Share

PART 3

last update Last Updated: 2022-09-22 19:12:54

Rio menunggu dengan perasaan tidak menentu setelah beberapa hari yang lalu Mika mengirimkan pesan kepadanya jika ia memiliki tawaran pekerjaan. Walau pekerjaan yang ditawarkan Mika bukan pekerjaan yang bisa menjamin masa depan Rio hingga ia tua kelak, setidaknya pekerjaan ini bisa membuatnya tetap tinggal di kost dan makan dengan layak. Ia masih menunggu Mika hingga akhirnya matanya menangkap dua sosok wanita yang salah satunya adalah Mika memasuki cafe. 

Untuk pertama kalinya Rio terpaku pada sosok wanita bertubuh sintal dengan ukuran buah dada yang menggairahkan. Buah dada yang besar, padat dan sepertinya kenyal walau pakaian yang dikenakannya tidak bisa dikatakan kurang bahan, tetapi dress selutut yang dikenakannya memahat tubuh sintalnya dengan sempurna. Bahkan ketika Mika dan perempuan itu sudah dekat dengannya, baru Rio sadari jika bumper belakang wanita itu indah sekali, bulat sempurna dan pasti nikmat tidak terkira saat miliknya terjepit didalam liang surgawi milik wanita itu. 

“Mas, Mas Rio,” panggil Mika yang membuat Rio menapaki dunia nyatanya lagi. 

“I…iya,” jawab Rio sambil terbata bata, namun matanya masih fokus menatap wanita disebelah Mika. 

Retno yang menyadari arti tatapan Rio justru ingin tertawa terbahak-bahak, namun ia tahan karena ada Mika disebelahnya.

“Kenalin, ini Tanteku. Namanya Tante Retno. Dia yang butuh supir.”

Setelah mendengar kata-kata Mika, Rio dan Retno berjabat tangan. 

“Rio.”

“Retno.”

Kata mereka berdua sambil berjabat tangan. Rio merasakan telapak tangan Retno yang halus, lembut dan hangat. Otaknya bahkan sudah travelling membayangkan tangan Retno sedang memainkan batang miliknya yang kini telah bangun dari tidur panjangnya dan ia merasakan kurang nyaman karena celana jeans yang dikenakannya menjadi sesak.

Setelah itu mereka bertiga duduk dan Rio harus membuat dirinya fokus pada percakapan yang membahas tentang pekerjannya. 

“Gaji kamu pakai UMR Jakarta, karena memang kesibukan saya seperti orang-orang disana. Bisa berangkat pagi, pulang malam atau mungkin subuh.”

Gaji UMR Jakarta di Jogja? Sesuatu di luar ekspektasi Rio, tentu saja ia tersenyum mendengar gajinya yang lumayan besar itu. Namun ia harus berhenti tersenyum ketika mendengar kata-kata Retno kemudian. 

“Tidak ada hari libur yang pasti. Kamu bisa mengambil libur ketika saya sedang ingin berada di rumah dan tidak pergi kemana-mana. Kamu harus siap kapan saja jika saya panggil. Bagaimana, apakah kamu siap dan mampu untuk semua itu?”

Bagaimana dengan hoby mendaki gunungnya? Apakah ia masih bisa mendaki jika Retno tidak memberikannya libur di hari yang terjadwal. Dengan mengumpulkan keberaniannya, ia mencoba bertanya kepad Retno. 

“Tan, eh, maksud saya Mbak Retno.”

Mika yang mendengar Rio memanggil sang Tante dengan panggilan Mbak, tentu saja mengernyitkan kening dan ia buru-buru menginterupsi. 

“Jangan panggil Tante Retno Mbak, Mas. Panggil Tante aja.”

Rio hanya bisa memamerkan senyum tiga jarinya di hadapan Retno dan Mika. Namun ia tidak berani mengiyakan atau menolak usul Mika, hingga akhirnya Retno yang memutuskan kegalauannya. 

“Kamu panggil saya Tante saja, seperti Mika memanggil saya. Lagipula kamu temannya.”

Andai Rio boleh meminta kepada Tuhan, ia ingin memanggil Retno dengan panggilan sayang, honey atau apapun itu. Sungguh, dengan melihat Retno, sisi kejantanannya telah bangun kembali setelah hampir tiga tahun ini mati suri. 

“Iya, Tante. Saya akan panggil Tante Retno.”

Good. Sekarang saya boleh lihat KTP dan SIM A kamu?”

