Share

Kandang Orang Gila

Penulis: Jong Dame
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-28 16:11:43

"Mereka semua bersengkongkol ya? Sudah gila!" Mayleen tidak bisa berhenti menggerutu sejak dia keluar dari rumahnya, sampai tiba di kantor.

Kenapa semua orang begitu terobsesi dengan yang namanya pernikahan? Mayleen pasti akan menikah kok, di waktu yang tepat nanti. Dan pastinya dengan pria yang tepat.

Devin tidak pernah masuk dalam pertimbangan Mayleen, sekalipun!

Sambil masih menggerutu dalam hatinya, Mayleen mengambil tas yang dia letakkan di kursi belakang dan bergegas masuk ke dalam kantor untuk memulai rutinitas kerjanya.

Masih tersisa 15 menit sebelum jam masuk kerja dimulai. Itu waktu yang lebih dari cukup bagi Mayleen untuk tiba di meja kerjanya yang ada di lantai 4.

Tapi, kejadian tidak terduga terjadi. Saat akan masuk ke lift yang ada di lobi, matanya menangkap sosok yang sangat familiar sedang menuju ke arah lift dari pintu masuk. Bukan hanya familiar, Mayleen sangat mengenal sosok itu, dan sedang berusaha untuk menghindarinya.

"Sial! Kenapa dia harus berangkat sekarang? Nggak tepat banget!"

Karena merasa panik akan ketahuan oleh Devin, Mayleen memutuskan untuk mengambil jalan lain, yaitu lewat tangga darurat.

Tidak apa jika dia harus naik ke lantai 4 lewat tangga, dibandingkan harus bertemu dengan Devin di dalam lift.

Mayleen masih akan menghindarinya. Sampai dia bisa memutuskan akan berhenti dari perusahaan ini.

"Kenapa harus sekarang sih?" Napas Mayleen tersengal karena harus naik tangga ke lantai 4.

Apalagi, dia mengenakan sepatu dengan hak yang tinggi. Rasa capek yang dialaminya bertambah 2 kali lipat karena itu.

Setibanya di lantai 4, Mayleen buru-buru duduk ke meja kerjanya. Napasnya masih belum stabil sampai saat ini.

"Gara-gara orang itu!" Mayleen jadi kesal sendiri setelah mengingatnya. Hanya karena ingin menghindar dari Devin, dia harus berkorban dengan naik ke lantai 4 lewat tangga.

Argh! Ini sangat mengesalkan!

Ring... Ring.... Ring...

Belum juga berhasil menstabilkan napasnya, ponsel Mayleen sudah berdering dengan keras.

"Halo?" Kata Mayleen mengangkat telepon itu.

"May! Sudah sampai di kantor?" Tanya si penelepon dari seberang.

Mayleen memeriksa kembali siapa orang yang menelponnya. Di kontaknya tertulis nama 'Kaksa'.

"Oh, Kaksa! Ada apa?"

"Cuma mau ingetin, jangan lupa minta approval dari direktur biar proyek kita bisa segera di eksekusi. Kamu nggak lupa kan?"

Mayleen memejamkan matanya, menelan kekesalannya sendiri. Sudah susah payah dia menghindari Devin tadi, tapi pada akhirnya dia harus menemuinya di kantornya. Lalu apa gunanya dia naik lewat tangga darurat?

"May?" Panggil Marrisa karena Mayleen tidak juga memberikan jawabannya.

"Iya." Tukas Mayleen pasrah.

Habis sudah. Saat dia masuk ke ruangan Devin nanti, dia sudah tamat!

"Okay! Thank you Mayleenku~"

Mayleen bergegas menutup panggilan itu.

Sekarang dia harus apa? Menyerahkan proposal ini ke ruangan Devin sendirian bisa membahayakan eksistensinya di kantor ini.

Kalau Devin sampai mengenalinya sebagai pegawai di kantor ini, entah kegilaan apa yang bakal ditunjukkan olehnya nanti.

Devin mungkin berkoar ini dan itu untuk menyebarkan rumor romansa kantor!

"Argh! Nggak bisa gini!" Saking frustasinya, Mayleen bahkan menjambak rambutnya sendiri. Sampai-sampai tatanannya jadi berantakan.

Mayleen menoleh ke kanan dan ke kiri. Berharap bisa menemukan seseorang untuk menggantikannya melapor ke ruangan Devin dan mendapatkan persetujuannya. Tapi sepanjang matanya melihat, tidak ada satu orang pun yang bisa dia mintai tolong. Semua orang sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

"Del..." Panggil Mayleen dengan suara lirih, "boleh minta tolong sebentar nggak?"

