“Jika tidak bertemu denganmu, mungkin aku dan kakak masih harus berjuang untuk bertahan hidup. Apalagi keluarga Baron saat ini sudah menghilang entah ke mana.”
“Jika tidak bertemu dengan mu, aku juga mungkin masih seorang workhaholic yang gila kerja. Melupakan lingkungan dan orang-orang yang menyayangiku terutama Aerin.”
“Kamulah wanita yang datang dalam kehidupanku dan Aerin, wanita yang membawa sinar cerah dalam hidupku,” imbuhnya lagi.
“Setelah sarapan, bagaimana kalau kita pergi ke taman?” tanya Varen.
Alexa kembali menganggukkan kepalanya, lalu dia merapatkan tubuhnya dan mendekap dadanya dengan kedua tangan.
“Dinginkah?” Dia lalu melepaskan jaket yang dia pakai dan memasangkannya di tubuh Alexa untuk memberikannya kehangatan.
Alexa menarik jaket parasut tebal di tubuhnya, ba
“Mengapa kedengarannya sangat lucu, Kinan! Setelah sekian tahun kamu menghilang, meninggalkan anak yang masih berumur satu tahun. Kini kamu datang menanyakan keadaannya? Padahal malam itu, dia matipun kamu tidak akan perduli.” Varen sangat geram dengan kehadiran Kinan yang tanpa dosa.Kinan tidak menjawab, melainkan pergi mengikuti Alexa ke sebuah coffee shop. Tapi kali ini Alexa memilih untuk duduk di sudut ruangan.“Aku pesankan minum untukmu, teh hangat bisa memulihkan kesehatanmu,” ucap Kinan merasa perduli.“Tidak usah repot-repot, aku ke sini hanya ingin berbicara denganmu,” Alexa membalasnya dengan sopan.Setelah saling memandang, Alexa kembali bertanya, “Kapan kamu kembali?”“Beberapa waktu yang lalu.”“Apakah kamu begitu takut akan kehadiranku?” tanya Kinan lagi.
“Jika tidak bertemu denganmu, mungkin aku dan kakak masih harus berjuang untuk bertahan hidup. Apalagi keluarga Baron saat ini sudah menghilang entah ke mana.”“Jika tidak bertemu dengan mu, aku juga mungkin masih seorang workhaholic yang gila kerja. Melupakan lingkungan dan orang-orang yang menyayangiku terutama Aerin.”“Kamulah wanita yang datang dalam kehidupanku dan Aerin, wanita yang membawa sinar cerah dalam hidupku,” imbuhnya lagi.“Setelah sarapan, bagaimana kalau kita pergi ke taman?” tanya Varen.Alexa kembali menganggukkan kepalanya, lalu dia merapatkan tubuhnya dan mendekap dadanya dengan kedua tangan.“Dinginkah?” Dia lalu melepaskan jaket yang dia pakai dan memasangkannya di tubuh Alexa untuk memberikannya kehangatan.Alexa menarik jaket parasut tebal di tubuhnya, ba
Wajah Kenzo terlihat semakin buruk, tapi dia tidak dapat membantahnya. Kenzo menyangka dia bisa menyembunyikan semua di dalam hatinya dan mencintai Alexa dalam diam, melindunginya dari kejauhan. Tapi kenyataannya Varen tahu segalanya.“Jika sudah tidak ada urusan, aku pergi dulu. Aku ada jadwal praktek pagi hari ini, sampaikan salamku untuk Alexa.” Kenzo langsung bangkit dari tempat duduknya.“Heemm,” Varen pun menjawab dengan singkat, dia tidak berhenti menatap punggung Kenzo yang berjalan menjauhinya. Punggung itu terlihat sangat kesepian, sama seperti dirinya dulu.Varen lalu kembali ke kamar Alexa, begitu masuk dia sudah mendengar suara Alexa memuntahkan sesuatu di wastafel kamar mandi. Varen lalu menghampirinya, memijit tengkuk Alexa dengan lembut.“Keluarlah, kamu pasti tidak nyaman melihatku seperti ini.”Varen justru menge
Di ranjang rumah sakit, tubuh Alexa meringkuk dan menggigil. Wajahnya terlihat pucat dan buruk, Varen langsung membawanya ke dalam pelukan. “Pergi, jangan sentuh aku!” Alexa menolak tapi Varen memeluknya dengan sangat erat.“Alexa jangan takut, aku di sini.” Varen memeluk tubuh Alexa yang dingin, menempelkan di dadanya. Tangannya tidak henti-henti mengelus punggung Alexa, mencoba menenangkannya.Varen baru tahu jika Alexa mendapatkan trauma yang mendalam atas kejadian yang menimpa dirinya. Dia berjanji tidak akan membiarkan pria yang bernama Damar itu bisa bahagia di atas penderitaan istrinya.Varen berbaring di sampingnya, meski tidak nyaman dengan kondisi ranjang yang sempit tapi Varen tetap merapatkan tubuhnya pada tubuh Alexa. Seperti mengalirkan energi yang positif.Varen baru melonggarkan pelukannya ketika tubuh Alexa sudah tertidur dengan tenang. Varen mem
Di poliklinik di lantai bawah, perawat dengan sigap membawa Varen menuju dokter umum yang hari ini sedang bertugas. Perawat itu dengan baik melayani Varen terlepas jika itu memang tugasnya, mulai dari mendaftar hingga menunggu no antrean. Sepertinya juga sang perawat sengaja memperlambat gerakannya agar bisa lebih lama bersama dengan Varen.Varen juga tidak terlalu memperdulikan sang perawat yang sedari tadi mencuru-curi pandang ke arahnya. Perawat itu juga tidak segan-segan sesekali menyenggolkan tangannya ke tubuh Varen.Semua itu berlangsung hingga nama Varen dipanggil untuk masuk, perawat juga ikut masuk bersama dengannya. Namun dia lebih dulu dicegah oleh Varen, “Nona, sebaiknya Anda lanjutkan tugas Anda. Saya bisa sendiri, terima kasih sudah mengantarkan saya sampai di sini.”“Tidak apa-apa, Tuan! Ini sudah menjadi tugas saya, saya merasa tidak pantas menjadi perawat jika tidak bisa
“Varen dan Alexa sudah menikah, Ma. Jadi wajar jika Alexa hamil saat ini, jika dia mandul juga Mama akan lebih tidak menerimanya. Iya, kan?”“Papa mohon, sudahi kebencian ini. Tidak ada gunanya membenci.”Namun, Ellina tidak lagi berbicara sepatah katapun. Mereka lalu berjalan dan menunggu di ruangan Alexa.Sementara Alexa dan Varen sedang duduk di taman, menikmati kebersamaan yang akhir-akhir ini jarang mereka dapatkan.“Apa rencanamu ke depan?” tanya Varen.“Aku?”“Iya, kamu sedang hamil muda, Sayang! Aku mau kamu berhenti bekerja dan menjaga kesehatanmu. Aku tidak mau terjadi apa-apa lagi dengan anak kita.” Varen berkata dengan nada memelas, berharap Alexa akan memahami keinginannya.“Tapi aku baru saja bekerja di sana, banyak project tert