INICIAR SESIÓN
"Seret dia ke hadapanku! Masih mau bermain-main dengan wanitaku sekarang? Jawab, bedebah!"
Hugo berteriak dengan garang sambil menyeret lelaki paruh baya itu tanpa belas kasihan. Ia membanting lelaki tersebut ke arah pintu setelah mengangkatnya dengan kedua tangannya. "Ampun… ampun, Hugo. Tolong hentikan kesalahpahaman ini. Aku harus kembali, ada seseorang yang menanti ku pulang." Lelaki paruh baya itu berlutut di kaki mafia yang paling ditakuti di kota tersebut. Namun bukan pengampunan yang ia dapatkan, melainkan tendangan demi tendangan yang memecah keheningan malam, disertai jeritan rintihan yang mengerikan. Sesaat kemudian, suasana kembali hening setelah tembakan menghujani tubuh tak berdaya itu. "Tidaaaaak! Ayah… jangan tinggalkan aku, Ayah! Aku cuma punya Ayah sekarang!" Tangis seorang anak yang beranjak remaja pecah melihat kejadian nahas itu tepat di depan matanya. "Ayaaaaah!" Elshi terbangun dari mimpi buruk yang terus menghantuinya setiap malam. Ia mengusap wajahnya yang dipenuhi keringat, meneguk segelas air, lalu berjalan keluar kamar. Elshi menuju ruang latihan di sudut rumahnya, ruangan yang para pelayan sebut sebagai tempat olahraga dan tidak sembarang orang boleh memasukinya. Ia memasang sarung tinju, lalu memukul samsak besar yang tergantung di ruangan itu. Keringat dan air matanya bercampur; matanya memerah dan mulai bengkak karena terlalu sering menangis. Ia hidup, tetapi merasa seperti mati. Setiap malam, Elshi hanya tidur beberapa jam. Ketika ia terlelap, mimpi-mimpi tentang masa lalunya datang kembali dan membangunkannya. Elshi berteriak sekeras-kerasnya di dalam ruangan kedap suara itu sambil menangis tersedu-sedu. Tiba-tiba pintu ruang latihan terbuka. Tampak bayangan gadis langsing, tinggi, dan cantik melangkah masuk. "Zea? Kenapa ke sini? Kamu belum tidur? Tolong jangan seperti aku. Cukup aku saja, Zea." Elshi tampak lemas ketika mengucapkan itu kepada adiknya. "Kak Elshi, tolong jangan terus-menerus tersiksa seperti ini. Aku berjanji akan membantu Kakak membalas dendam, tetapi jangan hidup hanya dengan kebencian. Kakak harus punya semangat hidup dan rasa cinta." Elshi menatap wajah cantik adiknya dan tersenyum. "Adikku ternyata sudah dewasa. Bukankah aku juga punya cinta di dunia ini? Kamulah cinta nyata ku. Melihatmu tumbuh bahagia adalah kebahagiaan tanpa batas." Zea mendekat, menggenggam kedua tangan kakaknya, lalu berbicara dengan serius. "Kak Elshi, aku tahu kakak menyayangiku. Tapi bukan itu yang ku maksud. Kakak terlalu sibuk dengan dendam hingga lupa bagaimana menikmati hidup. Aku tidak pernah lupa pembunuh Ayah, tetapi Ayah tidak akan bahagia di sana jika tahu anaknya hidup dalam penderitaan masa lalu. Kakak harus punya tujuan hidup, cinta, dan cita-cita." Elshi melepaskan genggamannya, lalu memalingkan badan membelakangi Zea. "Apa maksudmu? Aku hidup hanya untuk membahagiakanmu dan membalas kematian Ayah. Selebihnya… mati pun aku tidak peduli." Zea mulai menangis. "Kak Elshi, aku ingin Kakak mencari pasangan… agar Kakak bisa bahagia dan berbagi rasa." Elshi tertawa terbahak. "Adikku sayang, siapa sebenarnya kakak dan siapa adik di sini? Kamu menasihati ku seperti lebih dewasa dariku. Aku tidak butuh lelaki. Bukankah cinta justru membuat seseorang lemah?" Elshi menarik tangan Zea dan mengantarnya ke kamar. "Zea, tidurlah. Aku juga ingin tidur." Zea mengangguk lalu masuk ke kamarnya. Sementara itu, Elshi berjalan menuju balkon untuk menikmati heningnya malam dari ketinggian rumahnya. Tiba-tiba matanya terbelalak ketika melihat mobil modifikasi bergambar Naga Merah melintas di jalan raya dekat rumahnya. Jam menunjukkan pukul 02.30. Ia sangat mengenal komplotan yang berada dalam mobil tersebut. Elshi segera turun menuju pintu utama, lalu ke garasi. Ia mengambil mobil pribadinya