Share

07. Awal Kehancuran

Di sebuah sungai di bawah gunung agung, dapat dilihat sosok harimau besar sedang berenang menikmati keindahan alam. Dia tampak berenang secara alami menggunakan keempat kaki besarnya. Bulu bulunya yang mengkilap kini menjadi basah dan tampak cukup berat.

“Huuuu, ini sangat segar, jika bukan karena kemunculan bandit bandit itu, aku akan malas berenang. Bulu bulu ku akan sulit kering dan berat badan ku menjadi bertambah,” keluhnya dengan kesal.

Makhluk besar itu pun berenang kesana dan kemari beberapa kali, sampai pada akhirnya dia mengingat kembali kenangan yang pernah dia lakukan bersama si kakek tua.

***

“Uhhhhh ini sangat dingin,” kata Surya kecil mengigil sembari memeluk ringan tubuhnya sendiri.

“Jangan terlalu manja, mandi pagi dengan air dingin itu sehat,” jawab seorang kakek di hadapan surya.

Mendengar perkataan dari kakek ubanan itu, surya hanya bisa diam sembari mengutuk dalam hati.

“Sial, kini pelatihan macam apalagi yang harus aku lalui?” berkata dengan jijik.

Namun setelah beberapa saat, sosok naif itu pun mulai mulai tersadar.

Dengan menatap tubuhnya dari atas hingga bawah, Surya pun mulai berkata.

“Tapi memang benar sih setelah pelatihan yang diberikan tubuhku menjadi tampak jauh lebih sehat,” katanya mengangguk setuju.

Setelah beberapa saat dia pun menggeleng dan berkata.

“Sial, tetap saja meskipun tubuhku menjadi sehat. Kakek ini tidak manusiawi dan suka menyiksa anak kecil,” katanya berdalih.

Sungguh anak yang naif, bukankah dia terlalu gengsi untuk hal yang tidak perlu?

Dengan itu surya mengikuti perintah sang kakek meskipun saat itu matahari belum menunjukkan sinarnya. Surya duduk bersila tepat di bawah air terjun.

Deburan air yang cukup deras terus menerus menimpa tubuhnya dengan teratur.

“Crush brush burm”

Surya hanya bisa merasakan dingin yang memaksa masuk ke tubuhnya. Sosoknya yang masih muda itu sesekali akan merasakan ngilu Ketika rasa dingin itu merambat sampai ke tulang belianya. Aliran air menjadi pijatan yang cukup nikmat untuk sosok Surya yang telah berlatih sesuatu yang tampak berat untuk seorang di usianya.

Sekali lagi sosok kakek ubanan itu tidak akan pernah diam Ketika Surya sedang melakukan pelatihan. Dia kan terus menggumamkan sesuatu yang acak dan aneh.

“Setinggi tingginya air, tetap dasar lah tujuannya”

“Air itu teratur namun juga tidak teratur secara bersamaan”

“Gemericik air menjadi melodi bagi orang yang menikmatinya”

“Akan selalu mengikuti tempatnya berada, namun dia tidak akan pernah kehilangan jati dirinya”

“ ...”

Surya yang mendengarkan itu pun hanya bisa termenung. Dia bahkan tidak akan bisa mengulang perkataan kakek itu sesaat setelah dia selesai mengucapkannya. Jelas dia tidak menganggap perkataan kakek tua itu penting sama sekali.

Masuk telinga kanan, keluar di telinga kiri!

Kegiatan menyegarkan itu dilakukan Surya hingga jam Sembilan pagi.

“Huuuuu, pelatihan kali ini adalah pelatihan yang paling aku suka. Tidak melelahkan dan sangat manusiawi.” Senyum sumringah tergambar jelas di wajah anak kecil litu.

Sementara itu, kakek ubanan yang mendengar perkataan Surya hanya bisa menyuruhnya untuk bergegas.

“Sudah cepat, perut ku sudah berbunyi. Bukankah kau juga lapar bocah nakal?” kata kakek itu mendesak.

