Home / Romansa / Tawanan Hati sang Penguasa / Tawaran Menggiurkan

Share

Tawaran Menggiurkan

Author: El khiyori
last update Huling Na-update: 2025-03-08 05:46:52

Apa yang Serena lakukan ternyata membuat Morgan penasaran. Tangan pria itu perlahan menurunkan apa yang semula ia arahkan pada keningnya, membuat wanita itu membuka mata karena penasaran dengan apa yang terjadi.

"Kenapa?" lirih Serena dengan sorot mata sendu.

"Jadilah wanitaku dan kau bisa melampiaskan semua amarahmu pada orang-orang yang telah menyakitimu!"

Serena terdiam, ia tahu pria di hadapannya tidak mencintainya, mungkin yang dibutuhkan hanya tubuhnya, tapi tawaran yang diberikan terdengar cukup menarik.

Lagipula ia sudah muak. Semakin hari Serena juga semakin menyadari kalau suami yang selama ini ia cintai hingga membuatnya rela bersimpuh di hadapan almarhum kedua orangtuanya demi mendapatkan restu, kini tak lagi mencintainya. Sean telah berubah semenjak dirinya kehilangan kekayaan dan orangtua. Apa yang pria itu lakukan bersama dengan ibunya membuat Serena hampir gila.

Ia dipaksa melakukan hal-hal yang menurutnya sangat berat dan diluar kemampuannya. Tak ada diantara mereka yang menanyakan apakah dirinya lelah atau tidak, yang mereka pedulikan hanyalah uang dan uang. Sekalipun Serena menghilang dari dunia ini, mungkin mereka tak akan peduli.

"Kau berpikir atau pura-pura tuli?!"

Suara Morgan kembali menyadarkan Serena.

"Maaf, saya masih berpikir. Kali ini saya menerima tawaran anda Tuan, saya ingin Tuan Morgan membuat seolah-olah diri saya telah tiada."

"Untuk melihat bagaimana reaksi suamimu?" tebak Morgan yang kemudian dijawab Serena dengan anggukan kepala.

"Kau ingat kan harus membayarnya dengan apa?"

Pertanyaan Morgan kali ini sungguh membuat hati Serena bagai diremas. Begitu sakit dan terhina, namun ia tak punya pilihan lain.

"Saya ingat, tapi bagaimana dengan keluarga anda Tuan?"

"Kau hanya akan menjadi wanita rahasiaku, tempatmu tersembunyi, tak ada siapapun yang tahu tentangmu kecuali aku dan orang-orangku."

Mendengar itu air mata Serena kembali jatuh.

Sudah terbayang seperti apa kehidupan yang akan ia lalui kedepannya. Di lubuk hatinya yang terdalam ia sungguh rindu kehidupannya yang dulu. Kehidupan yang tenang dan baik-baik saja. Menjadi anak yang begitu disayangi kedua orangtuanya dan menjadi seorang istri sangat dicintai.

"Siapa namamu?" tanya Morgan lagi.

"Serena Tuan," jawab Serena yang membuat Morgan kembali mendekat lalu menelusupkan jemari ke rambut panjang Serena.

"Ingat Serena, mulai detik ini kau adalah wanitaku. Tak ada lagi yang boleh menyentuhmu selain aku, termasuk suamimu."

Menurut Serena ucapan Morgan sangatlah egois. Ia tak diizinkan bersentuhan dengan siapapun tapi Morgan sendiri justru bebas menyentuh istrinya. Setidaknya itulah yang Serena yakini saat ini, membuatnya semakin tak suka dengan sosok majikannya itu.

Sekarang Morgan masih terus menikmati bibir Serena yang membuatnya benar-benar mabuk kepayang. Rasanya tak ingin berhenti, terlebih saat wanita itu membalas pagutannya. Mereka baru berhenti saat sama-sama sudah kehabisan nafas.

"Mandilah dulu! aku akan menyuruh orang mempersiapkan pakaian untukmu," titah Morgan yang langsung dituruti oleh Serena.

"Awas Serena, kakimu tak boleh terkena air, jika mengalami kesulitan panggil aku!" ujarnya lagi tanpa menatap ke arah Serena karena saat ini Morgan tengah melangkah mendekati jendela dan menatap ke luar sana.

Menikmati udara siang musim gugur yang terasa begitu sejuk. Alam juga nampak begitu indah, membawa ingatan Morgan pada kenangan indah bertahun-tahun yang lalu. Dimana ia bertemu dengan seorang gadis cilik yang menolongnya dari amukan sang ayah.

