumah besar itu. *Sementara itu di dalam rumah.Tuan Gorge beserta keluarganya berkumpul di ruang tengah, melihat film komedi bersama istri dan kedua putrinya. Mereka tertawa dan bercanda, melepas lelah akibat bekerja seharian. Gorge Mahendra Putra. adala

  • Tania Saka    Episode 28. Penyekapan

    Sementara itu di kontrakkan sederhana yang terletak di urutan ke-2 dari gang, terlihat dua orang pria yang mondar-mandir gelisah menunggu seseorang.Terlihat rona kecemasan dari wajah mereka masing-masing. "Will, apa tidak seharusnya kita samperin aja tu anak. Sudah jam segini kok belum juga balik." Rasya terlihat resah. Memikirkan sahabatnya yang belum juga pulang. "Kita tunggu sebentar lagi! Kalau belum juga pulang. Kita cari dia." usul Willy. Kembali menyesap kopi di depannya. Rasya kembali menatap jam di tangannya, tertera angka 02: 47 dengan detikan yang terus berjalan.Harinya resah, memikirkan Kay yang tak kunjung pulang.Perlahan dia bangkit lalu menghampiri Willy yang tengah tertidur pulas di ata sofa. "Will, bangun!" Rasya menggoyangkan tubuh sahabatnya yang berisi. "Umhhh, kenapa, Sya?" "Ayok, kita cari Kay!" ajak Rasya sembari menarik tangan sahabatnya untuk bangkit. Me

  • Tania Saka    Episode 27. Bercinta dengan Inez

    Aarrhh ...!Suara teriakan mereka terdengar hingga menggema memenuhi seisi rumah. Sontak Kay pun bangkit dan berhambur keluar tanpa melihat ke sana ke mari. Yang ada hanya rasa takut menguasai diri. Meninggalkan dua makhluk yang kemudian mengikuti jejaknya.Kay yang merasa diikuti terus berlari tunggang langgang tanpa arah, meski terdengar suara seseorang meneriakinya. Menyuruhnya berhenti."Kay ... berhenti!" Suara orang itu memanggil.Karena begitu paniknya, membuat Kay tidak menyadari panggilan tersebut. Lelaki yang terbiasa memegang berbagai senjata itu, tetap lari hingga nafasnya tak beraturan lagi.Tanpa disadari, saat Kay melewati jalan yang menanjak, ada seseorang yang juga tengah berjalan berlawanan arah dengannya.Kemudian.Buk!Alhasil mereka bertabrakan lalu jatuh bergulingan dengan posisi saling berpelukan. Mereka terus bergulingan cukup jauh lalu terhenti pada jalanan yang sudah

  • Tania Saka    Episode 26 Derap misterius

    Dari jauh terlihat dua orang wanita tengah berlari pontang-panting.Baju gamis yang terlihat kebesaran diangkatnya tinggi-tinggi sambil terus berteriak sepanjang jalan. Semua orang yang melihatnya tertawa terbahak-bahak bak melihat atraksi gratisan. Bukanlah pertolongan yang mereka dapatkan, melainkan tawa lelucon yang begitu menjengkelkan.Tanpa berfikir panjang akhirnya kedua wanita itu menceburkan diri ke dalam sungai yang terdapat di pinggir jalan. Sementara anjing yang mengejar mereka hanya bisa menggonggong dari daratan tanpa bisa menjamah mangsanya. Kedua wanita itu tak lain adalah Rasya dan Willy.Mereka terpisah jauh dengan sahabatnya, Kay.Setelah menyelam cukup jauh, dan anjing-anjing pelacak itu pergi, mereka pun naik ke daratan dengan baju yang basah kuyup. "Akhirnya selamat juga kita." Willy melepaskan baju gamis yang dipakainya lalu berjemur di bawah sinar matahari. "Untong ada sungai ini

  • Tania Saka    Episode 25 Makam misterius

    Dilihatnya Bik Ijah, pelayan itu tengah membersihkan kamar mandi. Tanka pun tersenyum hendak meneruskan niatnya untuk kabur. Diliriknya seorang penjaga yang berdiri di ambang pintu.Gadis itu berjalan mendekat, menghampiri penjaga yang tengah berdiri di ambang pintu kamar.Dengan satu gerakan Tanka mampu melumpuhkan penjaga itu dan mengikatnya di bawah meja makan.Melihat situasi yang aman terkendali, gadis itu langsung lari melewati beberapa ruang lalu turun ke lantai satu. Namun, saat dia hendak menuju pintu keluar, seorang penjaga memergokinya dan menghadang gadis itu.Akhirnya perkelahian pun tak bisa terelakkan. Membuat beberapa penjaga yang lain mulai berdatangan. Perkelahian yang tidak seimbang membuat gadis ayu itu kewalahan dan mulai terdesak."Bawa gadis itu kembali ke kamarnya." Suara itu menggema dari lantai atas."Siap, Tuan." sahut beberapa penjaga bersamaan."Tidak ...! Lepaskan A

  • Tania Saka    Episode 24 Ternoda

    Perlahan desiran itu semakin nyata dan indah. Dia pun mulai menikmatinya. Namun, kala ada sesuatu yang mulai mengganjal di antara selakangannya, gadis itu tiba-tiba mendorong tubuh lelaki yang kini tengah menindihnya.Bukk!Tidak disangka tubuh lelaki itu langsung terpental hingga jatuh ke lantai. Tubuhnya yang jatuh terlentang membuat juniornya terpampang sempurna tanpa sehelai benang pun. Membuat Tanka tiba-tiba berteriak sambil menutupi matanya."Dasar gadis bodoh," sentak lelaki itu pelan. Lalu dia bangkit dan kembali menghampiri gadis yang tengah berbaring memunggunginya.Lelaki itu semakin gemas, kala melihat Tanka yang tengah menutup matanya, seakan menunggu serangan berikutnya.Lelaki yang hanya diketahui sebagai Mr. X itu mulai menyingkap sedikit demi sedikit gaun malam yang dikenakan gadis di depannya.Matanya berkilat nakal, sementara tangannya naik turun membelai paha mulus gadis itu seraya menci

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status