“Hahahaha, baik kakek tunggu sebentar.”

Dengan itu Surya pun lari mengejar kakek ubanan yang telah berjalan dengan sangat cepat.

Di saat Surya dalam suanan hati yang baik, ada satu hal yang tidak diketahuinya. Kakek ubanan itu berjalan sembari tersenyum licik. Jelas ada sesuatu yang sedang ia rencanakan.

...

“Ahhhh aku sangat kenyang,” kata Surya sembari mengelus perut kecilnya yang sedikit buncit.

Melihat ke arah Surya, kakek ubanan itu pun tersenyum sebelum merubah ekspresinya menjadi serius.

“Surya, cepat berkemas. Kita akan pergi berlatih lagi”

“Haaa berlatih lagi? Bukankah kita sudah berlatih tadi pagi.” Wajah Surya tampak kesal Ketika menggembungkan pipinya.

“Hmmm, kau masih muda. Jangan jadi orang yang malas,” katanya mengejek.

“iya iya, beres-beres sebentar,” katanya dengan wajah enggan.

Dengan itu Surya dan kakek pergi ke suatu tempat. Mereka menuju ke daratan yang jauh lebih tinggi. Dan pada akhirnya Surya sampai ke puncak gunung agung itu.

“Huuuu, disini begitu dingin.”

Melihat ke suatu arah, kakek ubanan itu memerintah Surya.

“Di situ adalah tempat tertinggi duduklah dan mulai bernafas kemudian rasakan seluruh sensasi yang kamu terima.

Meskipun sedikit bingung dengan apa yang diperintahkan oleh kakek itu, Surya hanya bisa berjalan dengan malas dan melakukan apa yang telah diperintahkan kepadanya.

Duduk bersila dengan tubuh tegap, Surya mulai bernafas secara beraturan. Dia dapat merasakan udara sejuk yang masuk melalui hidung kemudian mengalir ke paru-paru. Udara dingin itu sangat kering membuat surya menjadi dehidrasi. 

Hembusan demi hembusan Surya lakukan dengan teratur dan tenang. Secara tidak sadar selain merasakan aliran udara yang masuk ke paru-parunya, Surya juga merasakan hembusan angin yang terus menabraknya tidak karuan.

Karena tabrakan angin dengan tubuhnya, kejadian itu menimbulkan suara aneh yang dapat di dengar oleh telinganya. Pada saat itulah Surya meyakini bahwa Latihan kali ini bukan sesederhana kelihatannya.

“Latihan ini tidak terlalu buruk, bahkan aku bisa merasakan perubahannya dengan jelas meski aku baru berlatih beberapa saat,” pikir Surya dengan bangga.

Seperti saat sebelumnya, kakek ubanan itu akan terus meracau tidak jelas. karenanya Surya hanya bisa menggerakan telinganya berusaha untuk tidak mendengar perkataan dari kakek itu. dia hanya ingin mendengar deburan angin yang terus menerus menabraknya.

Bukankah itu mustahil untuk memilih apa yang bisa kita dengar Ketika ada dua suara yang muncul secara bersamaan?

Sungguh pemikiran bocah yang aneh.

Setelah hari itu, Surya akan terus berlatih di sungai saat subuh, dan akan dilanjutkan berlatih di tempat tingg di kemudian waktu. Kadang kadang Surya harus memanjat pohon hanya untuk pelatihan seperti ini.

Bukankah berlatih di tempat tinggi di mana pun itu sama saja?

Sungguh pasangan guru dan murid yang aneh!

Setelah lebih dari 3 bulan Surya melakukan pelatihan yang menyenangkan itu, dia merasa bingung dan sedikit heran. Dia sangat percaya bahwa pelatihan ini untuk memperkuat indranya. Namun ada perasaan lain yang meningkat Ketika dia melakukan pelatihan ini.

Dia merasa bisa mengontrol air maupun angin yang ada di dekatnya dengan kekuatan yang kasat mata. Sampai sampai di sekitar tubuh anak itu muncul pusaran pusaran energi yang aneh.

