Retno duduk di teras belakang rumah orangtuanya. Ternyata ibunya memintanya datang ke rumah karena tadi ada anak rekan bisnis Papanya yang mampir kerumah. Tentu saja harapan mereka, agar Retno bisa meliriknya untuk dijadikan pasangan. Sayangnya Retno yang melihat laki-laki itu tidak tertarik sama sekali. Retno yakin, laki-laki itu tidak akan sanggup mengimbangi permainan dan birahinya ketika berada di atas ranjang. Lebih baik di skip saja daripada menginvestasikan waktu dan tenaga untuk hal yang belum tentu sesuai dengan ekspektasinya.
“Tan, gimana tadi sama Om Yun," tanya Mika sambil mulai duduk di samping Retno.
“Nggak gimana-gimana. Nggak menarik.”
Kini Mika tertawa cekikikan. Retno hanya menatapnya tanpa berkomentar.
“Kalo Tante aja nggak tertarik, apalagi aku.”
“Tante lebih tertarik untuk cari supir daripada cari pasangan. Capek juga lama-lama nyetir sendiri kemana-mana, belum lagi kalo Tante habis clubbing."
Tiba-tiba Mika teringat Rio yang sedang membutuhkan pekerjaan.
“Tan, Tante serius lagi cari supir?”
“Iya.”
“Kebetulan teman aku lagi cari kerjaan. Kalo aku tawarin ke dia aja gimana?”
“Emang teman kamu mau kalo acara hura-huranya terganggu sama kesibukan kerja?”
“Mau, Tan. Dia yang minta cariin kerja. Katanya kerja apa aja selagi halal dan gajinya cukup untuk bayar kost plus makan harian dia.”
“Kriterianya yang paling penting punya SIM A, bertanggung jawab, bisa dipercaya dan nyupirnya halus,” kata Retno pada Mika.
“Wah, aku kalo soal itu harus tanya ke dia dulu, Tan.”
Retno hanya tersenyum. Mungkin tidak ada salahnya mencoba untuk memberikan pekerjaan itu kepada teman Mika jika ia bisa memenuhi semua kriteria dari Retno.
“Lebih baik kita berdua bertemu dengan dia saja dan kita tes bersama.”
Mika tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
“Tante kapan biasanya?”
“Hari Rabu siang saja. Jadwal Tante kosong jam dua siang.”
“Okay, okay, Tan. Aku kabarin teman aku ya?”
Retno hanya menganggukkan kepalanya dan kini ia bangkit berdiri meninggalkan Mika sendirian yang mulai sibuk dengan handphonenya. Tanpa banyak menunggu Mika langsung menghubungi Rio untuk memberitahukan info lowongan pekerjaan ini padanya. Semoga saja sang Tante cocok dengan Rio, agar agenda pendekatannya pada Rio juga lebih mudah bagi Mika.
***
Siang ini Retno akhirnya mendarat di Bandara Radin Inten II bersama keluarga dan teman-teman suaminya. Sejak tadi Retno mencoba menulikan telinganya karena ia masih mendengar keluhan kakak iparnya tentang pilihan penerbangan kelas ekonomi yang harus mereka naiki siang ini dari Jogja ke Lampung."Kita mending sewa private jet aja, Ret kalo kaya gini. Kasian Mama sama Papa harus desak-desakan di kelas ekonomi kaya tadi. Aku enggak tega lihatnya.""Ini cuma penerbangan domestik. Lagipula rugi keluar uang banyak-banyak untuk sewa private jet, Mbak. Mama sama Papa juga happy aja naik kelas ekonomi. Mereka enggak ngeluh sama sekali.""Aku yang bayarin andai kamu mau bilang jauh-jauh hari tentang masalah ini."
