Share

BAB 4

Penulis: Geny Giany
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-17 20:01:52

Tiga meter dari arah kanan, tiba-tiba Gabby melihat sebuah pintu toilet. Tak ada pilihan lain dia pun memilih untuk bersembunyi di sana.

Namun baru saja Gabby memasuki toilet, tiba-tiba Lascrea melihat sosoknya dan segera berteriak kepada para ajudan.

“Woy! Dia masuk toilet!” teriak Lascrea yang berdiri sekitar sepuluh meter dari sana.

“Jangan sampai lolos!” sahut salah satu ajudan lalu berlari dari arah yang berlawanan dengan Lascrea.

Gabby hampir putus asa. Semakin kecil peluang dia untuk kabur dari rumah Raizel. Terlebih lagi mereka sudah tahu kalau Gabby bersembunyi dalam toilet. Bisa-bisa pintunya didobrak paksa dan mereka menyeret Gabby untuk kembali ke tangan Raizel.

Tak lama berselang, Gabby menenukan sebuah ventilasi kotak yang ada di atap toilet. Dia pun berinisiatif untuk masuk ke sana dengan menjadikan toilet sebagai pijakan.

“Semoga aku bisa kabur lewat sini,” gumam Gabby lalu menaiki toilet dan membuka ventilasi.

“Woy! Keluar lo, Cewek Brengsek!” teriak Lascrea sambil memukul pintu dengan keras.

“Sial! Mereka udah di sini,” bisik Gabby. Dia sedikit kesulitan untuk masuk ke ventilasi karena jaraknya cukup tinggi.

“Woy! Keluar! Lo nggak bisa kabur ke mana-mana lagi,” teriak Lascrea.

“Iya! Kita semua ada di sini. Ayo menyerah dengan damai, atau terpaksa kita dobrak pintunya,” teriak salah satu ajudan.

“Sial!” umpat Gabby setengah berbisik. Sampai saat ini dia belum berhasil melompat ke atap.

Dia pun memejamkan mata untuk menjernihkan pikiran sambil menghirup napas panjang dari hidung, lalu dikeluarkannya melalui mulut. Pandangannya menjelajah seisi toilet untuk mencari benda lain yang sekiranya dapat membantu.

“Hey, Jalang! Gue itung sampe lima, ya! Kalau lo nggak keluar juga, kita bener-bener bakalan dobrak pintu ini!” teriak Lascrea yang masih saja bersikeras untuk mengajak Gabby keluar.

Gabby berdecak sebal. Dari awal dia bertemu, dia sangat tak menyukai Lascrea.

“Sampai kapan pun aku nggak mau keluar dengan sukarela,” gumam Gabby.

“Satu....”

Lascrea mulai menghitung dari luar pintu. Sementara para ajudan sudah menyiapkan kuda-kuda untuk mendobrak.

“Dua.... “

Jantung Gabby kini berpacu dengan sangat cepat. Keringat dingin tak hanya menggelinding di antara pelipis, bahkan sudah membasahi punggung dan kedua telapak tangan.

“Tiga...! Ayo nyerah aja! Masih mau bertahan di toilet?” ejek Lascrea, disusul gelak tawa para ajudan.

“Empat....”

Lascrea menyeringai, sudah tak sabar untuk menangkap Gabby. Sampai hitungan kelima, dia pun memerintahkan para ajudan untuk mendobrak pintunya karena gadis itu tak kunjung keluar.

“Lima!”

“Waktunya udah abis, ayo dobrak!”

Lascrea memerintahkan para ajudan untuk mendobrak paksa pintu toilet. Namun setelah pintu itu terbuka, mereka tak melihat keberadaan Gabby.

“Sial!” geram Lascrea. Tatapannya tertuju ke arah tong sampah yang diletakkan di atas toilet.

“Kayaknya dia kabur lewat ventilasi! Ayo kita cari pintu keluar dari ventilasi ini!” seru Lascrea.

Akhirnya dia dan para ajudan berpencar untuk menangkap Gabby.

Untung saja Gabby memiliki tubuh yang mungil sehingga dia bisa masuk dan merangkak dengan mudahnya tanpa terhalang oleh apa pun. Setelah bergerak beberapa meter, akhirnya Gabby menemukan ujung ventilasi . Dia pun mengintip terlebih dulu dari dalam celah. Khawatir Lascrea dan pasukannya telah sampai lebih dulu.