***

Sosok Surya yang menjelma sebagai harimau kini masih berkhayal, namun tidak hanya diam termenung yang dia lakukan. Sosok itu terus menerus mengingat kenangannya bersama kakek tua sembari berlatih di dasar sungai yang tenang. 

Sejumlah besar air di sungai terpengaruh karena kegiatan yang dia lakukan. Pusaran air mulai muncul dan berpusat di tubuh Surya sebagai porosnya. Sungai itu tidak lagi teratur, melainkan berguncang layaknya lautan yang memiliki ombak. Sungguh fenomena yang fantastis untuk dilakukan oleh makhluk fana.

Orang orang akan bisa melihat sebuah pusaran yang cukup besar di sungai, seolah olah ada sebuah lubang tanpa dasar di tempat itu.

Smentara Surya sedang asik dengan dirinya sendiri, sosok Si bengis penjagal kidal sedang berlarian menuju ke arahnya. Dia sudah berputar putar menghancurkan tanah di area pegunungan itu hanya untuk mencari Surya.

Setelah beberapa saat, sosok si bengis penjagal kidal itu mendengar suara deburan air dengan samar samar. Dengan sedikit harapan dapat menemukan Surya, sosok itu mulai berlari ke arah pusat suara sembari menghancurkan area yang dilaluinya.

Benar benar orang yang mengerikan!

Suara deburan air semakin jelas, sesampainya sosok penjagal kidal itu di satu tempat, dia bisa melihat sejumlah mayat dengan tubuh yang tidak berbentuk. Di situlah emosinya semakin memuncak.

“Arghhhhh, bukankah dia terlalu menganggap remeh aku?” katanya tersinggung.

Dengan menoleh kanan kiri, sosok itu akhirnya dapat melihat sebuah pusaran besar yang ada di tengah sungai. Mengencangkan seluruh tubuhnya sampai seluruh urat di tubuhnya menonjol, sosok itu melompat ke tengah sungai.

Saat dia berada di udara, di situ lah penjagal kidal dapat melihat sosok harimau besar yang tampak duduk tepat di tengah sungai, sosok harimau itu terlihat sangat damai dan tenang. namun anehnya, air di sungai itu itu tidak membasahi tubuh Surya seolah olah ada dinding silinder transparan yang melindunginya.

Dengan menaruh tangan kanannya di depan, sosok penjagal kidal itu menarik pedang nya di tangan kiri kebelakang, sejumlah urat yang ada di tangan kirinya mulai membengkak sebelum memerah karena sejumlah energi yang dikumpulkan.

Setelah beberapa detik mengudara, tangan kiri penjagal kidal kini sudah benar-benar merah seperti kepiting rebus, dengan itu barulah sosok penjagal kidal mengayunkan tangannya kirinya untuk membelah ke arah dimana Surya berada.

“Suhfhfhhhfhhfh”

Suara riuh terdengar sebelum bilah pedang itu menghantam area yang ditujunya.

sementara Surya sendiri yang masih duduk tiba tiba telinganya bergetar.

“BUMMMM!”

Sebuah suara dahsyat pun tiba-tiba terdengar sebagai hasil dari hantaman pedang besar milik si penjagal kidal.

Ampas tahu

hai semuanya, apa kabar? gimana bab kali ini? semoga menghibur ya!! || Perhatian!!!, novel ini hanya karangan dan imajinasi author. jadi jangan menganggap serius dan melakukan hal hal yang ada di dalam cerita ini secara sadar, karena itu akan membahayakan kamu dan orang di sekitarmu || terima kasih semuanya atas perhatiannya 😘😘😘.

| Sukai
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Al Qadhi
maaf thor, kata2 sialnya terlalu banyak, klo ABG yg baca bisa2 terpengaruh dialam nyata mereka sehari hari. semoga bisa lebih mendidik pembaca bersopan santun
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status