Mikha membuka kedua matanya kali ini dan hal pertama yang ia rasakan adalah pusing hebat yang mendera kepalanya. Ia pegang kepalanya dan ia mencoba fokus pada apa yang ada di sekitarnya. Akhirnya Mikha bisa melihat jika sang Tante ada di sofa kamarnya dan sedang tertidur dengan pulas.Tidak mau mengganggu Retno, Mikha mencoba bangun dari atas ranjangnya. Seketika kepalanya menjadi pusing dan ia hampir saja nyungsep jika saja dirinya tidak berhasil memegang tembok. Kini pelan-pelan Mikha mulai berjalan menuju ke kamar mandi. Saat sampai di sana ia segera melakukan apa yang biasa ia lakukan setiap kali bangun tidur.Retno yang sayup-sayup mendengar suara air dihidupkan dari arah dalam kamar mandi segera membuka matanya. Pelan-pelan ia mencoba untuk menegakkan tubuhnya dan ia langsung bangun karena melihat ranjang Mi
"Yang, pokoknya selama aku pergi kamu jaga kesehatan baik-baik. Nanti kita video call kalo aku sudah sampai di kost lagi," ucap Rio sambil mengemudikan mobil istrinya untuk menuju ke bandara.Retno menguap dan setelah menguap, ia hanya menjawab pendek, "Iya, Ri.""Kamu tidur aja hari ini. Beberapa hari ini kamu sudah aku gempur habis-habisan."Retno menganggukkan kepalanya. Tanpa Rio memintanya saja ia sudah tahu bahwa dirinya akan tidur seharian. Nanti setelah bangun ia akan mandi dan menuju ke tempat spa. Badannya terasa remuk redam hingga butuh pijat.Beberapa saat Rio menunggu jawaban Retno namun tidak ada sama sekali. Ketika ia berhasil memarkirkan mobil di parkiran Yogyakarta Internasional Ai
Entah berapa lama Retno tertidur hingga ia akhirnya terbangun kala merasakan remasan pada salah satu gunung kembarnya dari arah belakang tubuhnya. Awalnya Retno berpikir itu hanya sebuah mimpi, namun kala ia membuka matanya, ternyata tangan Rio sudah ada di sana. Tangan Rio benar-benar bergerak dengan begitu lincahnya seakan sudah tahu tugasnya."Ri?" Panggil Retno pelan dengan suara khas orang bangun tidur."Hmm....""Jam berapa sekarang?""Jam dua pagi, Yang." Jawab Rio di dekat telinga Retno. "Yang, dedek udah bangun. Satu ronde, ya?"Retno menghela napas panjang. Andai saja hari ini Rio tidak akan pergi ke Jakarta, pasti ia akan menolaknya. Rasanya
Mengingat besok pagi-pagi buta ia harus mengantarkan Rio ke Yogyakarta Internasional Airport, maka malam ini setelah makan malam di rumahnya untuk pertama kali setelah mereka resmi menjadi suami istri, Retno memilih mengajak Rio untuk segera tidur. Ia benar-benar memiliki hutang jam istirahat yang banyak sejak beberapa hari yang lalu. Bahkan ia sudah memiliki agenda untuk tidur seharian setelah Rio kembali pulang ke Jakarta. Waktu cutinya yang masih tersisa sekitar sepuluh hari lagi tidak akan Retno sia-siakan begitu saja. Ia juga akan menggunakannya untuk mengunjungi salon & spa untuk memijat seluruh tubuhnya setelah tubuhnya di bolak balik oleh Rio selama beberapa hari ini."Yang, apa kamu tega sama aku? milih tidur daripada kita olahraga malam?" Tanya Rio untuk yang kesekian kalinya pada Retno."Besok aku harus n
Untuk pertama kalinya sejak Rio dan Retno menikah, akhirnya mereka merasakan tidur dengan nyenyak tanpa diselingi acara olahraga malam atau pagi. Mungkin karena sejak kemarin mereka menginap di rumah orangtua Retno. Setelah tadi pagi keluarga Reynaldi dan Chandra pulang, maka sore ini Retno juga mengajak Rio untuk pulang ke rumah mereka.Meksipun Hartono dan Yuni melarang mereka, namun Retno tetap bersikukuh untuk pulang. Mengingat besok pagi juga Rio sudah kembali ke Jakarta menggunakan penerbangan paling pagi. Kini setelah Retno berhasil pamit kepada orangtuanya, ia segera masuk ke mobil bersama Rio.Saat mobil sudah meninggalkan halaman rumah Hartono dan Yuni, barulah Retno membuka percakapan kembali dengan suaminya yang sejak berada di rumah orangtuanya lebih banyak diam. Terutama kala berkumpul bersama keluarganya.