Share

Tentara Tampan Itu Suamiku
Tentara Tampan Itu Suamiku
Penulis: Aries grils

Bab 1. Hari Sial

"Oh, jadi itu bener calon suami kamu, Nay? Haduh, maaf ya, aku jadi tambah gak enak. Takutnya kamu salah paham gara-gara foto yang aku kirim," ucap Rere, dari sebrang telpon.

"Santai aja kali, Re. Meskipun begitu aku masih coba berpikir positif, kok. Oh ya, Re, kamu kenal gak sama Dokter Obygin-nya? Kalau iya, kamu bisa bantu aku bertemu dengan Dokter itu nggak? Aku pengen coba pastiin, agar semua lebih jelas, aku nggk ingin berburuk sangka sama Rama. Kalo aku tanya langsung, aku takut Rama gak mau jujur." Ujar Kanaya dengan pelan.

“Iya, bisa Nay. Kebetulan Dokter Obgyin-nya tante aku.” timpal Rere

"Alhamdulliah, sore ini aku langsung jalan ke Bogor ya, Re. Aku ajak Dinda, besok aku langsung ke Rumah Sakit tempat kamu praktek, ya?" ucap Kanaya.

"Oke, Nay, aku tunggu besok...." saut Rere

Kanaya yang dasarnya besok sudah mengambil cuti untuk menyambut hari bahagianya, malam itu langsung tancap gas menuju Bogor. Namun sebelum itu Kanaya menjemput Dinda terlebih dahulu, Dinda merupakan sahabat karib Kanaya, dan Kanaya sudah menceritakan semua masalahnya pada Dinda.

Kanaya memacu mobil nya dengan kecepatan sedang, air mata tak henti menetes membasahi pipinya, sedari tadi Kanaya mencoba menahan diri agar tidak menangis. Kanaya berusaha meyakinkan diri, agar tidak mudah terpengaruh begitu saja, sebelum mengetahui kebenarannya sendiri. namun entah mengapa, kali ini Kanaya meyakini bahwa laki-laki itu benar calon suaminya.

Kanaya mengambil tisu yang ada di dasbord mobilnya, guna menghapus air mata yang terus mengalir tanpa permisi. saat hendak berbelok ke arah kiri, Kanaya lupa menghidupkan lampu SEN, membuat mobil yang berlawanan arah dengannya membanting stir kekanan untuk mengindari tabrakan, menyebabkan mobil itu masuk kesemak-semak, Kanaya yang juga terkejut berbelok tak tentu arah membuat mobilnya menabrak pembatas jalan.

Kompak kedua pengemudi keluar dari mobil masing-masing. Dengan raut wajah marah dan siap menumpahkan kekesalannya, mereka sama-sama berjalan cepat menghampiri satu sama lain.

"Heh, bisa nyetir apa nggak, sih? Bikin SIM-nya di kelurahan ya? Kamu nggak bisa bawa mobil? Nyetir yang bener dong!" bentak Kanaya, dengan mata yang memerah karna habis menangis.

Pengemudi lain yang mengenakan seragam Angkatan Darat itu menjawab dengan tatapan tajam mematikan, dan menatap wanita yang ada didepan nya penuh kekesalan, "Maaf, saya buru-buru, tetapi seharusnya saya yang marah. Kamu bawa mobil tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas, Kamu sengaja mencari keuntungan di jalan, ya?" ucap si Tentara

"Astaga! Kamu pikir ini sirkuit balap apa? Jelas-jelas mobil saya tuh mau belok, kok situ nyolot? Pokoknya saya nggak mau tahu, ganti rugi mobil saya yang penyok." Ujar Kanaya dengan penuh emosi.

"Kamu pikir kamu saja yang terburu-buru? Saya juga! Enak saja mau memeras saya. Kamu nggak lihat mobil saya sampai lecet-lecet? Untung kepala saya aman," jawab si tentara, kesal.

Kanaya yang memang sedang dalam kondisi kalut, seolah mendapatkan tempat untuk meluap kan segala rasa kesalnya dengan berkata, "Wah, nyolot ini orang. Ayo, kita sama-sama menyelesaikan urusan ini di kantor polisi, biar jelas. Jangan mentang-mentang situ pakai seragam, dikiranya saya takut ya!"

"Hei, Nona, apa hubungannya dengan seragam saya? Pada kenyataanya memang anda yang salah. Kalau begitu, siapa takut! Ayo, kita ke kantor polisi! Setelah itu kita ke bengkel, kita hitung biaya mobil masing-masing. Kamu bayarin kerugian mobil saya dan sebaliknya saya bayarin kerugian mobilmu." Balas tentara tersebut dengan tegas. Ia benar-benar tidak habis pikir bisa bertemu dengan wanita seperti ini.

Kanaya melirik mobil Fortuner milik si tentara. Benar juga, sepertinya mobil tentara itu juga rusak. Dia akhirnya berpikir ulang untuk menuntutnya.

