Kurasa tak perlu menunggu lebih lama lagi, nyatanya Tuhan tidak sedang ingin membuatku tenang. Bahkan, menciptakan sensasi aneh lainnya. Rasa kaget berlipat ganda harus kurasakan sekarang sembari mengerjap-ngerjap tak percaya.Sebab, sosok paling menjijikkan sudah berdiri di depan mata. Apa yang ingin dia lakukan sekarang? Kenapa harus muncul di hadapanku saat malas melayaninya?Lebih baik kuabaikan, buat apa juga meladeni wanita yang sangat tidak tahu diri ini. Akan lebih baik bagiku menghindar, bukan memberi peluang. Sebab, kami tak perlu menjalani kehidupan palsu lagi.Dia hanya akan menyisakan kenangan paling buruk, kedatanganku ke rumah ini hanya untuk menghindari Angela. Membuat istriku tidak tenang, tentu akan merenung di sana. Hanya saja, kenapa Hera pun menunjukkan sikap aneh?“Minggirlah, jangan mendekat padaku karena aku lelah.” Aku sengaja menekankan kalimat, mengingatkan pada sebuah penolakan menyakitkan.Hanya saja, saat hendak melewati, justru wanita itu mencekal pergel
Kalian selalu beranggapan jika aku brengsek bukan? Semua itu bermula bukan tanpa alasan, mau tahu alasannya? Baiklah, kita mulai kembali menoleh ke belakang, terkait alasanku sangat memburu wanita.Hanya saja, sekarang kabar buruk lain menimpa. Ayahku akan kawin lagi, ada apa dengan pria itu? Dia mau bersaing denganku?Laki-laki yang mendapat gelar ayah itu tak layak disebut manusia, dia bahkan tega mengkhianati Mama. Wanita paling setia di dunia ini. Akan lebih baik kalau membuat pengalihan rasa kesal, dari Hera menuju perempuan lain.Usiaku memang sudah cukup matang serta telah memiliki istri, bahkan bersiap menduda kalau Angela nekat meminta cerai. Akan tetapi, bukan alasan untuk tetap diam saat ada yang mencoba merusak rumah tangga kedua orang tuaku. Singkatnya, perempuan yang sedang mendekati Papa adalah janda kesepian. Mereka berniat menikah tanpa tahu malu.Mama sudah tahu tentang kebusukan suaminya, tetapi memilih pasrah. Berharap keajaiban datang, sangat naif sekali. Di zaman
Ika bukan janda beranak tiga, dia tak bersuami lantaran mantannya memang sudah meninggal, dan belum memiliki anak. Jadi, jangan ada yang mengaitkan namanya dengan ketenaran seorang artis Ibu Kota. Sebab, setiap alur kisah memiliki narasi dan konflik berbeda, sekalipun premis mirip.Banyak pula yang protes akan nama papa. Ferdy S, profesi pun sebagai pengacara. Ya Tuhan, aku bahkan tidak bermaksud mendongeng mengenai nama-nama beken di Negara ini. Sampai ada ancaman bakal somasi dan sebagainya.Apa kemiripan sebuah nama dan profesi akan menjerat seorang anak ke dalam bui? Ini hanya kisah ayah biadabku, tentang sosok lelaki 55 tahun yang hobi mengoleksi perempuan berparas cantik nan glow up. Bukan mengenai pengacara andal yang sepak terjangnya menjadi sorotan media.Papa juga terkenal, tetapi sebatas pengacara lokal dengan berbagai skandal cukup memusingkan kepala. Sebab, sebagai anak, aku merasa menyesal dan malu terlahir dari perpaduan gen Ferdy S dan Julia. Apa kalian juga akan mempe
Pantas saja lelaki tua itu keblinger, langsung betah tinggal berjauhan dengan Mama setelah berjumpa perempuan ini. Naluri binatangnya memang mumpuni, pandai menilai tingkat kemurahan seorang wanita. Di depanku sudah duduk seorang perempuan bernama Ika, panggilan kelas atas yang menjadi simpanan Papa selama satu tahun terakhir.Jadi, dia manusianya? Penampakan fisik yang memang menggoda, seolah dicungkil dari dunia kamasutra. Layak menjadi bulan-bulanan nafsu liar, sangat menjijikkan. Cantik, tapi kalau rela dijarah gratisan ... tetap sampah!“Kamu mencariku kata Mas Bimo, ada apa?” tanya Ika sok akrab, padahal ini kali pertama kami bertemu. Profesional sekali. Apa gara-gara perempuan tak punya urat malu di depanku, papa sampai mulai meninggalkan rumah dan bermain tangan?“Iya, Mas Bimo mengatakan kalau Mbak Ika sudah tak melayani tamu karena akan menikah. Sebelumnya selamat, tapi ....” Aku sengaja menggantung kalimat, menunjukkan keraguan dengan tampang serius. Menghadapi wanita tak t