Dela, orang yang Mayleen panggil barusan menoleh ke arahnya. Dela adalah karyawan yang baru bekerja selama 3 bulan di kantor ini. Mungkin saja dia bisa dimintai tolong sebentar untuk meminta persetujuan Devin.

Mayleen sadar sikapnya yang seperti ini sangatlah tidak profesional. Tapi dia tidak ingin membahayakan dirinya sendiri dengan masuk ke kandang orang gila seperti Devin!

"Minta tolong apa, Kak?"

"Boleh antar---"

Belum juga Mayleen menyelesaikan kalimatnya, telepon Dela sudah berdering duluan. "Sebentar ya, Kak. Ada meeting sama divisi produksi. Kalau nanti siang gimana?"

Sial sekali nasib Mayleen. Sepertinya dia memang harus pergi sendiri ke kantor Devin.

"Nggak papa, nggak jadi. Good luck ya sama meeting nya!"

Tidak ada jalan lain. Mayleen harus datang sendiri ke kantor Devin dan meminta persetujuannya, dengan cara apapun.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Teman Tidur Pak Direktur   Mau Ubah Memori Ciuman Pertamamu?

    "Oh... Aku nggak tahu kalau aku se-brengsek itu..." Keluh Devin atas umpatan Mayleen. Dia memang tidak mengambil hati atas perkataan yang Mayleen ucapkan. Mau dibilang brengsek, kurang ajar, atau yang lainnya, dia tidak sakit hati kalau yang mengatakannya adalah Mayleen. Karena dia tahu betul, jika Mayleen tidak benar-benar mengatakannya dari hati. Devin sekadar menanggapinya sebagai guyonan untuk menenangkan Mayleen."Kenapa mesti selingkuh sih? Sama cowok lagi! Ah sialan!" Cerocos Mayleen."Ummm.... Kamu suka cewek?" Tanya Devin dengan konyolnya."Dih! Apaan sih nggak jelas!""Tadi bilangnya selingkuh sama cowok?""Ah bodoh banget!" Mayleen kembali merutuki kesialannya. Betapa bodohnya dia yang sudah menyukai pria seperti itu. "Kenapa bodoh banget sih!""Mau cerita lebih jauh?" Tanya Devin menenangkan. Barangkali Mayleen butuh teman cerita, pikirnya."Kenapa gitu loh?! Padahal hari sebelumnya bilang suka, terus di hari yang lain bilang sukanya ke

  • Teman Tidur Pak Direktur   Intens

    Mayleen tidak sanggup melihatnya lagi. Hubungan mereka semakin intens dan itu membuat mata Mayleen merasa kotor untuk sekadar menontonnya. Dia merasa seperti sedang melihat adegan dewasa yang tidak senonoh.Di saat seperti ini Mayleen bingung harus bereaksi seperti apa. Apakah dia harus marah karena secara tidak langsung Farel sudah berselingkuh darinya. Atau harus merasa lega karena tak perlu memberikan jawaban atas ungkapan perasaan pria itu.Rasanya campur aduk. Kecewa, marah, juga bingung.Walaupun ini tergolong sebagai bentuk perselingkuhan, tapi tetap saja dia tidak bisa berbuat apa-apa.Andai saja selingkuhan Farel adalah seorang wanita, dia pasti sudah nyelonong masuk ke dalam sana tanpa berpikir panjang. Melabrak, niatnya.Tapi situasinya lain.Untuk saat ini, Mayleen hanya bisa menjauh pergi dari tempat kejadian.Dengan pikiran yang kosong, tubuhnya bergerak sendiri ke arah lift untuk turun ke lantai 1. Pokoknya, dia harus menjauh dari area kantor. Itu adalah perintah yang o

