Galaksi berlari kencang menuju ruang kesehatan. Dia tadi sedang memberi penjelasan tentang acara perpisahan besok dan jurit malam, saat melihat Arjuna dengan setengah berlari membopong Ibell menuju ruang kesehatan. Dia khawatir sekali, karena semalam sore Ibell pulang kerumah dalam keadaan basah kuyub. Dan benar saja dugaan nya, Ibell sakit dan pingsan dibarisan.
"Lo mau ngapain?" Galaksi langsung menepis tangan Juna yang terlihat ingin melepaskan ikat pinggang Ibell. Kurang ajar!!
"Gua mau melepaskan ikat pinggang Ibell lah. Apa lo nggak tahu kalo pertolongan pertama buat orang yang pingsan itu adalah melonggarkan semua ikatan di tubuhnya, dan menaikkan kakinya 30 cm lebih tinggi dari jantung agar aliran darahnya kembali ke otak?" Juna menatap Galaksi seolah-olah dia adalah orang paling bodoh sedunia.
Ibell mengangkat wajahnya perlahan. Netra coklat brandy nya bertatapan lurus-lurus dengan netra hitam Radja. Mereka berdua saling menandang dalam diam. Ibell melihat bahwa Om Radja nya kini telah memiliki sejumlah kerutan disudut-sudut matanya dan juga digaris senyumnya. Rambutnya pun sudah mulai diselang selingi oleh uban disana sini. Rahang perseginya masih sama, berbentuk kotak dan tegas, khas ciri-ciri kesukuannya. Dan diatas segalanya, Ibell merindukan Om nya, lebih tepatnya dia merindukan masa lalu nya yang telah dia coba mati-matian membuangnya jauh jauh!!!Akan hal nya Radja, dia sempat terpana sejenak saat memandang MABA nya. Dia ini lelaki normal dan matanya juga masih sehat dan awas. Gadis ini memang cantik sekali, tetapi ada sesuatu didirinya yang membuat Radja menolak memandangnya sebagai seorang wanita. Radja seperti merasa pernah melihatnya, tetapi dia lupa dimana. Netra coklat brandy itu, seperti sudah pernah diakrabi nya,
Ibell membuka matanya perlahan-lahan. Bau tajam obat-obatan khas rumah sakit mulai menyerbu indera penciumannya. Pemandangan serba putih serta infus yang ada di tangan kirinya, membuatnya sadar bahwa saat ini ia berada di rumah sakit. Ingatan-ingatan sesaat sebelum ia kehilangan kesadaran diri pun bermunculann di benaknya. Jurit Malam, lemari yang rubuh dan Om Radja! Ya ia ingat Om Raja berusaha melindungi sekujur tubuhnya dengan tubuh besarnya sendiri."Alhamdullilah, Neng. Eneng udah sadar? Ayo diminum dulu teh manisnya Neng, biar nyawanya ngumpul dulu."Mbok Darmi membantu Ibell minum sambil mengelus-elus punggungnya. Ia sebenarnya kasihan sekali melihat nasib malang nona mudanya. Hidupnya begitu pahit. Bahkan sejak ia terlalu kecil untuk mengetahuinya."Mana yang sakit, Neng? Kalau ada biar Mbok panggilin perawatnya ya?""Nggak usah, Mbok. Ibell sehat-sehat saja. Mungkin tadi Ibell pingsan kar
"Gue nggak nyangka kalo diantara kita semua lo yang duluan kena sindrom puber ke dua, Ja. Walaupun puber kedua itu memang proses alami yang bakal dialami sebagian besar orang, tapi lo jangan sampe ke bablasan kayak gini juga kali, Ja. Inget Bro, lo itu udah punya anak bini."Dewa mulai menguliahi Radja pagi-pagi dirumah sakit. Setelah mendapat kabar dari Risma, mereka berlima Dewa, Rendra, Raven, Bayu dan Bima menyempatkan menjenguk Radja dirumah sakit sebelum mereka ngantor. Risma menangis sedih saat mengadu pada mereka semua kalau Radja mendapat insiden saat menemani cabe nya itu Jurit Malam. Demi apa coba seorang Radja Halomoan Girsang mau-maunya ikut kegiatan seperti itu kalau tidak ada apa-apanya dengan sang mahasiswi. Pakai mengorbankan diri segala lagi sampai terluka lumayan parah begini. Pasti mahasiswinya itu sangat istimewa. Mereka berlima penasaran sekali kepengen melihat wajah cabe nya Radja. Risma itu adalah runner up
Revan sangat bingung melihat gadis remaja ini. Setelah menjadi penumpang ilegal di mobilnya dari sejak dari rumah sakit, eh ini sekarang sicantik ini malah minta tolong diantar kan kembali ke sana. Aneh bukan?Tetapi Revan mengerti, tingkah para abege zaman now memang ajaib. Persis seperti dirinya dulu yang mati-matian mengejar Senjahari, guru matematika cantiknya. Dan kini dia telah bertunangan dengan seorang model terkenal yang bernama Luna Bratakusuma, atas konspirasi dari kedua belah pihak keluarga. Menurut orang tuanya, Luna adalah paket lengkap seorang calon istri. Cantik, terkenal, cucu seorang Alex Bratakusuma pula. Dan diatas semua itu, Luna sangat baik dan sopan terhadap orang tua. Itulah nilai plus Luna dimata kedua orang tuanya. Kalau ditanya soal bagaimana dengan perasaan Revan sendiri, sejujurnya dia tidak tahu. Yang paling penting buatnya adalah kebahagian kedua orang tuanya itu diatas segala-galanya. Sejak dia gagal mempersunting mantan gurunya itu,