Gadis itu menggenggam erat tangannya hingga keduanya masuk ke dalam hutan. Mereka terus berlari hingga sampai di tepi danau dengan panorama menakjubkan. Sayangnya, belum sempat mereka bermain bersama dan berkenalan, orangtua gadis itu keluar dari sebuah villa kayu yang ada di sana dan memanggil agar putrinya masuk ke dalam.

Morgan yang kala itu adalah anak pemalu tak bisa melakukan apa-apa, namun ucapan sang gadis bahkan masih melekat dalam ingatannya hingga detik ini.

"Jangan hanya diam saat kau dituduh melakukan sesuatu yang tidak kau lakukan!"

Itulah yang gadis itu katakan kala itu. Bibir Morgan selalu bisa tersenyum saat mengingatnya, namun kedatangan Serena membuatnya harus berhenti memikirkan semuanya.

"Tuan, aku sudah selesai. Mungkin anda juga ingin mandi?" ujar Serena yang membuat Morgan membalikkan badan lalu menatap ke arahnya.

Cukup lama pria itu berada di posisi yang sama. Menatap Serena dalam-dalam. Tentu saja ia tak ingin cepat-cepat berpaling karena saat ini Serena nampak begitu cantik.

Wajah natural yang putih bersih serta bibirnya yang nampak kemerahan alami justru semakin memancarkan kecantikan seorang Serena. Belum lagi rambutnya yang ditarik ke atas, membuat leher seputih susu miliknya terekspose sempurna.

"Tuan, anda baik-baik saja kan?" tegur Serena karena menurutnya sikap pria di hadapannya sangatlah aneh.

"Hmm ... ya, aku baik-baik saja. Aku akan mandi sekarang. Oya Serena, jangan panggil aku Tuan lagi, panggil namaku saja! Jangan sampai lupa atau aku akan menghukummu!!"

"Iya Tuan," jawab Serena yang membuat Morgan langsung melotot.

"Em ... maaf-maaf, maksudku Morgan."

Mendengar itu barulah membuat Morgan tersenyum dan berlalu pergi.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Bab 56

    Meski pelayan sudah pergi, Serena masih menempatkan William dalam gendongannya. Ia menatap tak percaya pada apa yang ada di hadapannya saat ini.Rumah yang berada di antara taman itu memang hanya rumah kecil dengan satu kamar, namun apa yang ada di dalamnya membuat Serena tak bisa berkata-kata. Tempat tidur yang nyaman untuk dirinya dan bayinya sudah tertata rapi di sana. Ada lemari khusus yang di dalamnya juga terdapat berbagai macam makanan, dan yang paling menyita perhatian adalah beberapa kotak susu formula juga diapers untuk William. Semua itu sesuai dengan apa yang biasa ia kenakan pada putranya.Serena mendekati benda-benda tersebut. Barang-barangnya benar-benar masih baru semua. Artinya, semua itu memang sengaja disiapkan secara khusus untuknya."Orang seperti apa pemilik rumah ini, kenapa sampai menyiapkan kebutuhanku dengan sedetail ini," gumam Serena sambil memegangi kotak susu yang diperuntukkan untuk William. Baru setelah itu ia duduk di sofa yang terletak di sudut ruan

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Bab 55

    Setelah mencari kemana-mana dan hampir putus asa, akhirnya Felix benar-benar muncul di depan Serena. Pria itu menatap takut-takut karena amarah jelas terlihat dari wajah Serena. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir wanita itu, namun tatapan matanya sama sekali tak beralih dari wajah Felix.Felix sendiri masih diam. Ia menunggu langkah Serena yang kian mendekat hingga tiba-tiba, plakkk ....Satu tamparan Serena daratkan di pipi Felix begitu keduanya sudah saling berhadapan.Pria itu masih diam membisu. Ia hanya menunduk sambil memegangi pipinya, namun saat Serena hendak berlalu, tangannya buru-buru menahan."Aku sungguh minta maaf Serena," ujarnya kemudian."Sudah aku maafkan, aku juga minta maaf karena selama ini sangat merepotkanmu, kupikir kau benar-benar tulus, tapi ternyata tak setulus yang kubayangkan," sahut Serena yang masih tak mau menatap ke arah Felix.Pria itu tentu tak terima dianggap demikian. Faktanya ia sangat tulus terhadap apa yang dilakukannya pada Serena,

