Home / Romansa / Terapi Hasrat Dokter Bagas / Bab 38 — "Ah! Dok."

Share

Bab 38 — "Ah! Dok."

Author: Dark_Pen
last update Last Updated: 2025-11-22 19:47:45

“Ah! Dok.”

Madame Renata mulai melenguh tertahan saat tangan Bagas mulai bermain di area bukit kembarnya.

Outer dan kemeja putih yang tadi membalut tubuhnya sudah tercecer di lantai. Kini hanya bra merah muda yang menjadi pertahanan terakhir dua bukit cinta tersebut.

Bagas mengangkat sebelah kaki Renata hingga rok spannya tersibak memperlihatkan pahanya putih mulus pemilik klinik tersebut.

Dengan gerakan lembut, Bagas mulai melepas pengait bra di belakang. Lalu satu hentakan kasar membuat bra tersebut jatuh lembut ke lantai.

Mata Bagas berbinar, nafasnya mulai memburu. Dua bukit kembar milik Renata kita terpampang jelas tanpa penghalang.

“Ah!”

Renata kembali melenguh saat Bagas mulai melumat habis ujung dua bukit tersebut.

“Dok, shhh!”

Renata mulai meracau, ia menjambak keras rambut Bagas dan menekannya ke dalam. Sementara Bagas, ia mulai mengangkat tubuh Renata pelan, mendudukkannya di atas meja kerja. Semua berkas berhamburan jatuh ke bawah di ganti dengan tubuh Renata yang telanjan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terapi Hasrat Dokter Bagas   Bab 80 — Mulai Dilema

    Sinar matahari pagi menyelinap masuk melalui celah-celah ventilasi kontrakan sederhana itu, menyapu wajah Bagas yang masih terlelap. Ia mengerjap pelan, tangannya secara refleks meraba sisi tempat tidur, namun ia hanya menemukan sprei yang sudah dingin.Bagas segera membuka mata sepenuhnya dan mencium aroma harum nasi goreng serta bawang putih yang digoreng, memenuhi ruangan sempit tersebut. Ia menoleh ke arah dapur kecil dan mendapati Mayra sudah rapi mengenakan pakaian santai, rambutnya dicepol asal-asalan, sedang sibuk di depan kompor.Bagas bangkit, hanya mengenakan celana panjangnya yang sempat berserakan semalam. Ia berjalan tanpa suara dan tiba-tiba melingkarkan lengannya di pinggang Mayra dari belakang."Ehh! Dok, udah bangun?" Mayra tersentak kecil, namun sedetik kemudian ia menyandarkan kepalanya di bahu Bagas dengan senyum malu-malu.“Jangan panggil Dok, kita tidak sedang di klinik,” jawab Bagas sambil mempererat pelukannya.Mayra hanya tersenyum lembut, ia mengangguk pelan

  • Terapi Hasrat Dokter Bagas   Bab 79 — Gairah di Kamar Mandi

    Setelah badai gairah yang meluap-luap itu mereda, keheningan yang damai menyelimuti kamar kontrakan sempit tersebut. Bagas tidak segera beranjak, ia menarik tubuh mungil Mayra ke dalam pelukannya, menyelimuti mereka berdua dengan kain sprei tipis yang masih tersisa di atas ranjang.Mayra menyandarkan kepalanya di dada bidang Bagas, mendengarkan detak jantung pria itu yang perlahan mulai kembali normal. Aroma maskulin yang bercampur dengan sisa-sisa pergumulan mereka membuat Mayra merasa begitu aman. Tanpa sadar, rasa lelah yang luar biasa setelah pertama kali merasakan pengalaman tersebut membuat kelopak matanya terasa berat.Bagas pun demikian. Ia mengelus lembut rambut Mayra yang masih sedikit basah oleh keringat, hingga akhirnya napas keduanya menjadi teratur. Mereka terlelap dalam pelukan hangat, seolah dunia di luar sana berhenti berputar hanya untuk mereka berdua.Hening malam di tempat itu sempat terganggu oleh suara kucing yang melompat di atas atap seng, membuat Bagas perlaha

