Retno merenungi nasib hidupnya dan kini pikirannya melayang pada kejadian ketika ia masih kecil dahulu. Kala itu ia masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak saat keluarganya mudik ke rumah Eyangnya. Ini adalah pertama kalinya dirinya bertemu keluarga besar Mamanya di hari raya idul Fitri. Biasanya mereka akan berkumpul dengan keluarga besar sang Papa karena alasan jarak yang lebih dekat.Saat ia bermain di lompat tali bersama para sepupu wanitanya, ia tidak sengaja mendengar sang Tante berbicara dengan Budhenya di teras rumah."Kenapa Mbak Yuni harus bawa anak itu ke sini?""Nggak tau, aku. Mungkin suaminya yang minta.""Males banget lihat mukanya."Dulu Retno berfikir bahwa Budhe dan Tantenya tidak suka karena dirinya tergolong anak yang cukup centil ketika ia kecil, namun kini semua terjawab sudah. Mungkin ia saja yang cukup bodoh karena tidak mempertanyakan hal itu sejak dulu. Mungkin itu pula yang menyebabkan sang Mama jarang mengajaknya bertemu keluarga besarnya.Retno masih memik
Retno menatap lembaran-lembaran kertas yang berserakan di depan mejanya dengan pandangan kosong. Pikirannya sedang tidak ada di tempat ini, karena ia belum siap untuk menjalani sebuah hubungan jarak jauh. Baiklah, mungkin dildo dan video call sex bersama Rio bisa ia lakukan jika mereka sedang ingin dan rindu, namun semua itu tentunya berbeda dengan sentuhan langsung ketika kulit Rio menempel kepada kulitnya bahkan saat partikel partikel atom di dalam tubuh mereka berdua bersilaturahmi lalu membuat gerakan-gerakan indah yang menghasilkan suara pembangkit gairah."Mbak, Mbak Retno," panggil Tia sang asisten yang membuat Retno mengangkat pandangannya untuk menatap Tia."Ya, gimana?"Tia hanya tersenyum manis di hadapan Retno. Sebagai asisten Retno yang telah bekerja kepadanya hampir sepuluh tahun, tentunya Tia tau jika Retno sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Pasti ada sesuatu yang membuatnya tidak fokus untuk menatap gambar dari beberapa desainer yang bekerja di butik ini. Retno
"Kenapa kamu buka?""Nyari sensasi lain.""Oh," jawab Retno singkat dan Retno melenguh panjang dengan kedua tangannya yang mencengkeram rambut Rio saat merasakan nipple-nya di hisap kuat-kuat oleh Rio."Oh, fuck...," Desah Retno ketika ia merasakan Rio membuat kissmark di sekitar area gunung kembarnya yang putih bersih ini."You like it?"Retno hanya menganggukkan kepalanya dan kini Rio semakin bersemangat untuk mengeksplorasi tubuh majikannya. Beberapa menit Rio memberikan foreplay dengan bermain di tubuh bagian atas Retno hingga Retno mendesah, melenguh bahkan menggeram, akhirnya Retno mengangkat tubuhnya sedikit dan ia menempatkan bokongnya pada kemudi mobil.Paham posisi Retno yang menginginkan dirinya mengeksplorasi tubuh bagian bawahnya, segera saja Rio menurunkan celana dalam Retno. Kini inti Retno yang bersih, putih dan mulus tanpa ada sehelai akar pun yang tertinggal di sana telah terpampang dengan jelas di depan wajah Rio. Rio memundurkan kuris yang ia duduki hingga akhirnya
"Mas, Mas, bangun Mas," Rio membuka matanya tak kala ia merasakan tepukan pelan di pundaknya. Saat ia menoleh, seorang petugas dari KAI telah membangunkannya. Segera saja ia menegakkan tubuhnya. Lalu Rio mengucek matanya pelan."Kita sampai di mana ya, Pak?" Tanya Rio dengan suara khas orang bangun tidur."Stasiun Tugu Yogyakarta, Mas."Bajilak....Rio langsung bangun dan ia segera bangkit berdiri. Kini yang ia sadari hanya satu, dirinya lupa menghubungi Retno ketika ia sampai di stasiun Purworejo. Cepat-cepat Rio meraih tas ranselnya dan keluar dari kereta api. Saat ia berjalan di sepanjang peron, Rio segera mengeluarkan handphonenya. Rio mencari nomer telepon Retno di sana yang ia beri nama Ndoro Sayang. Andai Retno tau dirinya memberi nama Ndoro Sayang di handphonenya, bisa di babat habis Rio oleh Retno. Rio tau Retno bukan wanita yang menganggap dirinya lebih tinggi dari orang-orang di sekitarnya, karena itu ia lebih suka di panggil Mbak daripada Ibu oleh para karyawannya.Beberap
Retno sedang berusaha untuk tidak protes dengan cara Prima menyetir yang seperti baru pertama kali mengendarai mobil. Andai ia tahu jika cara menyetir Prima seperti ini, tentu saja Retno tidak akan sudi menyetujui usul Rio. Dalam hati Retno, ia sudah berjanji untuk protes kepada Rio setelah Rio kembali pulang ke Jogja pada hari Jum'at dini hari."Tante Retno, kenapa dari tadi Tante diem aja?"Ya Tuhan, Andai saja melemparkan high heels yang ia kenakan tidak akan membahayakan nyawanya atau nyawa Prima yang sedang menyetir, tentunya Retno sudah melemparkan high heels Christian Louboutin yang ia kenakan ke arah Prima."Lagi sakit gigi," kata Retno yang membuat Prima berhenti bertanya.Ah, benar-benar Retno tidak tahan merasakan ini semua. Perutnya sudah bergejolak naik turun hingga ia ingin muntah. Akhirnya kini ia menepuk pundak belakang Prima dengan tangan kirinya. Tangan kanan sudah menutup mulutnya ,karena apa yang ia makan tadi pagi memilih untuk keluar kembali."Kenapa Tante?" Tan
"Aku mau keluar lagi," kata Retno yang justru membuat Rio terus melakukan itu dan memindahkan tangannya untuk memberikan pijatan amatir pada kedua gunung kembar Retno.Seeer......Cairan milik Retno sukses keluar dan membasahi wajah Rio. Sebagian cairan itu bahkan Rio telan. Melihat Retno yang sudah mendapatkan klimaksnya kembali. Segera saja Rio menarik kepalanya dan ia mengocok sebentar juniornya lalu menggesek-gesek di sekitar area selangkangan Retno yang sudah basah dan lembab.Blesss.....Retno dan Rio melenguh panjang. Kini bahkan Rio harus diam dan menutup matanya karena ia sedang menikmati senam kegel yang di berikan Retno siang ini. Sungguh begitu nikmat rasa jepit lepas yang Retno berikan pada juniornya di dalam. Tanpa perlu Retno melakukan blow job, ia telah berhasil membuat Rio mendesah berkali kali."Muka sange kamu aja ganteng begini ya," kata Retno yang masih fokus menatap wajah Rio yang sedang mendongak ke atas.Brruuggg....Rio menjatuhkan dirinya di atas tubuh Retno