"Alhamdullilahhh..
Lo di mana sekarang? Gu-Gue nyusul ke sana sekarang ya?L-Lo tunggu di sana dulu ya Wa? Tolong lo jagain a-anak gadis gue bentaran ya, Wa? Tolong banget ya, Wa?""Percuma juga lo ke sini, Van. Si Ibellnya udah kabur. Tapi kayaknya anak lo dalam masalah besar deh, Van. Tadi gue liat mukanya babak belur kayak abis digamparin orang. Ibell bahkan nyaris ketabrak mobil gue, karena berjalan linglung nggak tentu arah."
Raven menutup matanya yang tiba-tiba terasa panas. Air mata mengalir di sela-sela matanya yang tertutup rapat. Anaknya digebuki orang di luar sana, sementara dirinya tidak ada di sana untuk melindunginya. Daddy macam apa dirinya?Benaknya terus membayangkan kejadian-kejadian yang mungkin telah dan akan dialami anak gadisnya. Penculikan, pemerkosaan, pembunuhan. Oh Tuhan Raven begitu takut kejadian-kejadian itu benar-benar terjadi pada anak gadisnya. Pasti rentenir-rent
Ibell menyusun buku-bukunya dengan cepat ke dalam tas ransel. Mbok Darmi izin pulang kampung selama beberapa hari. Ada ada salah seorang kerabat si mbok yang meninggal. Otomatis Ibell harus membuat kue-kuenya besok sendirian. Untuk itu Ibell harus pulang lebih cepat. Apalagi besok pagi banyak sekali kedai-kedai yang meminta tambahan aneka macam kue-kue baru. Akhir-akhir ini Ibell memang belajar membuat kue-kue baru via internet. Dengan aneka macam kue yang ia tawarkan, banyak kedai-kedai yang tertarik untuk menjualnya. Alhasil ia harus bekerja ekstra keras. Namun hasilnya setimpal. Pundi-pundi uangnya juga bertambah."Bell, lo masih nyari kerja part time nggak?" Annisa menarik sebuah kursi kosong di samping Ibell. Setelahnya ia duduk santai dan memperhatikan Ibell membereskan mejanya."Ya masih dong, Nis. Apa ada lowongan kerja buat gue?" Ibell mengencangkan ikatan tas ransel. Kemudian mengaitkan sisi kanan kiri tas ransel p
"Maaf kalau sa-saya lancang. Tapi kenapa Bapak sudah menolak saya, bahkan sebelum Bapak menginterview saya?" Ibell berupaya agar ia bisa diterima bekerja. Minimal diinterview. Ia memang sangat membutuhkan pekerjaan saat ini."Setidaknya Bapak bi-bisa melihat CV saya dulu mungkin? Atau mengetest kemampuan saya bekerja ba-barangkali?" Ibell nekad. Pokoknya ia harus bisa bekerja.Ibell sedikit tergagap. Karena Cakra terus memandangi wajahnya lurus-lurus selama saat ia berbicara. Bagaimana Ibell tidak merasa risih karenanya."Yang jadi Boss di sini, kamu atau saya, heh?" Cakra menggebrak meja. Ia memang sedang stress. Staff kepercayaannya telah melakukan switch dengan perusahaan lain. Sementara kedua orang tuanya memaksanya untuk bertunangan dengan anak abege sahabat lama mereka. Belum lagi Senjahari, Mbak tercintanya melemparkan tanggung jawab restaurant begitu saja kepadanya. Bagaimana kep
Ibell berlarian sambil mengangkat dua keranjang kuenya. Pagi ini ia kesiangan karena semalaman tidak bisa tidur. Pertemuan dengan dua keluarga besar kedua orang tuanya begitu menguras emosi dan air matanya. Apalagi sepedanya hari ini sedang rusak. Rantai sepedanya putus. Makanya ia harus mengantar kue-kue dengan menaiki angkutan umum. Alhasil pagi ini ia harus berlarian untuk mempersingkat waktu. Ia takut terlambat mengantarkan kue-kuenya. Belum lagi ia juga masih dalam masa training di restaurant Nikmat Rasanya pacar Nisa. Ia sampai ngos-ngosan demi mengejar waktu.Saat langkah Ibell mencapai jalan raya, ia kaget saat tiba-tiba saja, ada yang merampas paksa dua keranjang kuenya. Ternyata orang yang merampas keranjangnya adalah daddynya. Daddynya mengangkat dua keranjang kuenya dan kini, berjalan mensejajarinya. Ibell mencoba merebut kembali keranjangnya. cuma bisa menggapai angin. Namun daddy