  • Terapi Hasrat Dokter Bagas   Bab 78 — Gelora Indah Bersama Mayra

    Bagas terdiam sejenak, membiarkan matanya menjelajahi setiap inci kemolekan alami yang terpampang di depannya. Mayra, dengan wajah yang sudah merah padam hingga ke telinga, mencoba menutupi dadanya dengan tangan yang gemetar. Namun, Bagas dengan lembut meraih tangan itu, mengecup telapak tangannya, dan meletakkannya kembali di sisi tubuhnya."Jangan disembunyikan, Mayra... Kamu sangat sempurna," bisik Bagas dengan suara yang serak dan berat.Mayra tersenyum dengan pipi yang merona. Ia sendiri bingung apa yang ia rasakan kini. Ada rasa malu, senang, sedih. Semuanya bercampur aduk menjadi satu.Bagas kemudian mulai melepaskan pakaiannya sendiri satu per satu dengan gerakan yang sangat tenang, seolah ingin memberi waktu bagi Mayra untuk mempersiapkan diri. Ketika kemeja dan celana Bagas akhirnya terlepas sepenuhnya, mata Mayra yang semula sayu mendadak melebar sempurna.Ia terkesiap, napasnya seolah tertahan di kerongkongan. Pandangannya terpaku pada kejantanan Bagas yang kini berdiri te

  • Terapi Hasrat Dokter Bagas   Bab 77 — Gairah di Dalam Kontrakan

    Mobil sedan putih milik Bagas akhirnya berhenti tepat di depan sebuah pagar besi kusam, tempat kontrakan sederhana yang dihuni oleh Suster Mayra.Suasana di sekitar gang tersebut cukup sepi, hanya ada beberapa lampu jalan yang mulai menyala temaram, memberikan kesan privasi yang diinginkan Bagas.Suster Mayra masih terpaku, tangannya masih berada dalam genggaman Bagas. Kata-kata pria itu tentang "calon istri" masih terngiang-ngiang di kepalanya, membuat hatinya dipenuhi bunga-bunga yang mekar seketika."Sudah sampai, Sus," bisik Bagas lembut, wajahnya mendekat ke arah Suster Mayra hingga aroma parfum woody yang maskulin menyapa indera penciuman suster itu."E-eh, iya, Dok. Terima kasih sudah mengantar," jawab Suster Mayra gugup. Ia hendak membuka pintu, namun Bagas belum melepaskan tangannya."Tidak mau mengajak saya masuk dulu? Saya haus sekali, Mayra," pinta Bagas dengan nada suara yang sedikit merendah, kali ini ia menyebut nama aslinya tanpa embel-embel "Suster".Suster Mayra mene

  • Terapi Hasrat Dokter Bagas   Bab 76 — Suster Mayra

    Sore harinya, sesuai janjinya tadi, Bagas terlihat duduk di lobi menunggu Suster Mayra yang hampir selesai dengan pekerjaannya.Ia duduk tenang sambil menyilangkan kakinya. Tangannya sibuk bermain di layar ponsel. Ia sedang membalas pesan singkat dari Helena.“Bagas, Yanuar telah terpancing. Aku berhasil,” tulis Helena di pesan singkatnya.Bagas tersenyum simpul. Matanya berbinar.“Kamu hebat, aku tahu pasti kamu bisa.”Tidak lama kemudian, Helena kembali membalas.“Tapi aku jijik, dia sempat mencium bibirku.”“Cih, dasar!” batin Bagas berdecak kesal. Sesuai dugaannya, Yanuar memang sangat mudah dipancing jika soal perempuan.Bagas kembali mengetik balasan.“Tapi kamu rekam semuanya, kan?”Terlihat tulisan typing di layar ponsel Bagas. Helena sedang mengetik balasan.“Iya, sudah aku rekam. Tapi itu belum cukup. Nanti malam dia pasti bakal balik lagi ke apartemenku.”Bagas tersenyum. Jarinya kembali bermain di layar dan mengetik balasan.“Oke, buat dia terlena hingga dia lupa kalau dia

  • Terapi Hasrat Dokter Bagas   Bab 75 — Merasa Puas

    Bagas masih bergeming, membiarkan tubuhnya tetap menyatu dengan Renata di atas sofa yang kini tampak berantakan. Napasnya perlahan mulai teratur, namun sisa-sisa gairah masih terasa jelas dari detak jantungnya yang berdegup kencang di dada Renata.Ia menarik napas dalam, menghirup aroma tubuh Renata yang bercampur dengan peluh, sebuah aroma yang baginya jauh lebih memabukkan daripada parfum termahal mana pun."Masih sakit?" bisik Bagas lembut, sambil menyisipkan jemarinya ke sela-sela rambut Renata yang basah.Renata menggeleng lemah. Matanya perlahan terbuka, menatap langit-langit ruangan dengan tatapan yang masih sedikit kosong karena sensasi luar biasa yang baru saja ia alami."Tidak... hanya terasa penuh. Kamu benar-benar keterlaluan, Dok. Aku pikir aku akan terbelah tadi."Bagas terkekeh rendah, suara tawanya terdengar sangat seksi di telinga Renata. Ia mengangkat tubuhnya sedikit, bertumpu pada kedua siku agar tidak sepenuhnya menghimpit wanita itu, namun ia tetap membiarkan kej

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status