Bab 37 04092022 Langkah Ajeng panjang – panjang menapaki lantai Bandara Juanda. Ia berniat keluar dan mencari taksi. Niatnya untuk kabur ke Jakarta pupus sudah setelah Amina mengenalinya. Beruntung ia bisa mengecoh dan lepas dari kejaran Amina. Selama perjalanan, mulut Ajeng tak henti mengeluarkan gerutuan tak jelas. Badannya dari semalam demam, terasa panas dingin, sekujur tubuhnya ngilu dengan kelelahan kronis. Ditambah sariawan parah hingga membuatnya susah makan. Sedikit – sedikit Ajeng mengeluh dengan rasa sakit yang ia derita. Rasa pening di kepalanya bertambah berat. Perempuan itu bersandar di kursi mobil. Tanpa bisa ditolak pikirannya bermain – main lalu melayang pada Wahyu – suaminya. Andaikan ia tidak mata duitan, nasibnya tidak akan begini. Hidup di perantauran sebagai buronan tidaklah menyenangkan. Terlebih, ia harus melayani keganasan seks Bang Tato yang membuat tubuh mulus Ajeng babak belur. Parahnya lelaki itu suka merekam adegan seks nyeleneh mereka. Adegan s
Bab 38 04092022 Reflek Ajeng bangun dan mencari perawat yang berbicara di depan kamarnya. “Siapa yang kena HIV? Apakah yang kalian maksud adalah saya?” Perawat klinik itu bungkam, mengetahui dirinya salah telah membocorkan rahasia pasien. “Sebaiknya kita menemui Dokter dulu Mba, nanti beliau yang akan menjelaskan.” Ia lalu mengajak Ajeng masuk ke ruangan dokter yang berada di depan ruang tunggu. Di sana, Dokter Astiti telah menunggunya. Ia menyapa Ajeng dengan ramah. “Selamat sore Mba, silahkan duduk.” “Dokter, apa betul saya terkena HIV AIDS?” tanya Ajeng tak sabar. Dokter Astiti tidak menjawab, dia memberikan hasil lab Ajeng, “Silahkan dibuka dulu Mba.” Dengan gemetar Ajeng membuka lembaran kertas itu. Sekujur tubuh Ajeng lemas membaca hasil lab. Dunianya seketika runtuh, masa depannya direnggut oleh penyakit yang belum ada obatnya. “Aku kena HIV AIDS?” gumamnya pelan. “Tak mungkin, tak mungkin aku terkena penyakit jahanam itu. Aku sehat!” sangkalnya mentah – mentah. Siapa y
Bab 39 05092022 Bang Tato meletakkan gelas wine di atas meja, lalu menyilangkan tangan ke dada sedangkan kaki kiri diletakkan pada paha kanan. Kemudian terdengat tarikan napas lamban. Wajahnya tampak kaku dan dingin. “Sayangnya aku tidak mau mati bersamamu. Aku masih mau hidup lama. Kalau kamu mau mati, matilah sendiri, tidak usah ajak – ajak.” Mulut lelaki itu mencibir, matanya memandang rendah Ajeng. Mata Bang Tato lekat mengamati tiap perubahan mimik Ajeng. Secara lugas Bang Tato berusaha mengiris makna yang tersirat dalam kalimat Ajeng. Hidungnya keras mencium “bau amis”. Ada sesuatu yang tak beres yang disembunyikan oleh Ajeng. Mau apa Ajeng? Apakah wanita penyuka uang itu ingin membunuh dan menguasai hartanya? Sikap Bang Tato mulai hati - hati. Ia tidak mau tergelincir dalam pusaran jebakan yang ditebar oleh Ajeng. Dia sudah malang melintang terjun di dunia hitam, setidaknya ia memiliki dasar untuk menilai seseorang. Apakah orang tersebut tulus atau berniat buruk. Terleb
Bab 40 07092022 “Bangun Mba! Molor terus! Bayar dulu karcisnya!” Cipto, kernet sopir bis jurusan Surabaya – Jember menepuk – nepuk pundak Ajeng yang tertidur pulas di kursi penumpang. Bukannya bangun Ajeng malah menaikkan kedua kakinya di atas kursi. Sedangkan kepalanya terantuk – antuk, mulutnya menganga lebar mengeluarkan dengkuran yang keras. Penumpang perempuan di samping kursi Ajeng sampai menutup telinga karena istirahatnya terganggu dengan bunyi dengkuran Ajeng. “Mba bangun. Kita sudah mau sampai,” Cipto masih semangat membangunkan Ajeng. Kesabaran lelaki itu menipis. Ia telah membangunkannya berkali – kali, tetapi perempuan itu belum juga bangun. Ia menguncang – guncangkan tubuh Ajeng lagi. Kali ini lebih keras dari sebelumnya. “Apaan sih, ganggu tidur orang saja!” jawab Ajeng marah. Mulutnya menguap lebar dan mengeluarkan bau alcohol bercampur bau mulut. “Sana, pergi! Jangan ganggu aku.” Kesadaran perempuan itu belum pulih. Ia meneruskan tidurnya. “Dasar pemabuk!” ge