Pukul lima pagi, adalah waktunya Ibell mengantar kue ke warung-warung sekitaran kontrakkannya. Ibell selalu menggunakan sepeda karena alasan kepraktisan. Kue-kue basahnya biasanya dikonsumsi sebagai sarapan pagi bagi anak-anak sekolah dan para pekerja kantoran yang tidak bisa mengkonsumsi makanan berat di pagi hari. Kalau jam tujuh pagi, biasanya Ibell mengantarkan kue ke kampus dan sekitaran komplek perumahan di sana dengan angkot. Karena setelahnya ia langsung berangkat kerja di restaurant. Karena di restaurant, Ibell masuk kerja pada pukul delapan pagi tepat dan pulang pukul empat sore. Ibell biasa mandi dan berganti pakaian di restaurant sebelum ke kampus. Hidupnya sangat teratur dan telah tersusun jadwal-jadwalnya. Tidak ada sedikit pun waktu baginya untuk berleha-leha. Hanya saja sekarang, kue-kue sore untuk kafe telah diantarkan melalui jasa kurir. Karena Ibell sekarang sudah mulai kuliah."Mbok, Ibell berangkat ya?Asalamualaikum." Ib
Ibell baru saja mempersilahkan duduk boss besarnya dan Nisa, saat pandangannya tidak sengaja bersirobok dengan dosen mafianya, Arkan.Astaga, baru kemarin bertemu di kampus, dan kini bertemu lagi di acara gathering. Sepertinya dia dia terus yang dilihatnya akhir-akhir ini."Tempat duduk saya di mana, Petite? Tapi jujur, kalau boleh memilih, saya inginnya duduk di pangkuan kamu saja," bisik Arkan pelan di telinga kiri Ibell. Arkan bahkan sempat-sempatnya menggigit kecil telinga Ibell, saat Ibell sedikit meleng. Ibell langsung gugup saat Arkan kembali mendekatkan bibirnya ke pipi kirinya. Menyentuh kemulusannya sekilas dengan ujung hidungnya. Ibell segera bergeser menjaga jarak. Ia ingin terlihat professional. Di sini, ia dibayar untuk bekerja. Bukan membuat masalah yang bisa mengacaukan pesta. Sebisa mungkin ia mencoba untuk menghindari sumber utama masalahnya, yaitu Arkansas."Jangan
"Dia itu orang yang mengaku-ngaku sebagai pemilik dari Isabelle, Om!" Revan menjawab santai sembari menunjuk Arkansas dengan dagunya."Apa? Anda ini siapa, sampai Anda berani mengaku-ngaku sebagai pemilik dari Isabelle?" Raven mulai panas mendengar ada orang yang dengan seenak perutnya mengklaim putrinya."Anda sendiri siapa?" Arkan berkacak pinggang seraya menunjuk wajah Raven dengan jari telunjuknya."Saya ini daddynya. Ibell itu anak kandung saya!" Wajah Raven sudah merah padam karena emosi. Ia geram melihat sikap meremehkan yang terang-terangan diperlihatkan Arkan. Sementara Arkan mengangguk-anggukan kepala dengan gaya menjengkelkan, saat mendengar pengakuan Raven."Ooo... jadi si Pet-Bella ini anak kandung Anda? Tetapi kalau dia memang anak kandung Anda, seharusnya saat ini ia sudah duduk cantik sambil ongkang-ongkang kaki di meja dua puluh lima. Bersama dengan Reksiva Digdaya Al Ras
Setelah mengobati tangannya yang melepuh, boss ketusnya sebenarnya sudah menyuruhnya untuk beristirahat saja. Tetapi Ibell yang tidak ingin terlihat bermalas-malasan di masa trainingnya mulai kembali menyibukkan diri. Setelah menenangkan dirinya sejenak dan memperbaiki penampilan, Ibell kembali membawa coupe plate dan menghidangkannya pada para tamu undangan. Tetapi kali ini Ibell begitu hati-hati setiap akan melangkah. Ia tidak ingin kejadian terjegal kaki terulang kembali.Mendekati meja dua puluh tiga, Ibell seperti kehilangan orientasi penglihatan. Di sana, di sisi kiri Dewa, tampak mommynya memandanginya dengan mata berkaca-kaca. Ya, mommy Ory yang dulu ingin sekali dibelinya di supermaket, tapi tidak bisa di scan barcode harganya. Mommy yang begitu diinginkannya untuk dibawa pulang sebagai hadiah ulang tahunnya yang kelima. Kini ia bisa kembali menatapi mommy cantiknya yang semak
"Eh bentar-bentar. Lo berdua sampe niat banget tanding beginian ini demi memperebutkan apa coba? Nggak mungkin beut 'kan kalau itu semua demi mencoba memperebutkan cinta dan kasih sayang gue? Secara gue ini kagak doyan batangan Men!" Satria langsung nyengir kuda saat Arkan langsung menggeplak kepalanya."Bacot lo ya, emang nggak ada filternya dari zaman kuliahan dulu. Jangan IOS ponsel mulu yang lo upgrade, tapi tingkat kepekaan bacot lo juga harus naik standarisasinya. Kalo bisa buat jadi berlisensi SNI," decih Arkan."Etdah, lo kata mulut gue helm, pake lisensi SNI segala. Atau jangan-jangan lo demen sama cem-cemannya si Revan ya, Ar? Makanya lo nantangin ini banteng kolor ijo di singgasananya sendiri?"Satria yang sangat piawai menyamarkan kekepoannya dalam pertanyaan yang nyerempet-nyerempet bahaya, mulai beraksi."Sorry banget ya Sat