dan diam-diam mengikuti mobil bergambar Naga Merah itu. Setelah cukup lama, mobil itu berhenti di sebuah pedesaan. Elshi mengirim lokasi kepada Zay, salah satu orang kepercayaannya di dunia mafia. Zay kemudian memerintahkan anak buahnya untuk tidak jauh dari lokasi. "Kalian bergerak ke daerah ini, tapi jangan mendekati Gadis Rubah jika aku tidak memerintahkan." "Baik, Bos," sahut ketua anak buah Zay. Gerombolan lelaki berkulit gelap dan berbadan kekar itu bergerak pergi, sementara Zay terus memantau Elshi dari jauh melalui aplikasi pelacak. Kelompok mobil modifikasi Naga Merah adalah anak buah Hugo, mafia paling ditakuti di kota tersebut. Tok! Tok! Tok! Terdengar suara ketukan di pintu rumah Dara. Ayah Dara mencoba mengintip dari balik jendela dan terkejut melihat gerombolan orang bersenjata tajam dan beberapa pistol. Sesaat kemudian, pintu didobrak. "Tolong, ambil saja semua harta kami dan segera pergi. Jangan sakiti keluargaku!" teriak ayah Dara dengan gemetar. "Cepat kumpulkan semua harta bendamu!" teriak komplotan Naga Merah. Keributan itu membangunkan Dara dan ibunya; mereka segera keluar kamar. Dara menjerit ketika melihat pisau diletakkan di leher ayahnya. "Dara, kamu tenang. Ibu, tolong ambilkan semua harta kita," pinta Pak Zoom, ayah Dara. "Siapa kalian?! Lepaskan Ayahku!" Dara menangis histeris. "Bos Doni, gadis ini sangat cantik. Bagaimana kalau kita gilir ramai-ramai?" Mendengar itu, muncul ide busuk di kepala Doni, salah satu tangan kanan Hugo. Keributan di rumah Dara membuat para tetangga berdatangan, tetapi pasukan Naga Merah membawa banyak orang untuk beraksi malam itu. Beberapa dari mereka menyekap Dara dan menyeretnya ke dalam mobil.“Malam ini, tepat jam 00.00 tengah malam, kalian datang ke club malam Crystal Snow. Habisi orang yang bernama Marco.” Tampak Hendro menyerahkan foto serta selembar kertas bertulis semua informasi tentang Marco kepada Roy. “Kamu dipercaya bos Hugo untuk memimpin aksi ini, jangan mengecewakannya. Ingat, bos Hugo bisa kapan saja menghentikan biaya pengobatan ibumu di rumah sakit.” Terdengar suara ancaman Hendro kepada Roy, anggota termuda dan tertampan di Pasukan “Naga Merah”. “Baik, akan ku eksekusi secepatnya.” Hati Roy terasa lirih, mengingat pesan terakhir ibunya sebelum koma, “Nak, tetaplah menjadi orang baik. Walau banyak orang jahat kepada kita, jika kamu belum menemukannya, maka jadilah salah satunya.” Roy mengingat kembali kejadian malam itu, saat ibunya yang sedang sakit keras diusir oleh bos kontrakan mereka karena sudah 3 bulan menunggak pembayaran. Hujan disertai petir memecah keheningan malam itu, saat seorang anak yang bekerja
Beberapa saat setelahnya, Hugo mengamuk dan memperingatkan Evandy agar menjauhi Crystalia istrinya.Crystalia sempat berteriak bahwa dirinya sudah tidak ingin memiliki hubungan apa-apa lagi dengan Hugo. Mendengar kata-kata Crystalia yang menyakitkan di hatinya, Hugo menjambak rambutnya, menyeretnya tidak berperasaan, kemudian membenturkannya ke dinding.Melihat hal itu, Evandy sebagai pemilik bar sekaligus orang yang telah dicurigai Hugo segera bertindak. Dia menghampiri Hugo, menjelaskan bahwa dia baru berkenalan dan tidak memiliki hubungan apa-apa.Dia membangunkan Crystalia yang tersungkur dan memanggil ambulans.Hugo semakin mengamuk melihat pemandangan itu. Dia memperingatkan Evandy untuk berhati-hati mulai sekarang dan akan membalas dendam untuk sakit hati yang ia rasakan.Beberapa bulan setelahnya, dia membakar bar, menyerang caffe resto, bahkan memperkosa karyawan perempuan yang bekerja di tempat bilyar yang dikelola Evandy.Evandy mulai membentuk kelompok orang yang dimaksud