Dari dalam celah ventilasi, Gabby bisa melihat jelas bahwa dia sedang berada di atap dapur. Kemudian pandangannya teralih ke luar jendela yang sedang terbuka. Sepertinya para pelayan tengah sibuk menata makanan di meja makan sehingga dapur dibiarkan kosong dan terlihat sepi. Setelah di rasa aman, Gabby pun membuka pintu ventilasi dan turun secara perlahan.

“Akhirnya Dewi Fortuna berpihak kepadaku,” bisiknya menyeringai.

Gadis itu melompat ke luar jendela dan terus berlari hingga dia menemukan sebuah hutan. Sesekali Gabby menoleh ke belakang untuk memastikan apakah dia masih dikejar?

Akhirnya Gabby memutuskan untuk memasuki hutan dan bersembunyi di sana sembari mencari jalan keluar untuk meminta tolong.

Setelah berlari cukup jauh, Gabby merasa kelelahan hingga tubuhnya ambruk di tengah-tengah hutan. Pandangannya lamat-lamat mengecil saat melihat pepohonan rindang yang menjulang tinggi, seakan-akan menutup langit.

Sampai akhirnya ada sosok pria tua yang muncul di hadapannya. Pria itu berdiri, memperhatikan Gabby yang hampir pingsan.

"Siapa dia?" batin Gabby sebelum matanya terpejam.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 110

    Pucuk dicinta ulam pun tiba. Saat Gabby dan George mencari cara untuk mengawasi gerak-gerik Raizel secara intens, tiba-tiba saja Gabby mendapatkan tawaran sebagai asisten pribadinya dengan menggantikan sosok Lascrea. Bagaimana mungkin Gabby menolak jika hal tersebut dapat menguntungkannya? Dia akan jadi lebih mudah mengumpulkan bukti tentang bisnis kotor Raizel secara spesifik. Dengan menjadi asisten pribadinya, Gabby dapat mengikuti Raizel dengan mudah, kapan pun dan di mana pun. Di tengah lamunan yang diiringi perasaan antusias, tiba-tiba Gabby dikejutkan oleh pertanyaan Raizel yang tengah menanti jawabannya. "Jadi gmana, Gabby? Apa kamu mau jadi asisten pribadiku?"Sontak Gabby terperangah dan mengenyahkan lamunannya. Dia pun mengerjapkan mata seraya bertanya dengan raut kikuk. "Eh? Emang Lascrea ke mana?"Raizel menghela napas gusar. Sejujurnya dia enggan membahas wanita itu serta masalah yang tengah mereka alami. "Emm, Paniang ceritanya. Intinya Lascrea udah nggak tinggal di

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 109

    Sepulangnya dari taman, Raizel menemukan sepucuk surat yang tergeletak di atas kasur. Dia menautkan kedua alisnya saat meraih selembar kertas itu, lalu terduduk di tepi kasur untuk membacanya dengan hikmat. Dear, Raizel Eleizer. Terima kasih sudah memberikan pelajaran hidup yang sangat berharga selama sepuluh tahun ini. Aku sangat bahagia pernah menemanimu walau hanya sebatas asisten. Tapi sekarang aku mau minta maaf kalau aku nggak bisa lanjut kerja dan tinggal sama kamu lagi. Jaga diri baik-baik, Rai. Aku akan berusaha buang perasaan terlarang ini buat kamu. Semoga kita bisa dipertemukan kembali sebagai partner yang lebih baik. Thanks, Lascrea Raizel meremas surat itu usai membacanya, lalu melempar kertas yang sudah berubah menjadi gumpalan ke sembarang arah. "Argh!" Pemuda itu mengerang dalam kamarnya seraya mengacak rambut sendiri. Dia tak pernah berekspektasi bahwa keadaannya akan brakhir seperti ini. "Kalau udah kayak gini, siapa yang akan hanndle pekerjaanku ke depann