Mendengar permintaan Retno, Rio segera mengeluarkan KTP dan SIM miliknya dari dalam dompetnya. Entah kenapa Rio merasa gugup ketika melihat Retno melihat data pribadinya cukup lama. 

“Ada masalah, Tante?” Tanya Rio ketika Retno cukup lama melihat KTP-nya. 

“Iya, ada sedikit.”

Rasanya jantung Rio sudah mencelos hanya dengan mendengar kata-kata Retno barusan. 

“Masalah apa sih, Tante Retno? Mas Rio kurang apa lagi?” Tanya Mika dengan geram. 

“Statusnya masih mahasiswa, lantas bagaimana membagi jam kuliahnya dengan bekerja? Apalagi ini kerjaannya supir lho bukan part-time seperti di cafe-cafe gitu?”

Kini Rio merasakan kepalanya seakan diguyur dengan Es. 

“Tante tenang saja, saya lebih memilih bekerja daripada kuliah saya."

“Kenapa?”

“Karena saya sudah pernah di wisuda dua kali dan jurusan administrasi bisnis sebenarnya bukan pilihan saya, tapi orangtua saya.”

“Wow, kamu yakin tidak akan bermasalah?”

“Yakin, kalopun saya melanjutkan kuliah saya, saya pastikan itu tidak akan mengganggu jam kerja saya sebagai supir Tante Retno.”

Entah pada kenyataannya akan seperti apa, yang penting kali ini Rio mendapatkan pekerjaan. Peduli setan jika ia harus menitip absen kepada temannya ketika jam kuliah berlangsung dan ia sedang mengantarkan Retno. 

Okay, kalo begitu sekarang kamu saya tes untuk mengemudikan mobil saya. Ini remote-nya,” kata Retno sambil mengulurkan remote mobil BMW miliknya. 

Rio segera menerimanya dan kini mereka berjalan keluar dari cafe. Saat sampai di tempat parkir dan di depan mobil Retno, Rio mengangkat kedua alisnya karena ia kaget melihat mobil BMW keluaran terbaru berwarna putih ini. Kini bukan saja Retno yang membuatnya panas dingin karena penampilannya, tetapi mobil miliknya pun berhasil membuat Rio merasakan hal yang sama. Yang Rio takutkan adalah mobil itu tergores dan membuatnya tidak tampil sempurna serta paripurna. Tentu saja jika itu terjadi maka gajinya tidak akan cukup untuk membuatnya mulus lagi. 

“Ayo, Rio,” ajak Retno pada Rio ketika Rio hanya diam saja. 

“I…iya, Tan.”

“Kamu kenapa seperti orang ketakutan gitu?”

“Duh, Tan sejujurnya ini baru pertama kalinya saya mau nyupirin mobil mewah. Takut lecet.”

“Memang biasanya kamu nyupir mobil apa?”

“Mobil sejuta umat, Tan yang banyak di rentalin.”

Retno berusaha menahan tawanya karena melihat ekspresi wajah Mika kali ini ketika melihat dirinya ngobrol dengan Rio. Setelahnya Retno langsung berdeham. 

“Sekarang saja kita masuk, yuk."

Kini Rio, Mika dan Retno masuk ke dalam mobil. Mika langsung mengambil posisi duduk di kursi penumpang depan yang membuat Retno harus mengalah dan duduk di kursi penumpang belakang. 

“Ayo, Mas buruan jalan,” kata Mika ketika mereka semua sudah berada di dalam mobil. 

Okay,” jawab Rio singkat. 

Selama hampir lima belas menit Rio mengemudikan mobil Retno, Mika tidak berhenti berceloteh layaknya anak bayi yang meminta perhatian. Andai saat ini Retno tidak ada di dekat Rio, rasanya ia ingin menyuruh Mika menutup mulutnya agar ia bisa fokus pada jalanan di depannya. Sebenenarnya bukan hanya Rio yang terganggu, namun Retno juga, bahkan ia harus memasang headset bluetooth di kedua telinganya. Ia sengaja menyetelnya dalam volume tinggi agar suara Mika tidak terdengar olehnya. Lagu-lagu lawas band Padi mengalun indah dan membuatnya menutup matanya. 

Retno membuka matanya karena merasakan tepukan di pahanya, ternyata Mika yang sudah menepuk pahanya dan menginformasikan jika kini mereka telah tiba disalah satu salon milik Retno yang memiliki cukup banyak cabang di kota gudeg ini. 