  • Teman Tidur Pak Direktur   Aku Milikmu

    Rampung dengan kegiatannya merapikan meja kerjanya, Mayleen bersiap pulang ke rumahnya. Tentu setelah ia mengantarkan kunci loker itu dan mengambil kembali mobilnya di bengkel.Huft….Mayleen menarik nafasnya panjang. Berharap tidak ada hal yang terjadi padanya saat dia menemui Farel nanti.Perusahaan ini cukup ketat dengan jam kerja karyawannya. Begitu jam kerja usai, semua karyawan bisa langsung pulang ke tempatnya masing-masing. Kalaupun lembur, itu hanya untuk proyek besar yang perlu penanganan khusus.Tidak heran jika di jam kerja seperti ini, cukup banyak ruangan yang sudah ditinggalkan penghuninya.Mayleen menyusuri koridor di lantai 4 untuk mencapai ruang kerja milik Fajar. Jaraknya dari meja kerjanya tidak terlalu jauh. Hanya butuh sekitar 2-3 menit untuk berjalan kaki.Namun langkah kakinya terhenti di depan toilet pria. Dia mendengar sesuatu yang sangat mengejutkannya, tak pernah dia sangka sebelumnya.“Gimana? Katanya sudah nembak Mayleen dari Departemen sebelah kan? Diter

  • Teman Tidur Pak Direktur   Sesuatu yang Murahan

    “Okay, karena kamu juga panggil aku pakai nama, jadi aku bisa bersikap lebih santai kan?”Mayleen memutar bola matanya kesal. Rasanya tak ada sedetikpun dalam hidupnya yang terasa tenang setelah dia bertemu dengan Devin waktu itu.Selalu saja ada hal yang mengesalkan dan membuatnya frustasi.“Bisa nggak sih, nggak harus ganggu aku? Masalah panggilan aja dibikin ribet!” Mayleen mengutarakan apa yang ada di dalam hatinya.Berbeda halnya saat berada di suatu tempat dengan orang lain, Mayleen cenderung mudah untuk mengeluarkan uneg-unegnya pada mereka. Mayleen adalah tipe orang yang ceplas-ceplos saat berbicara dengan orang lain.tapi entah bagaimana, jika orang itu adalah Devin, dia selalu merasa kesulitan untuk melakukan hal itu. Seakan ada sesuatu d

  • Teman Tidur Pak Direktur   Nggak Sayang Aja?

    Setibanya di lantai 4, Mayleen buru-buru melakukan absen. Dia benar-benar melakukannya tepat waktu! Meski cukup mepet, hanya kurang beberapa detik lagi sebelum alat itu tidak bisa menerima scan sidik jarinya.Untuk situasi ini, Mayleen merasa bersyukur telah menerima bantuan dari Devin. Walaupun dia tidak mengharapkannya.“Ayo Kaksa, duduk sebentar.” ajaknya kemudian.Marissa mengikutinya di belakangnya tanpa menjawab apapun.“Duh! Tahu nggak? Sejak Kaksa cuti, kerjaanku jadi makin banyak tahu! Apalagi aku yang mesti setor kerjaan ke ruangan si onoh! Bener-bener kayak di neraka rasanya!”“Hush! Jangan ngomong sembarangan!” peringat Marissa.Mayleen ini memang tipe-tipe orang yang asal ceplos sesuai dengan isi hatinya. Kerap kali dia tidak bisa mengontrol mulutnya sendiri untuk tidak berkata hal yang buruk tentang orang lain, tidak peduli bagaimana situasi dan tempatnya.“Aduh tapi gimana ya, May?” Marissa mendahului jalan Mayleen, ia lantas menarik salah satu kursi kerja di dekatnya d

  • Teman Tidur Pak Direktur   Si Onoh

    "Padahal awalnya kamu usil banget, pake segala ngusulin Bed Date. Eh.... Sekarang jadi ketus gitu," pernyataan Devin sontak membuat mata Mayleen membulat.Mayleen sudah sangat malu untuk mengingat kecerobohannya waktu itu. Sok-sok an ini jadi wanita jalang agar dibenci oleh lawan kencan butanya, tapi malah berdampak sebaliknya.Apalagi saat Devin menyinggungnya seperti ini, rasa malu yang dia rasakan menjadi berkali-kali lipat!Ingin sekali Mayleen menghilang saja dari bumi ini, saking malunya saat ini.Tapi Mayleen akan bersikap acuh terhadap pernyataan itu. Gengsi lah kalau dia ciut setelah semua yang terjadi."Oh! Itu cuma tes aja." Jawab Mayleen sedikit gugup. Mau sekeras apapun dia berusaha menutupinya, rasa gugup itu tidak bisa menghilang begitu saja."Tes buat apa?""Ya..." Mayleen berusaha keras mencari alasan yang paling masuk akal untuk situasinya, hingga akhirnya dia mengatakan, "tes buat cek aja, cowok yang papa kenalin itu brengsek apa enggak. Main cewek atau enggak.""Te

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status