เข้าสู่ระบบ“Rei ... coba deh lihat, mana yang paling bagus rancangannya buat Mommy?” Claire masuk ke dalam kamar Rei saat ia tengah membuat lirik lagu. Ia memperlihatkan beberapa rancangan pakaian pengantin atau gaun yang bisa digunakan dalam acara perikatan pernikahan nantinya.
Rei berbalik dan memajukan bibirnya sambil melihat rancangan yang ditunjukkan oleh ibunya.
“Kayaknya kalau Mommy yang pakai semua pasti cantik deh!” jawab Rei sambil tersenyum dan Claire jadi terkikik kecil karena mendengar itu.
“Kamu pinter banget ngegombal kayak Daddy kamu!” sahut Claire masih tersenyum. Claire lantas duduk di sisi ranjang sedangkan Rei masih di atas kursi nya dan berbalik menghadap ibunya. Ia bisa melihat jika ibunya tengah sangat bahagia.
“Apa yang bikin Mommy bahagia? Apa karena menikah lagi atau karena Daddy sudah berubah? Mommy percaya sama Daddy?” tanya Rei setelah memandang wajah ibunya cukup lama. Claire menutup amplo
Honey masih bisa bangun saat Rei langsung menggendongnya dengan bridal style. Mata Honey membesar melihat Rei yang berteriak pada semua orang untuk menelepon ambulance. Tak tanggung-tanggung, Honey dijemput dengan helikopter ambulance yang mendarat di helipad di atas menara Skylar.Paramedis langsung datang dan Rei menggendong Honey masuk ke lobi Skylar lalu meletakkannya dengan hati-hati ke atas brankar. Seorang petugas lantas memberikan pad yang cukup besar untuk menghentikan pendarahan di pundak Honey. Honey masih terengah dan Rei yang sudah panik setengah mati. Ia memegang pipi Honey dan meyakinkan jika ia akan baik-baik saja.“Jangan takut, tidak akan terjadi apa pun padamu! Aku janji!” ucap Rei begitu dekat menungkupkan kedua tangannya pada kedua pipi Honey. Honey hanya bisa membesarkan mata sementara adegan itu disaksikan oleh semua staf yang memenuhi lobi.“Mohon menyingkir, Tuan!”“Aku akan ikut ke rumah sakit!&rdquo
Hari ini, Honey kembali muncul di Skylar sebagai Axel Clarkson. Ia sudah siap pagi-pagi sekali untuk menjemput Rei di apartemennya. Ketika ia tiba, ia berpapasan dengan Dion Juliandra yang ternyata baru keluar untuk mengawal Venus Harristian. Mereka tersenyum satu sama lain sampai Venus yang melihat Honey lantas menghampirinya dan mengajaknya ke dalam.“Apa kamu sudah sarapan?” tanya Venus dengan keramahan seperti biasa. Honey mengatupkan bibirnya tersenyum dan mengangguk. Rei muncul beberapa saat kemudian bersamaan dengan Arjoona yang keluar dari salah satu kamar di bawah tangga. Begitu Arjoona melihat Honey, ia langsung tersenyum dan menyapa asisten putranya itu.“Selamat pagi, Axel!” sapa Arjoona dengan senyum ramahnya. Honey tersenyum ramah dan mengangguk.“Selamat pagi, Tuan,” balas Honey kemudian. Rei tak bicara dan malah tak tersenyum pada Honey. Arjoona tak melihat ekspresi Rei, namun ia tahu jika Honey datang untuk me