“Tan, kita sudah sampai nih, turun yuk?” Ajak Mika kepada Retno.

Okay," jawab Retno kemudian ia mengikuti Mika turun dari mobil. Kini mau tidak mau Rio turun dari mobil Retno. 

Dengan memberanikan diri, Rio mencoba bertanya kepada Retno. 

“Maaf, Tante Retno ini gimana kelanjutannya?”

“Oh, cara kamu menyupir cukup aman dan nyaman walau sepertinya kamu belum terbiasa mengemudikan mobil matic ya?”

Rio hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. 

“Kalo begitu mulai besok kamu bisa datang ke rumah saya setiap pagi jam 7. Setelah sampai disana kamu cuci mobilnya, kamu hidupkan, jam 8 pagi kita sudah siap untuk pergi.”

Bagai baru saja mendapatkan rejeki durian runtuh, reflek ia langsung menyalami Retno dan mengatakan terimakasih. Retno hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Entah kenapa ia melihat Rio sebagai laki-laki yang polos dan tidak terlalu banyak gaya apalagi tingkah. Satu hal yang ia harapkan semoga saja hubungan mereka tetap akan berjalan secara profesional mengingat mencari supir lebih sulit daripada mencari gigolo. 

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tante Retno, I Love You    PART 16

    Setelah merasa cukup menikmati pemandangan gunung Prau yang indah ini, akhirnya Rio dan teman-temannya memutuskan untuk membongkar tenda dan segera turun ke bawah. Saat turun, Rio berada di paling belakang dengan Retno yang ada di depannya.Jika semalam yang terlihat di sisi kanan kiri Retno adalah gelapnya malam, maka kini semua terlihat jelas. Pemandangan siang hari yang cerah dengan teriknya sinar matahari adalah teman perjalananya kali ini. Di depannya ada Prima yang sedang mendengarkan lagu dari handphonenya. Retno baru menyadari satu hal, jika ia lebih cepat lelah ketika naik semalam daripada pagi ini. Karena kali ini mereka baru beristirahat ketika telah sampai di pos tiga."Jangan lama-lama dong, soalnya anak-anak gue sudah nunggu di basecamp," kata Nada sambil mulai membuka botol minumnya.Retno melihat Nada sambil tersenyum. Retno tau dan mempercayai jika Tuhan itu adil, namun kenapa dirinya tidak bisa memiliki kehidupan seperti Nada. Kehidupan rumah tangga yang adem tentrem

  • Tante Retno, I Love You    PART 15

    Retno duduk di depan tenda sambil melihat pemandangan gunung Sumbing dan Sindoro yang ada di hadapannya. Kedua gunung yang tampak indah dan mirip dengan salah satu gambar di logo air mineral. Seumur hidupnya ini adalah pertama kalinya ia menginjakkan kaki di gunung. Riuh suara dari para pendaki menghiasi pagi buta ini. Bahkan saat ia menoleh ke sisi sebelah samping tampak Manda yang sedang men-setting kamera DSLR miliknya."Lo ngapain sih, Man?" Tanya Prima sambil mulai duduk di sebelahnya."Lagi setting kamera. Pingin jualan hasil foto. Siapa tau aja jadi cuan.""Jual diri lebih cepat laku, Man," kata Prima santai setelah itu ia menyeruput coklat panasnya.Plak.....Manda menepuk bahu Prima yang membuat minuman di tangan Prima tumpah sedikit."Segawon tenan, wedangku tumpah iki*." (*Beneran anjing, minumanku tumpah ini)"Lambemu koyo ora tau di sekolahin*." (*Bibirmu seperti tidak pernah disekolahkan.)Mendengar perdebatan Manda dan Prima, Retno hanya bisa tersenyum kecil. Sungguh be

  • Tante Retno, I Love You    PART 14

    "Kita istirahat di sini dulu, 5 menit," kata Juna ketika mereka sampai di pos dua yang disebut canggal walangan. Retno mengikuti semua yang memilih duduk dan menyelonjorkan kakinya."Gimana, Tante, capek nggak?" Tanya Rio ketika ia mulai duduk di sebelah Retno sambil menyelonjorkan kakinyaRetno menoleh dan tersenyum. Baru pertama kalinya Retno melihat laki-laki yang seharusnya jauh dari tipenya tapi justru sanggup membuatnya merasa nyaman. Kali ini Rio terlihat berkeringat, kucel karena debu yang menempel pada wajahnya."Cukup menyenangkan juga. Btw, Tante doang ini yang nggak bawa cerrier?""Nggak pa-pa, semua logistik Tante sama aku sudah ada di tas ini. Mau minum nggak, Tan?" Tanya Rio sambil membuka cerrier 80 liternya."Boleh," jawab Retno singkat.Rio lalu mengeluarkan botol air minum berukuran satu setengah liter."Ini, Tan," kata Rio sambil mengulurkan botol air itu."Thanks," kata Retno sambil menerima botol air tersebut."Duh, duh, duh, mupeng gue lihat Rio manis banget sa

