"Jalan hidup masih panjang, Jor. Lagian loe juga tidak mungkin menikah sama gue."
Jordi bangkit berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan pelan mendekati Alice yang masih sibuk makan. Ia lalu menarik kursi yang ada di samping Alice dan mengarahkan tubuh Alice untuk menghadap ke arahnya."Maksud loe?""Loe itu gak ada perasaan sama sekali ke gue. Gak ada cinta, lalu kenapa harus memaksa menikah. Apalagi terpaksa karena gue hamil. Kasihan anak gue nanti," jelas Alice seakan tidak peduli dengan tatapan nanar dari mata Jordi."Kalau gue bilang gue cinta sama loe gimana?""Ngaco loe!" Alice dengan sigap menoyor dahi Jordi. "Masih terpengaruh obat ya loe?" ledek Alice yang tersenyum bingung."Serius." Jordi menatap manik Alice dengan sangat dalam."Sudahlah ... jangan karena kejadian semalam, loe bilang cinta sama gue. Gue tuh gak minta pertanggung jawaban sama sekali sama loe. Sudahlah, jangan terbebani!" tegas Alice yang ingin mengakhiri pembicaraan sia-sia ini."Bukan karena semalam juga gue bilang cinta sama loe.""Haha ... jangan bilang kalau loe cinta sama gue sejak pertama kali kita ketemu," ledek Alice, " udah kayak sinetron aja loe. BASI!" Alice memutar tubuhnya agar kembali ke makanannya."Hei ... ini bukan sinetron. Ini juga gak lebay. Coba tatap mata gue lagi!" paksa Jordi dengan memutar tubuh Alice lagi agar berhadapan dengannya."Lihat mata gue! Apa gue terlihat kalau gue sedang berbohong?" tegas Jordi yang terus menatap Alice dengan sangat serius.Alice menatap manik biru milik Jordi, warna bola mata yang sangat disukai Alice karena seperti batu sapphire."Terus loe mau gue gimana?" tanya Alice yang sudah terlihat pasrah."Loe mau jadi pacar gue?" Jordi tidak mau menyia-nyiakan waktu lagi. Ia sadar, selama hampir tujuh tahun berteman dengan Alice, Jordi selalu membanding-bandingkan wanita lain dengan Alice. Bahkan saat berkencan pun, Jordi selalu membawa Alice kemanapun ia pergi berkencan."Jor ... sadar woy. Loe punya tunangan yang namanya Hana dan gue punya pacar yang namanya Nino!" pangkas Alice."Gue tahu. Tapi loe kan tahu kalau gue gak cinta sama sekali sama Hana!" dengus Jordi yang sangat kesal dengan Alice."Lah ... kalau loe gak cinta, kenapa loe mau tunangan sama dia bulan depan?" Alice jadi bingung sendiri."Orang tua gue yang suruh gue tunangan sama Hana.""Hmm ... terus kenapa loe gak bilang sama orang tua loe kalau loe gak ada rasa sama Hana. Kenapa dibiarkan berlarut-larut sampai satu tahun.""Itu semua karena loe!" tunjuk Jordi tepat di hidung Alice."Lah ... kenapa gue yang loe salahin?""Karena loe yang suruh gue untuk pacaran sama Hana terus.""Lucu loe. Kan gue itu menjodohkan orang sesuai dengan kriteria yang loe kasih. Lagipula Hana itu selevel banget sama loe." Alice menertawakan kekesalan Jordi."Selevel ... loe pikir cinta pakai level? Udah kayak ayam geprek aja loe pakai acara level.""Lagian gue punya pacar, Jor.""Bodoh amat. Gue gak peduli sama Nino." Jordi sudah tidak peduli dengan perasaan Nino. Sudah terlalu lama ia memendam rasa terhadap Alice dan bodohnya lagi, Jordi baru sadar kalau ia sudah terlanjur mencintai Alice saat Alice berpacaran dengan Nino. Rasanya tidak rela Alice dengan pria lain selain dirinya."Tapi gue peduli lah.""Ya tapi gue yang peduli dong!" tegas Alice."Loe itu sama sekali gak cinta sama Nino." Jordi berusaha meyakinkan Alice. Sekarang ia menggenggam kedua tangan Alice dan menatap