Mobil Rei berbelok ke arah jalan menuju apartemen tempat tinggal Honey dan Axel adiknya. Jalanan terlihat sepi meski beberapa mobil terlihat parkir di sisi jalan. Ada dua orang yang berjalan melewati jalanan di depan bangunan apartemen Honey kala mobil Rei perlahan mendekat.Namun yang menarik perhatian matanya bukan pada orang-orang yang melintas melainkan pada sebuah mobil sedan yang mendekat dan akhirnya berhenti di pinggir jalan dekat bangunan apartemen Honey. Rei memilih untuk parkir sedikit ke belakang dari mobil itu.Tak berapa lama kemudian, seorang pria keluar dari mobil tersebut dan membukakan pintu bagi Honey. Rei perlahan mengernyitkan keningnya melihat gadisnya di antar oleh pria lain.“Lho dia kan ...” kening Rei makin mengernyit. Dia pernah bertemu dengan pria itu. Itu pria yang sama yang sempat menarik tangan Honey di depan Skylar. Untuk apa Honey pergi dengannya? Rei baru ingat jika pria itu adalah mantan pacar Honey.Tanganny
Usai Honey menutup ponselnya, Rei jadi tak tenang. Ia mendengar suara seorang pria tapi terdengar sibuk seperti sedang berada di suatu ruangan.“Dia sedang apa sih sebenarnya?” gumam Rei pada dirinya sendiri. Ia sendiri tak bisa menebak apa yang tengah dilakukan oleh Honey saat ini. Rei masih memandang ponsel dan layarnya. Ia ingin menelepon tapi tak ingin terkesan seperti tengah mengejar-ngejar Honey. Rei pun akhirnya menghubungi Ares. Setidaknya ia bisa bercerita tentang sesuatu.“Hei, Rei ... akhirnya kamu menelepon aku juga!” ucap Ares begitu ia menerima sambungan telepon dari Rei. Rei sekilas tersenyum dan menghela napas.“Aku tidak ke mana-mana. Cuma di rumah saja!” Ares terkekeh kecil.“Iya, aku tahu. Uncle Joona sudah memberi pengumuman!” Rei makin tersenyum tapi diam beberapa saat kemudian. Ares yang menunggu pun akhirnya menegur.“Kamu baik-baik saja?” Rei menaikkan dagunya dan b
Honey hanya tersenyum dan tidak mengatakan apa pun pada Josh. Saat Honey hendak memesan, ponselnya lantas berbunyi. Honey sedikit memberikan tanda pada pelayan yang sedang mencatat menu agar memberikannya waktu sesaat lagi.Betapa terkejutnya ia ternyata yang menghubunginya adalah Rei Harristian. Honey dilema dan tak tahu apa ia harus mengangkatnya atau tidak. Sampai Josh menegurnya.“Mengapa kamu tidak mengangkatnya? Dari siapa?” tanyanya ramah. Honey tersenyum lalu menggeleng.“Bosku di tempat magang.”Josh lantas tersenyum. “Angkat saja, mungkin dia memiliki keperluan dengan pekerjaan.”Honey lalu mengangguk dan mengangkat sambungan telepon itu. Ia langsung mendengar suara Rei.“Halo ... Axel?” panggil Rei pada Honey. Honey perlahan menaikkan senyumannya pada telepon dari Rei tersebut.“Selamat siang, Pak. Bagaimana kabarmu?” Honey balik bertanya. Rei terdengar mendengus t
Setelah terengah keras dan mondar-mandir di ruangannya, Christina berhasil diseret dari ruang rekaman untuk masuk ke ruangan Dalton. Begitu ia melihat wanita itu, Dalton langsung datang dan mencekiknya.“Dasar wanita brengsek! KAMU BERANI MENGKHIANATIKU … HAH!” Dalton mengamuk marah pada Christina dan langsung mencekik di leher. Ia menyeret wanita itu dengan cekikannya ke salah satu dinding tak jauh dari pintu. Manajer Christina serta asistennya lalu beberapa staf dari Dalton yang ada di ruangan itu langsung panik dan berusaha menjauhkan Dalton dari Christina.“Pak … Pak … jangan Pak … dia bisa mati!” ujar manajer itu. Salah satu staf lainnya ikut memegang lengan Dalton agar ia tak makin menekan gengamannya pada leher Christina.“Pak, hentikan! Jangan!” pekik staf lainnya mencoba ikut melerai. Christina sudah pani, ketakutan dan nyaris kehilangan napas. Ia meronta tapi kemudian lemas karena Dalton t