Arkan mendorong paksa tubuh Ibell memasuki kursi penumpang kemudian dia sendiri pun masuk kedalam kursi pengemudi. Sebelum menjalankan mobilnya Arkan menatap kening Ibell sedikit lama, dan kemudian menyentuh bagian yang tampak sedikit memar. Ibell mengaduh tanpa sadar sambil memegang tempat yang tadi disentuh oleh Arkan."Ini keningmu kenapa bisa memar begini? Perasaan tadi malam sampai tadi pagi masih mulus-mulus saja." Arkan bertanya pada Ibell sambil tangannya meraba-raba kotak P3K di dalam dashboard mobilnya."Oh ini mungkin tadi terbentur bagian hardware jok yang agak keras sewaktu Saya menyelinap masuk ke dalam mobil Pak Revan." Setelah mengatakannya Ibell mendadak pengen menggigit lidahnya sendiri karena keceplosan. Hadehhhh bisa panjang ini urusannya."Apa? Menyelinap? JELASKAN!!"Arkan menuntut jawabannya sambil mulai mengompres kening memar yang sedikit lecet Ibell dengan sediki
"Alhamdullilahhh..Lo di mana sekarang? Gu-Gue nyusul ke sana sekarang ya?L-Lo tunggu di sana dulu ya Wa? Tolong lo jagain a-anak gadis gue bentaran ya, Wa? Tolong banget ya, Wa?""Percuma juga lo ke sini, Van. Si Ibellnya udah kabur. Tapi kayaknya anak lo dalam masalah besar deh, Van. Tadi gue liat mukanya babak belur kayak abis digamparin orang. Ibell bahkan nyaris ketabrak mobil gue, karena berjalan linglung nggak tentu arah."Raven menutup matanya yang tiba-tiba terasa panas. Air mata mengalir di sela-sela matanya yang tertutup rapat. Anaknya digebuki orang di luar sana, sementara dirinya tidak ada di sana untuk melindunginya. Daddy macam apa dirinya?Benaknya terus membayangkan kejadian-kejadian yang mungkin telah dan akan dialami anak gadisnya. Penculikan, pemerkosaan, pembunuhan. Oh Tuhan Raven begitu takut kejadian-kejadian itu benar-benar terjadi pada anak gadisnya. Pasti rentenir-rent
Ibell menyusun buku-bukunya dengan cepat ke dalam tas ransel. Mbok Darmi izin pulang kampung selama beberapa hari. Ada ada salah seorang kerabat si mbok yang meninggal. Otomatis Ibell harus membuat kue-kuenya besok sendirian. Untuk itu Ibell harus pulang lebih cepat. Apalagi besok pagi banyak sekali kedai-kedai yang meminta tambahan aneka macam kue-kue baru. Akhir-akhir ini Ibell memang belajar membuat kue-kue baru via internet. Dengan aneka macam kue yang ia tawarkan, banyak kedai-kedai yang tertarik untuk menjualnya. Alhasil ia harus bekerja ekstra keras. Namun hasilnya setimpal. Pundi-pundi uangnya juga bertambah."Bell, lo masih nyari kerja part time nggak?" Annisa menarik sebuah kursi kosong di samping Ibell. Setelahnya ia duduk santai dan memperhatikan Ibell membereskan mejanya."Ya masih dong, Nis. Apa ada lowongan kerja buat gue?" Ibell mengencangkan ikatan tas ransel. Kemudian mengaitkan sisi kanan kiri tas ransel p
"Maaf kalau sa-saya lancang. Tapi kenapa Bapak sudah menolak saya, bahkan sebelum Bapak menginterview saya?" Ibell berupaya agar ia bisa diterima bekerja. Minimal diinterview. Ia memang sangat membutuhkan pekerjaan saat ini."Setidaknya Bapak bi-bisa melihat CV saya dulu mungkin? Atau mengetest kemampuan saya bekerja ba-barangkali?" Ibell nekad. Pokoknya ia harus bisa bekerja.Ibell sedikit tergagap. Karena Cakra terus memandangi wajahnya lurus-lurus selama saat ia berbicara. Bagaimana Ibell tidak merasa risih karenanya."Yang jadi Boss di sini, kamu atau saya, heh?" Cakra menggebrak meja. Ia memang sedang stress. Staff kepercayaannya telah melakukan switch dengan perusahaan lain. Sementara kedua orang tuanya memaksanya untuk bertunangan dengan anak abege sahabat lama mereka. Belum lagi Senjahari, Mbak tercintanya melemparkan tanggung jawab restaurant begitu saja kepadanya. Bagaimana kep