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 108

    Raizel termenung di sebuah taman sambil membenamkan wajah di kedua telapak tangan. Kali ini ada yang berbeda darinya. Pria itu benar-benar sendiri tanpa ditemani ajudan maupun Lascrea. Dia cukup syok setelah mendengar kenyataan bahwa asisten sekaligus orang terdekatnya, ternyata memendam rasa. Terlebih lagi, pagi itu mereka terbangun tanpa busana setelah Raizel mabuk parah sebelumnya. "Aish! Apa yang udah gue lakuin malam itu? Kenapa gue nggak inget sedikit pun?" Raizel tampak frustrasi hingga mengacak-ngacak rambutnya sendiri. "Gue nggak mungkin segampang itu tidur sama dia kalau nggak ada sesuatu yang aneh." Raizel terus bermonolog hingga akhirnya raut yang tampak gusar itu seketika berubah setelah melihat kehadiran seseorang yang membuatnya terperangah. "Ga-Gaby?" Raizel tak berkedip sedetik pun. Bahkan kedua matanya terbelalak, disertai mulut yang terbuka lebar. "Ka-kamu Gabby, 'kan?" Raizel berdiri lalu mengucek matanya, seolah-olah tak percaya dengan apa yang dia lihat. Se

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 107

    Setelah memarkirkan mobilnya di halaman depan, George turun dengan menenteng beberapa kantung belanjaan dan memasuki villa yang kini ditempati oleh Gabby. Sorot matanya tampak berbinar disertai senyum merekah yang menghias wajah tampannya. Pria itu berlari kecil, memasuki villa sambil berseru, "Gabby ...!" Sementara sosok yang dipanggil tengah bersantai di depan televisi seraya memakan sepotong kue. Wanita itu menoleh ke arah seruan yang terdengar dari arah belakangnya. Sampai akhirnya dia melihat sosok George yang menenteng beberapa kantung belanjaan. "George?" lirih Gabby, tak kalah semringah. "Lihat, aku bawa apa!" George menaik-turunkan kedua alisnya sambil menunjukkan apa yang ada di tangannya. Sementara Gabby terlihat bingung hingga kedua alisnya bertaut. "Apa?" tanya Gabby. George pun terkekeh lalu melangkah, mendekati Gabby. "Aku beliin beberapa baju buat kamu. Nggak mungkin kan, kamu tiap hari pake baju papaku," jawab George seraya meletakkan kantung belanjaannya

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 106

    Raizel terbangun di kasurnya dengan tubuh polos yang sudah terbalut oleh selimut. Awalnya dia belum tersadar dan hanya bisa menguap seraya meregangkan otot-ototnya yang terasa sedikit pegal. Sampai akhirnya dia menoleh ke arah samping dengan mata terpicing. Samar-samar, terlihat sosok wanita yang tengah terlelap di sebelahnya. Raizel pun terpaku selama beberapa detik hingga akhirnya terperangah dengan apa yang dia lihat. "Lascrea?" pekik Raizel seraya terbelalak. Kenyataan yang begitu menghantam benaknya adalah saat menyadari bahwa Lascrea dan dirinya sama-sama tak berpakaian dan hanya dibalut oleh selimut. "Apa yang terjadi?" Berbagai macam pertanyaan terus bergelayut dalam benak. Raizel benar-benar tak ingat dengan apa yang sudah terjadi tadi malam. Pengaruh alkohol yang kuat telah membuatnya lupa diri bahkan menguasai alam bawah sadarnya. Raizel pun mendengus kasar seraya menjambak rambutnya sendiri. Pria itu khawatir jika dia benar-benar melalukan hal yang sama sekali tak d

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 105

    Lascrea berhasil melumat bibir Raizel hingga pria itu mengerutkan keningnya di tengah rasa pengar. Aroma alkohol yang menguar dari mulutnya tak menghentikan Lascrea untuk terus menjelajahi mulut pria itu, bahkan kini tangannya mulai beraksi untuk menanggalkan kemeja Raizel. Raizel yang mengira bahwa gadis di pangkuannya adalah Gabby pun hanya bisa pasrah dan membalas lumatan pada bibirnya. Kedua tangannya melingkar di pinggang Lascrea, sesekali mengelus punggung wanita itu yang masih dibalut oleh blazer hitam andalannya. Sementara Lascrea semakin gencar dengan aksinya. Ciuman yang semula intens di sekitar bibir, kini pindah ke leher jenjang Raizel. Sontak pria itu mulai melenguh indah, merasakan sensasi yang luar biasa di tengah rasa pengar. Jemari indah Lascrea kini melepas ikat pinggang Raizel dan berusaha untuk menanggalkan celananya. Dia tak ingin melewatkan kesempatan indah yang mungkin tak akan datang dua kali dalam hidupnya. Entah apa jadinya jika Raizel tahu bahwa wanita y

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status