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Bab 54

    Awalnya langkah Serena begitu mantap, tapi saat matanya sudah bisa menjangkau keberadaan Morgan, kedua kaki yang semula berdiri tegak kini justru bergetar hebat."William? itukah bayi yang dimaksud orang tadi?" tanya Serena pada diri sendiri. Tampak di depan sana, Morgan tengah meletakkan kembali tubuh William ke dalam stroller. Serena hampir saja mendekat karena tak rela Morgan menyetuh putranya, namun ia segera tersadar. Kalau sampai dirinya melakukan itu, sama artinya dengan memberitahu Morgan siapa William sebenarnya. Namun Serena ingin mendengar apa yang pria itu katakan. Karenananya kakinya mulai bergerak semakin mendekat dengan langkah mengendap-endap."Lain kali jangan lupa memastikan rem strollernya aktif saat sedang berhenti," ucap Morgan pada bibi May. Serena pun bisa mendengar samar-samar ucapan itu. Sekarang ia mengerti kenapa Morgan berinteraksi dengan putranya. Besar kemungkinan karena dia berusaha menolong stroller William yang tergelincir karena mungkin bibi May lupa

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Bab 53

    Sayangnya meski sudah diberi aba-aba, Serena masih diam tak bergerak. Ia sungguh tak tahu harus berbuat apa. Tak sanggup rasanya mempertontonkan lekuk tubuhnya di depan semua orang. Mungkin di kamera, tubuhnya memang tak terlihat sepenuhnya, tapi di hadapan orang di sekitarnya, tetap saja ia harus mempertontonkan lsemuanya. Belum lagi jika air sudah dinyalakan, Serena sungguh tak sanggup membayangkannya. "Aku tidak bisa," ucapnya kemudian yang membuat sutradara menatap tajam ke arahnya. "Hai Nona!! ayolah ... kita tidak sedang bermain-main tapi bekerja!!" Seketika ruangan tersebut hening. Mereka semua kini menatap ke arah Serena yang tampak diam tak bergerak. Merasa semakin kesal, sutradara tersebut memerintahkan pada asisten Felix untuk mengambil jubah mandi dari tubuh Serena. "Kita langsung ke adegan inti dulu! ambil pakaian luarnya dan air akan langsung dinyalakan." Mendengar itu asisten Felix pun langsung bergerak untuk mendekati Serena, tapi ternyata yang terjadi

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Bab 52

    Felix benar-benar lega, akhirnya ia sudah menemukan solusi atas masalahnya. Sore itu Serena tampak cantik dengan menggunakan turtleneck dress nuansa cokelat yang dipadukan dengan long coat dan ikat pinggang bernuansa senada.Ia juga memakai sepasang pumps dan membawa sebuah handbag warna cokelat yang tadi sempat dibelikan oleh Arthur. Bibi May yang melihat penampilan Serena sampai terharu."Kenapa Bibi menatapku seperti itu?" tanya Serena sambil mengambil alih putranya yang juga mengenakan pakaian senada dengannya. Di usianya yang ke 7 bulan, William semakin tampak menggemaskan."Kau sangat cantik, mengingatkan Bibi pada ibumu.""Ibu ... ayolah, tolong jangan bahas hal-hal yang menyedihkan, kita harus bersemangat hari ini. Ayo kita berangkat sekarang," sela Felix yang kemudian sigap membawakan handbag milik Serena.Setelah berpamitan pada sang paman, ketiganya lalu berjalan beriringan menuju ke mobil."Bibi, lihatlah! William senang sekali melihat pemandangan di luar!!" seru Serena ya

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Bab 51

    Serena semakin salah tingkah karena dua pria yang ada di hadapannya sama-sama memperhatikan dirinya."Kenapa, kalian menatapku seperti itu?" tanyanya kemudian."Kurasa Felix memilihmu untuk menjadi modelnya kali ini," tebak Arthur yang ternyata dibenarkan oleh Felix.Seketika Serena tertawa."Bagaimana mungkin kalian berpikir seperti itu.""Serena ... kau sangat cantik. Kecantikanmu melebihi apapun yang ada di dunia ini. Jadi ... kenapa tidak?" ujar Felix yang membuat Arthur terdiam.Mungkin itu adalah gombalan, tapi ia merasa tatapan Felix terhadap Serena bukanlah tatapan sayang selayaknya seorang saudara, melainkan tatapan kekaguman sama seperti yang ia rasakan."Apa Felix juga menyukai Serena."Batin Arthur terus berkecamuk seiring tatapan Felix yang terasa semakin dalam. Diam-diam Arthur terus memperhatikan ekspresi pria itu dan ia semakin yakin kalau Felix memang menyukai Serena. Sama seperti dirinya.Kini Felix masih berusaha membujuk Serena yang ternyata cukup sulit."Tapi aku

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status