“Kenapa mukamu begitu?” Tari mengerutkan kening sembari membuka pintu untuk memudahkan aku masuk, masih mau mengaitkan nama sahabatku dengan artis lagi? Tari Maharani, bukan ada tambahan Cut di depannya. Dia juga kagak ada sensual bin bak gitar Spanyol.Hanya gadis manis yang akan membuatkan ramen di saat muka ini kusut, bahkan disetrika pun belum tentu bisa balik kencang. Padahal umurku belum begitu tua, berkat Papa dan Angela semua terasa begitu melelahkan. Apa hidup memang sesialan ini?“Bagi link, dong.” Aku langsung menodong Tari dengan permintaan situs yang kemungkinan ia miliki, gadis itu langsung melempar bantal kursi. Apa lagi, sih? Orang cuma minta alamat sebuah video.“Dasar cabul!” Dia menggerutu sembari menuju dapur, pasti akan memasakkan mie instan bumbu setan. Baguslah, setidaknya kepedasan level Dewa mampu mengurangi rasa kesal akibat pertemuan panas dengan Ika.“Otakmu cabul, orang aku mau nonton lanjutan Mr. Queen. Lumayan ngademin isi kepala.” Langsung saja kubalas,
“Jadi, kalian menikamku dengan cara ini?” tanya ini datar, tetapi tatap nyalang itu mengisyaratkan amarah paling sadis. Tak ada air mata di sana, benar-benar ekspresi yang sulit diterima akal sehatku. Masih saja mampu terlihat elegan, di saat berada di titik rendah sekalipun.“Maaf, Angela. Kami khilaf.” Berbeda dengan Angela, perempuan yang menutupi tubuh dengan selimut itu menunduk. Menyembunyikan wajah dari rasa malu, ada isak mulai tertangkap indra pendengar. Merasa bersalah mungkin.Aku tak mau memihak, hanya mampu meraih boxer bermotif kulit harimau di lantai. Melenggang santai, tak perlu terburu-buru. Sudah ketahuan pula. Jadi, buat apa panik? Hanya tinggal mengukir praduga di ruang tunggu, tetapi masih melangitkan harapan. Semoga Angela hanya datang seorang diri.Namun, jika mengingat karakter tegasnya, istriku ini tak mungkin melibatkan orang lain. Dia selalu menuntaskan setiap permasalahan kami dengan cerdas, seor
Aku hanya bisa memukul kemudi, menoleh cepat pada Hera yang semakin menciptakan suasana mencekam. Ini bahkan bukan adegan horor, kenapa dia menjadi payah begini? Saat mendekatiku saja, bertingkah badai tanpa takut risiko apa pun. Sekarang?Hanya dipergoki oleh Angela, langsung menjadi percikan shower. Mereka berbeda, aku tahu itu. Mustahil kusamakan setiap wanita yang pernah singgah dengan istri yang menemani selama tujuh tahun, lengkap masa pacaran tiga tahun. Jauh sekali, mereka bermain perasaan. Namun, Angela? Dia akan terlihat tangguh di setiap suasana.“Berhentilah membuang air mata, kamu bilang bisa lebih baik dari Angela. Mana buktinya? Tunjukkan taringmu, Her!” Akhirnya aku kesal, bukan main dia bersikap bocah di usia kepala tiga. Apa kata dunia? Saat di atas ranjang menjadi pusat gempa, tetapi ketika ada masalah malah mirip kerupuk tersiram air.“Mas, kalau kalian beneran cerai, aku akan dianggap pelakor.” Kalimat paling koplak, sejak tahun lalu s
Aku bahkan tak berpikir tentang perceraian, kenapa Angela bisa sejauh itu? Oke, aku salah. Sering berbuat curang, mengkhianati satu-satunya perempuan yang selalu ada untukku selama ini. Semua itu hanya iseng, berpikir benar-benar kehilangan istriku bukan bagian dari rencana terstruktur di kepala.Sejak dari Cindy, aku sama sekali tak berniat serius. Hanya bocah SMK yang digoda sedikit langsung mau, cukup dipancing perhatian palsu. Anggap melatih otak agar tak pikun, mengembangkan teknik kepiawaian dalam merayu anak gadis orang.Ternyata masih ampuh, diam-diam aku terjebak pada balada kisah cinta terlarang. Saat itu, usia pernikahan kami baru dua tahun. Angela sibuk dengan urusan toko, sementara aku menjadi pegawai di instansi pemerintah.Jangan disebutkan, nanti akan viral. Cukup rapi aku bermain kala itu, sangat hati-hati mengingat Angela memiliki daya peka tingkat Dewa. Dia selalu tahu setiap kali aku berbohong, akan sangat mencekam ketika hari-hari kami dalam