“Bos Hugo dataaang! Cepat berbaris ke depan dan berikan penghormatan kepadanya!” seru Doni.Semua anggota penting yang berjumlah 15 orang itu segera beranjak dari meja bundar tempat mereka akan mengadakan rapat tahunan dengan bos mafia mereka tersebut.Mereka berdiri menuju ruang kosong di depan meja, dekat pintu di mana Hugo akan masuk, bersimpuh seperti pembantu, meletakkan sebelah tangan di dada mereka, kemudian menunduk sambil berkata secara serempak, “Selamat datang Big Boss Hugo.”Hugo berdiri dengan sombong, membusungkan dada datar dan perutnya yang buncit ke depan sambil berkata, “Kemenangan untuk kita semua, kalian boleh berdiri dan kembali ke meja bundar untuk rapat.”Lelaki berusia 47 tahun itu tampak sangar dengan luka codet di pipi kirinya. Dia duduk di kursi terbaik di ruangan tersebut sambil membuka beberapa berkas hasil laporan semua anggota inti dari para mafia yang berada di bawah naungannya.“Sial, bedebah kalian semua! Di antara kalian ber-15 tidak ada satu pun yan
Tok… Tok… Tok…Terdengar suara ketukan pintu di ruangan Vita.“Masuk!!” sahutnya.Terlihat wajah Dara yang manis, cantik, dan tak bosan dipandang dari luar pintu.“Permisi Bu Vita, saya izin masuk,” Dara kemudian duduk di kursi berseberangan dengan CEO dari PT. Prima Bersinergi tersebut.“Kamu, bukannya kamu wanita yang ada di Caffe Ardath tadi malam?” tanya Vita tampak kaget.“Bu Vita, apa Ibu ada di sana tadi malam? Maaf saya tidak melihat Ibu,” kata Dara.“Bukankah priammu kaya-raya, mengapa tidak bekerja di tempatnya? Jangan-jangan kamu mata-mata di perusahaan saya ya?” timpal Vita.Dengan buru-buru Dara menjelaskan, “Bu Vita, Ibu salah paham.Pertama,Saya bukan mata-mata, saya serius bekerja di tempat Ibu.Kedua,Saya dan kekasih saya bukan orang kaya, kami hanya orang sederhana yang ingin bekerja untuk masa depan lebih baik.Ketiga,Jika Ibu mengira lelaki saya kaya dari mobil yang dia kendarai, itu bukan mobil kami, itu milik sahabat kekasih saya. Hanya saja tadi malam kami se
Lampu mini Bar tiba-tiba mati, semua orang berteriak ketakutan, Beda dengan Elshi dia justru tersenyum, keadaan benar-benar gelap tidak ada yang terlihat. Elshi menyandarkan tubuhnya dari belakang ke tubuh kekar Damian, punggung Elshi merasa hangat, jelas terasa otot dada Damian yang keras dan kekar. "Damian," seru Elshi "Hem hem," jawab Damian dengan suaranya yang begitu menghipnotis dan maco. Tangan Elshi membawa tangan Damian ke buah kenyalnya, Elshi yang berpakaian sedikit terbuka menonjolkan separo bola empuknya yang terlibat jelas, bulat, putih dan besar. "Remes kalau berani," Elshi menantangnya. Tubuh lembut Elshi, wangi aroma yang menggoda, membuat jantung Damian berdegup kencang, bahkan Elshi jelas bisa merasakannya. Dengan jahil, Elshi meraba batang sensitifnya dengan sebelah tangannya, kemudian berbisik, "Sudah ku duga keras lagi," Damian tersenyum, dalam hati nya bergumam, "Dasar gadis nakal," Damian sempat berpikir mengapa tubuh Elshi sangat mirip dengan
Di Caffe Ardath nampak berhenti mobil Mercedes-Benz 300 SLR Uhlenhaut. Setelah pintu mobil dibuka, muncul sosok cantik jelita nan sexi Elshi bersama sahabatnya, Vita. Caffe Ardath memang tempat berkumpulnya orang-orang kaya raya, selain caffe di sini juga terdapat resto dan mini bar. Hanya saja tempat ini dikenal dengan nama Caffe Ardath karena pada awalnya owner caffe ini memang hanya ingin membuka caffe. Seiring waktu, menjadi bertambah dan semakin lengkap. Harga makanan di tempat ini selangit, jika hanya untuk orang biasa, salah satu minumannya bisa menghabiskan satu bulan gajih bekerja. Beberapa saat di caffe tersebut tiba kembali mobil Rolls-Royce La Rose Noire Droptail. Semua orang nampak penasaran siapa orang yang mengendarai mobil langka tersebut. Mereka melirik dan memandang penasaran siapa yang turun dari mobil itu. Benar saja Damian dan Dara keluar, semua mata berdecak kagum. "Siapa lelaki tampan itu?" "Dia benar-benar seperti dewa." "Sayang sekali dia sepertinya sudah