'Ya ampun, ini sih parah!' batin Kanaya, ia pun menggerutu kesal, "Kenapa sih? Hari ini nasib ku sial sekali!," Kanaya menendang ban mobilnya dan kembali menangis menumpahkan rasa kesalnya.

Rey yang sudah berjalan menjauh mengernyitkan dahi, menatap wanita yang berada disebrang, terlihat wanita itu tengah menangis berjongkok disebelah mobilnya, membuat Rey tak tega, dan kembali menghampiri wanita itu. Rey memberikan sapu tangan kepada wanita itu, "Tidak usah menangis, saya akan mengganti rugi kerusakan mobil kamu. Ya, meskipun bukan saya yang bersalah." ucap Rey

Ucapan Rey membuat Kanaya bertambah kesal, bukannya menerima sapu tangan dari Rey, Kanaya malah berdiri dan memaki Rey, "Emang ya, dimana-mana abdi negara bisanya nyakitin hati perempuan!"

Rey mengernyit kan dahi mendengar omelan Kanaya, hal itu membuat Rey semakin bingung, "Sorry, saya tidak ada waktu untuk berdebat. Kamu bisa hitung saja kerugiannya berapa. Sini, saya pinjam ponselmu atau kamu tulis sendiri nomor saya.

Kanaya yang sedang dalam kondisi kesal Menuliskan nomor laki-laki itu di ponselnya, dia merasa harus meminta pertanggung jawaban dari laki-laki itu. Sementara laki-laki itu pergi begitu saja setelah memberitahukan nomor ponselnya kepada Kanaya.

Kanaya menatap kesal kepergian laki-laki yang cukup menyebalkan itu. Dia mencoba menghubungi nomor itu, takut dikerjai. Siapa tahu nomor itu tidak aktif dan dia hanya dibohongi. Namun setelah Kanaya mencoba menelepon nomor itu, ternyata tersambung.

Pada dada si tentara tertera nama Rey, mengangkat panggilan dari nomor baru itu.

"Halo ..." Rey menjawab panggilan yang dia kira itu telpon dari bengkel langganan nya, yang baru saja dia hubungi, namun tidak dijawab.

Kanaya yang hanya mencoba nomor itu pun menjawab sapaan Rey. "Oh, ternyata aku nggak dibohongin," ucap Kanaya santai.

Rey yang mendengar ucapan itu sontak menoleh ke arah Kanaya yang menempelkan ponsel di telinga. Perempuan itu tampak menampilkan senyum mengejek kepada Rey, Membuat Rey menggerutu kesal, "Cantik, tapi aneh."

Kanaya yang baru saja menghubungi nomor Rey, menggerutu kesal, "Gak sopan! Di mana-mana abdi negara emang ngeselin," Kanaya segera menghubungi bengkel untuk datang ke lokasi, mengecek mobilnya. Setelah itu ganti menghubungi Dinda sahabat nya, untuk minta dijemput.

Sambil menelepon, Kanaya melihat laki-laki yang menggunakan seragam Angkatan Darat dengan name tag bertuliskan Rey tengah sibuk menghubungi seseorang lewat ponselnya. Tak lama datang mobil sedan menghampiri laki-laki itu. Kanaya tidak tahu itu taksi online atau orang suruhannya. Entah apa yang laki-laki itu bicarakan dengan orang yang baru saja keluar dari mobil itu, tetapi melihat arah pandangan mereka yang menatap Kanaya dan mobilnya, Kanaya yakin jika mereka tengah membicarakannya. Kanaya yang melihat hal itu bersikap acuh. Toh, ini bukan hanya kesalahannya.

Tidak lama setelah Kanaya mengubungi Dinda, sahabatnya itu segera datang menjemputnya, "Kok bisa ada kejadian begini, Nay? Seharusnya tadi kamu izinin aku untuk panggil Satlantas, agar masalah ini jelas," ucap Dinda setelah mereka masuk kedalam mobil.

"Gak usah, Din, ini juga memang nggk sepenuhnya salah orang itu. Oya, maaf ya, harusnya aku yang jemput kamu, ini malah jadi kamu yang jemput aku.!"

Dinda melajukan mobil nya, lalu menatap Kanaya, "Yaelah Nay, kaya apaan aja, jadi gimana? Kita malam ini langsung OTW ke bogor ni? Tanya Dinda

"Iyalah, Din, pokoknya aku gak mau nunda-nuda lagi. Aku harus tahu kebenarannya. Aku gak mau menyesal di kemudian hari. Kamu tahu sendiri kan, pernikahan aku tinggal menghitung hari, jadi aku harus pastiin dari sekarang kalo apa yang ada dalam pikiran aku itu salah," jelas Kanaya.

Mendengar Ucapan Kanaya, Membuat Dinda bertanya kembali, "Tapi, kalau ternyata apa yang ada di dalam pikiran kamu itu bener, gimana dong?"

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Nyolot kali nh ce udah salah ngotot pula
goodnovel comment avatar
Harum Sanuji
keren bgt ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status