mata Alice dalam-dalam."Sotoy loe!""Loe itu pacaran sama Nino supaya Hana gak marah terus sama loe kan. Dibilang ngikutin kencan gue sama dia terus.""Waduh ... percaya diri loe terlalu akut, Jor," kilah Alice."Coba loe tatap mata gue dan bilang kalau loe gak ada rasa sama sekali sama gue!" perintah Jordi.Alice dengan penuh percaya diri menatap mata Jordi. "Gue gak cinta sama loe. Gue anggap loe cuma sahabat!" tegas Alice."Bohong banget!""Ck ... katanya di suruh tatap. Terus saat gue bilang gue gak cinta, loe malah bilang gue bohong. Aneh loe." Alice melepaskan tangannya dari genggaman Jordi."Coba gue tanya sekali lagi.""Apa?""Loe pernah ciuman sama Nino?"Alice mengangguk dengan sigap.Terlihat Jordi sedikit murung. "Sering?""Ya iya dong. Setiap kali kita berdua ketemu, ya pasti kiss di sana di sini dong," ucap Alice sedikit sewot."Gak usah nge-gas!""Habis loe kepo banget.""Tapi pasti loe lebih suka kalau gue yang cium loe kan?"Dengan sigap, Alice menoyor dahi Jordi. "Sinting loe!""Buktikan kalau loe gak suka kalau gue cium!" tantang Jordi."Jor ... sudahlah. Jangan aneh-aneh! Apa kejadian semalam itu gak cukup buat loe? Lebih baik kita kembali bersahabat saja seperti dulu. Jangan seperti ini. Gue jadi canggung banget," mohon Alice dengan sangat kepada Jordi."Ok. Untuk sekarang, gue stop pembicaraan ini. Tapi gue akan buktikan kalau loe itu sebenarnya cinta banget sama gue," tukas Jordi penuh percaya diri."Lebih baik loe tuh sama cewek yang setara sama loe. Selevel kaya-nya sama loe.""PRET LAH!""Gue pulang dulu ya. Bisa bego lama-lama kalau gue ada di sini." Alice beranjak dari tempat duduknya dan merapikan meja makan. Ia hendak mencuci piring terlebih dahulu baru setelah itu ia pulang ke rumah. Ranti pasti sangat khawatir.Saat Alice sedang mencuci piring, tiba-tiba Jordi memeluknya dari belakang."Loe mau apa sih, Jor. Lepas!" paksa Alice."Gue mau peluk loe. Gue mau merasakan debaran jantung loe saat gue peluk loe seperti ini." Jordi menambah erat pelukannya ke tubuh Alice. Mencium leher Alice yang jenjang. Untungnya sekarang rambut Alice sedang dicepol naik ke atas sehingga leher Alice menjadi area bebas bagi Jordi untuk menikmatinya."GELI! LEPAS!" Alice menggoyang-goyangkan tubuhnya agar Jordi melepaskan pelukannya. Tapi Alice salah. Jordi semakin nakal dan memberikan tanda kepemilikan lebih banyak di leher Alice."Jor ... jangan tambah tanda lagi di leher gue!" protes Alice dengan sangat kesal."Biarin. Gue mau semua orang tahu kalau loe itu milik gue!" Jordi memang sudah tidak peduli lagi kata orang lain. Sekarang saatnya ia mempedulikan dirinya sendiri. Kepentingan dan perasaannya sendiri.Alice mencuci piring dengan cepat agar bisa melepaskan pelukan Jordi yang tidak mau lepas dari tadi. Ia sangat kesal dan geram. Jordi tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan Alice lagi.Setelah cucian selesai, Alice melepaskan tangan Jordi dari pinggangnya."Ish ... lepas! Loe kenapa kecentilan gini sih?" Alice membalikkan tubuhnya dan menatap Jordi dengan sangat kesal. Jordi semakin nakal!"Salah sendiri kenapa loe gak mau jadi pacar gue.""Gue ..."Tanpa aba-aba, Jordi membungkap bibir Alice dan melumatnya dengan kasar, menahan tengkuk Alice agar tidak bergerak."Emph ... " Alice memukul-mukul dada Jordi agar Jordi melepaskan bibir dan tubuhnya."You are mine and i will make it happen!""Jordi!" Alice terus berusaha melepaskan diri dari