Bab 41 08092022 Berkali – kali Amina menarik napas dalam meredakan panik yang melandanya. Wajah perempuan cantik itu pucat pasi, tangannya gemetar memegang lengan kursi pesawat Garuda yang baru terbang landas menuju Jakarta. Ingatan akan jatuhnya pesawat yang menewaskan seluruh penumpang membuat denyut nadi wanita itu berdetak kian cepat. Ia ingin turun, tapi tak enak hati dengan Eril. Dia memegang dadanya, merasakan napas yang tak beraturan. Sebenarnya Amina meminta menggunakan moda transportasi darat ke Jakarta. Tetapi lelaki itu bersikukuh tetap menggunakan pesawat dengan dalih tak mau membuang – buang waktu. Sembari mengambil napas, Amina menoleh kepada Eril. Namun, Amina tak menduga, pria itu juga memperhatikan Amina. Sejenak mereka beradu pandang. “Eril melemparkan senyumnya pada Amina Senyum Eril membuat Amina gagap. Ia pura – pura membersihkan remah – remah kripik kentang di baju Ayang yang duduk di antara Amina dan Eril. Anak kecil itu sibuk membuka brosur liburan sam
Bab 4209092022Ajeng melawan dengan galak. Dia balas menampar pipi lalu menjambak rambut waria itu dengan kasar hingga tubuh kerempeng yang berdiri dihadapannya terhempas ke aspal.“Bedhes! Siapa yang merebut area kamu!” Mata Ajeng berapi – api memukuli waria tersebut tanpa ampun, menumpahkan amarah yang meletup – letup membakar isi kepalanya. “Apa kamu tahu aku baru saja menerima kemalangan beruntun?”Waria itu gagap menerima serangan membabi buta dari Ajeng. “Ampun – ampun. Maaf Mba saya tidak tahu,” jeritnya sambil berusaha membalas dengan cakaran ke wajah Ajeng yang menimbulkan goresan – goresan dalam dan panjang.Ajeng kian kalap menghajar waria tersebut hingga babak belur. Perkelahian semakin sengit.Waria itu terdesak, ia mencari cara untuk menyelamatkan diri dari kebrutalan Ajeng. Selanjutnya ekor matanya melihat sebuah batu seukuran bola golf tak jauh dari tangannya.Dengan cepat waria itu mengambil batu itu lalu memukulkannya dengan keras ke kening Ajeng.“Aduh!” Ajeng meng
Bab 43“Sssttt… dia artis yang pernah diculik itu kan?” bisik Carla, sama – sama artis pendatang baru pada teman perempuannya, Amel yang memakai pakaian tank top.“Iya. Dia sampai punya anak lho Beb, jijik banget gak sih. Kalau aku jadi dia, mending mau dinikahin sama yang menculik. Daripada menghidupi anak sendirian dan menjual cerita sedihnya ke mana – mana.” “Iya sih, lama – lama orang bosen dengernya. Tapi ngomong – ngomong seberapa kaya lakinya?”“Denger – dengernya sih dia punya beberapa toko emas. Istrinya baru meninggal. Anaknya juga sudah berumah tangga semua. Kok aneh dia gak mau?”“Bisa jadi, tuh anak ngebet sama Eril. Mereka sudah tinggal bareng. Eril kan cakep, terkenal lagi. Wanita mana yang gak bakalan klepek – klepek sama dia.” Perempuan itu mengerlingkan mata julidnya.“Jangan – jangan ceritanya waktu diculik itu cuma settingan?” kata Amel.Carla mengubah posisi duduk dan mencondongkan tubuhnya mendekat ke Amel.“Adoh! Otak lo lemot sekali Car. Gini nih, sebenarnya
Bab 4411092022Amel tersenyum. Matanya memandang genit ke arah Eril. Kemudian lengan perempuan itu bergelayut manja pada Eril yang disambut risih oleh lelaki itu.Dengan halus pemuda bertampang manis dan berlesung pipi itu menepisnya. “Lo jangan sok tahu deh Mel. Lo tahu dari mana memangnya Jazuli bebas bersyarat,” tanya Eril dengan suara pelan.“Aku yakin apa yang dikatakan Amel valid. Dia kan dengan wartawan,” celetuk Carla yang mengikuti jejak Amel.“Ember! Gue memang tahu dari wartawan, masak tahu dari lo,” Amel pura – pura bersungut. Dia masih berusaha menempelkan badannya ke tubuh Eril tanpa peduli dengan tatapan Amina yang ingin tahu.“Kalau gue gak salah denger, si Jazuli dan keluarganya berniat menemui Amina dan akan menyuntingnya,” lanjut Amel, seraya memainkan rambut ikalnya.“Impossible! Mereka gak bakalan berani menemui Amina!” Eril berusaha menekan emosinya mendengar berita yang dibawa Amel.“Yaelah Ril. Kenapa lo yang sewot. Lo gak bisa ngatur hidup Amina, Bro. Memang