  • Tante Retno, I Love You    PART 13

    Retno tidak pernah menyangka jika malam hari di kawasan Dieng ini bahkan mungkin lebih dingin daripada suhu AC 16 derajat. Ia tidak bisa membayangkan, bagaimana bisa para warga di sini tidak masuk angin setiap hari? Dirinya saja sampai menggigil tadi. Retno berfikir bahwa Rio akan memeluknya, namun yang ada justru Rio malah meminta maaf kepadanya, ingin marah, tapi apa yang dikatakan Rio tadi ada benarnya.“Tante, maafin aku ya, aku nggak bisa meluk Tante di sini, walau Tante kedinginan. Jadi aku kasih sleeping bag sama Tante pakai jaket dobel ya? Pakai aja ini punya aku,” Retno sedikit kaget karena tidak biasanya Rio menggunakan bahasa, “aku” biasanya ia lebih formal dengan menggunakan kata ”saya".Bagaimana Retno bisa marah kalo Rio sudah meminta maaf terlebih dahulu? Tentu saja tidak bisa. Baru beberapa saat Retno memejamkan mata, alarm milik teman mendaki Rio sudah bernyanyi dengan riangnya. Mau tidak mau Retno ikut bangun dan bersiap siap. Sebelum memulai pendakian mereka sempat

  • Tante Retno, I Love You    PART 12

    Retno menatap penampilannya di cermin dan ia tersenyum bahagia. Sesuatu yang sederhana namun baginya begitu manis. Ia belum pernah di perlakukan seperti ini, apalagi dengan seorang berondong. Selama ini ia membeli berondong untuk memuaskan napsunya, namun baru Rio-lah satu-satunya berondong yang bisa mengisi jiwanya yang kosong dan tidak pernah terjamah sejak ia bercerai dari Handi.Setelah merasa cukup untuk mematut diri di depan cermin, Retno kembali keluar dan di sana terlihat Rio yang sudah menunggu dengan motornya. Segera saja Retno menghampiri Rio."Ri," panggil Retno yang membuat Rio menoleh.Kali ini Rio terpesona melihat janda satu ini yang telah memberinya surga kenikmatan dunia untuknya. Bagaimana rasanya memuja dan dipuja dengan begitu liar namun tak terlupakan. Retno terlihat muda dengan jaket gunung, celana gunung, bahkan sepatu gunungnya. Jika dulu ia merasa Retno terlihat seksi saat mengenakan bikini, namun itu semua telah terganti. Retno berubah menjadi luar biasa sek

  • Tante Retno, I Love You    PART 11

    Rio menatap Retno yang tengah berbaring disampingnya. Ia tersenyum melihat Retno yang sedang tertidur setelah percintaan panas mereka beberapa saat lalu. Rio tau apa yang ia lakukan dengan Retno sudah menyalahi aturan, namun ia tidak bisa menghentikan hasratnya. Apalagi ketika ia mendengar setiap desahan, lenguhan, hingga teriakan Retno saat mereka menyatukan seluruh partikel-partikel kecil di tubuh mereka berdua. Rasanya ia ingin mencobanya lagi dan lagi. Rio tidak tau harus bagaimana menyingkirkan perasaan ini dari dalam hatinya. Bila ia memang serius dengan Retno maka ia harus berjuang hingga ia pantas bersanding dengannya.Rio memajukan kepalanya dan ia cium kening Retno sekilas.Cup....."Makasih, Tante. Tante luar biasa, aku janji bakal lakuin apa aja asal Tante bahagia."Tanpa sepengetahuan Rio, Retno masih bisa mendengar apa yang Rio ucapkan. Entah kenapa hati Retno merasa bahwa apa yang dikatakan Rio begitu tulus. Pelan-pelan Retno membuka matanya dan pemandangan pertama yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status