cengkraman Jordi tapi Jordi seakan tidak memberikan waktu untuk Alice melepaskan diri.Jordi membungkam lagi bibir Alice dan memaksa Alice untuk membuka mulutnya, memberikan celah kepada Jordi untuk bereksplorasi semakin dalam."Ehmph ..." Alice terus berusaha melepaskan diri dari Jordi. Tapi mungkin Jordi terlalu lihat dalam berciuman, entah Jordi belajar dari mana sehingga lama kelamaan Alice terbuai dengan semua sentuhan Jordi. Alice mengalungkan tangannya ke leher Jordi dan mulai meremas rambut Jordi. Mungkin Alice sudah hampir gila karena perlakuan Jordi kali ini. Akalnya sudah entah terbang kemana. Alice tidak tahu.Setelah pasokan oksigen berkurang, Jordi dan Alice melepaskan pagutan bibir mereka untuk mengisi oksigen lagi."Loe itu ada perasaan sama gue, Alice. Jangan bohong!" Jordi tersenyum smirk saat melihat wajah Alice sudah memerah seperti kepiting rebus."Hmm ... nanti kita bicara berdua ya, Ma. Mereka mungkin akan sangat marah karena seperti kita mempermainkan putri mereka." putus Alexander. Norita mengangguk. "Mama sangat menyesal, Pa. Andaikan dulu mama tidak keras kepala. Pasti lima tahun lalu kita sudah bahagia dengan Luke juga." "Tak ada yang tahu, Ma. Takdir baik atau buruk, tetap harus kita jalani." Norita mengangguk pelan, setuju dengan ucapan dari suaminya itu. "Besok kita pulang ke Indonesia. Kita harus bicara dengan Abi dan istrinya." Alexander menganggukkan kepalanya. * Kamar pengantin Jordi dan Alice "Wah ... kamarnya gede banget." Alice sangat terkesima dengan besarnya ruangan kamar dan juga dekorasi di hotel itu yang terasa sangat mewah. "Iya dong. Untuk memadu kasih, butuh tempat yang cozy." "Ah, kamu tuh ada-ada saja." "Mandi dulu yuks, supaya segar." ajak Jordi. "Kamu duluan gih." Jordi sudah membuka dasi dan jasnya. Hanya tinggal kemeja dan celana panjang saja yang belum. Sementara Alice, wanita itu ma
"Mama yang akan selesaikan. Besok, kamu dan Alice ke KBRI saja untuk mengurus pernikahan kalian. Uhm, tapi sebelumnya, mama akan panggil penghulu dulu agar kalian bisa menikah secara siri."Jordi tersenyum."Maafkan mama yang keras kepala selama ini."Jordi langsung memeluk erat Norita. "Terima kasih karena mama sudah berubah pikiran.""Mama ingin bicara dengan Alice. Kamu sama Luke dulu saja."Jordi menganggukkan kepalanya, lalu ia berjalan menuju ke kamar."Al,"Alice langsung mengarahkan kepalanya kepada Jordi. "Mama ingin bicara dengan kamu."Alice mengangguk pelan. Lalu ia bangkit berdiri, bergantian dengan Jordi untuk menemani Luke. "Ada apa, Tante?""Kemari, Al."Alice pun duduk di hadapan Norita. "Uhm ... tante minta maaf sama kamu ya.""Tentang apa, Tante?" Alice meragu. "Tentang apa yang terjadi selama ini. Tentang lima tahun lalu dan tentang semua perlakuan tante terhadap kamu dan mama kamu.""I-iya, Tante. Sudah aku maafkan.""Tante harap kamu segera menikah dengan Jo
"Bisa aku masuk, Tan?" tanya Anita yang wajahnya sudah sembab. "Bo-boleh. Ayo masuk."Norita mempersilahkan Anita masuk ke dalam kamarnya. Sebenarnya ia pikir Alice dan Jordi yang datang, ternyata Anita. "Ada apa, Nita? Duduk dulu."Anita menganggukkan kepalanya. Dua orang wanita itu duduk berhadapan. "Apakah Tante sudah ketemu dengan Jordi?" tanya Anita yang terlihat kalut. "Sudah""Bagaimana, Tante? Apakah Tante sudah berhasil meyakinkan Jordi untuk meninggalkan Alice?" tanya Anita penuh harap. Norita menarik nafas dalam-dalam. Sebenarnya ia kasihan dengan Anita yang selama lima tahun ini sudah mendampingi Jordi. Memang Norita akui, semua ini salahnya. Andai dulu dia tidak keras kepala untuk memisahkan Jordi dari Alice, semua ini tak akan terjadi. "Tante ... tante kenapa diam? Tolong jawab aku!""Maaf, Nita.""Maaf? Apa maksud dari permintaan maaf Tante ini?""Jordi ... tak bisa dipisahkan dari Alice. Tante tak bisa berbuat apa-apa." kilah Norita yang sedikit berbohong. "Tant
"Masalah uang, gak usah pusing. Suruh saja Jordi kerja keras." tanya Norita yang masih terlihat dominan itu.Alice menggelengkan kepalanya dengan sangat cepat."Gak perlu masalah harga diri. Kalau kalian menikah, memang tugas Jordi untuk cari uang dan kamu urus anak. Bisa-bisa cucu aku ini kurang kasih sayang karena kedua orang tuanya kerja terus." balas Norita dengan sangat santai.Alice menatap ke arah Jordi seolah meminta pertolongan dari pria itu agar bisa bicara dengan sang mama."Gak, Ma. Alice tetap di Melbourne. Dia gak akan pindah. Begitu juga dengan Luke." tolak Jordi atas semua rencana Norita terhadap Luke."Loh, tapi kan kamu kerja di Singapura." Norita agak protes dengan mengerenyitkan dahinya."Tambah cabang saja di sini." balas Jordi santai."Memangnya semudah itu?" ejek Norita."Tidak mudah, tapi kenapa tidak dicoba? Sekalian expand saja. Toh yang di Singapura, bisa aku lakukan secara remote. Aku akan datang mengecek setiap sebulan sekali.""Mama ...bagaimana kalau mam
"Kamu tenang saja. Kita lakukan saja yang terbaik."Ailce mengangguk pelan. Ia bagaimana pun harus percaya apa yang dikatakan oleh Jordi. "Ya sudah, kamu siap-siap saja. Nanti jam sepuluhan kita pergi ketemu sama mama. Aku janjian jam sebelas.""Luke dibawa kah?""Yes! Biar mama sekalian melihat kamu dan Luke. Dia pasti tidak akan bisa menyangka kalau aku sudah punya anak. Sekalian juga membuktikan kepada mama kalau Luke memang anak aku."Alice mengangguk.CUP!Jordi mengecup bibir Alice. "Kita hadapi bersama.""Semoga kita bisa."Wanita itu segera keluar dan memandikan Luke. Ia juga harus merapikan dirinya untuk bertemu dengan Norita."Al," panggil Ranti yang sudah masuk ke dalam kamar ketika Alice sedang berdandan."Ya, Ma. Ada apa?""Nanti kamu ketemu dengan mamanya Jordi?""Ya, Ma.""Kamu bersabar saja kalau dia menghina kamu ya. Jangan dibawa masuk ke dalam hati. Jika kamu dan Jordi memang berjodoh, pasti kalian bersatu.""Ya, Ma. Alice mengerti. Doakan saja yang terbaik untuk A
KRING!Sebuah panggilan telepon masuk ke dalam ponsel Jordi. Pria itu masih tertidur dan memeluk Luke erat, sang malaikat kecilnya itu."Hmm ... halo," sapa Jordi dengan suara paraunya khas orang baru bangun tidur."Kamu ada dimana?""Tidur. Kenapa, Ma?""Mama sudah di Melbourne. Mama mau ketemu sama kamu.""Iya, nanti jam sebelas ya. Jordi masih mengantuk.""Apa kamu ada di rumah Alice?""Iya, di rumah Istriku!" tegas Jordi yang sudah langsung sadar dari tidurnya. Ia berjalan menuju keluar balkon agar tidak menganggu Luke yang masih tidur."Apa kamu bilang? Istri?""YA! ISTRI DAN ANAK AKU!" tegas Jordi yang tak takut sama sekali dengan Norita."A-anak?" Norita terkesiap."Ya. Aku sudah menemukan hidup aku. Bukan bersama dengan Anita. Wanita yang selalu ada di mimpi aku itu adalah ALICE! Dan kami sudah punya anak! Mama sudah punya cucu.""Gak! Ini gak mungkin. Wanita itu pasti menipu kamu, Jor! Kamu jangan mau dibohongi. Pasti anak itu adalah anak dia dengan pria lain. Dia itu wanita