Share

Bab 6. Desire

“Tuan Morgan.” Pelayan menundukan kepalanya, kala melihat Morgan baru saja menuruni tangga. Tampak Morgan memakai pakaian santai. Celana training panjang berwarna abu-abu tua, dan kaus berwarna putih. Membuat aura kharisma pria itu menonjol.

“Di mana Xena? Apa dia ada di kamarnya?” tanya Morgan dingin. Hari ini, Morgan memang tak ke kantor. Pria itu lebih memilih mengerjakan pekerjaan di rumahnya. Namun, meski tak berangkat ke kantor, pria itu sejak tadi pagi hingga sore hari tak keluar ruang kerjanya. Jadi wajar, kalau dia tak mengetahui keberadaan Xena.

“Nona Xena sedang berenang, Tuan. Baru saja beliau berenang,” jawab sang pelayan memberi tahu.

“Berenang? Dia berenang?” ulang Morgan memastikan.

Sang pelayan mengangguk. “Benar, Tuan. Nona Xena Foster sedang berenang. Tadi beliau sempat mengeluh bosan di kamar.”

Morgan terdiam sebentar mendengar apa yang dikatakan oleh pelayan itu. Tanpa mengatakan apa pun, Morgan melangkah menuju ke arah kolam renang. Sang pelayan langsung menundukan kepala di kala Morgan sudah pergi.  

Byurrr.

Xena melompat ke kolam renang. Gadis itu berenang dengan gaya bebas. Terlihat Xena begitu pandai dalam berenang. Tak sesekali, Xena mengubah gaya renang. Ya, terlalu asik berenang, membuat Xena sama sekali tak menyadari kalau sedari tadi Morgan sudah melihatnya.

Morgan bergeming di tempatnya, menatap Xena yang tengah berenang. Bikini merah yang membalut tubuh Xena sangat terlihat jelas di mata Morgan. Di dalam air kolam yang jernih, tubuh putih mulus Xena mengundang tatapan matanya. 

Xena muncul di permukaan seraya mengambil napas, dan menyeka air yang ada di wajahnya. Detik selanjutnya, tanpa sengaja tatapan Xena teralih pada Morgan yang berdiri di dekat kolam. Raut wajah Xena berubah. Gadis itu tak menyadari kalau Morgan ada di dekatnya.

“Untuk apa kau ke sini? Aku pikir kau sedang asik berhubungan seks dengan pelacur-pelacurmu,” ujar Xena ketus, namun nampak jelas wajah gadis itu menampilkan kecemburuan.

Morgan tersenyum samar, seraya mendekat. “Ini mansionku. Aku berhak berada di mana pun. Aku yakin, kau tidak lupa ingatan, Kan?”

Xena mendengkus. Gadis itu memilih untuk membuang wajahnya tak melihat Morgan. Memang ini adalah mansion pria itu. Morgan berhak ada di mana pun. Rasa kesal dalam diri Xena, membuatnya sampai menanyakan pertanyaan konyol.

Byurrrr

Morgan melepas kaus, melempar ke kursi, dan melompat ke kolam renang. Sontak, Xena terkejut di kala Morgan masuk ke dalam kolam renang. Xena hendak menjauh, namun Morgan menarik tubuh Xena—membenturkan tubuh gadis itu ke tepi kolam.

“Morgan! Apa yang kau lakukan! Minggir.” Xena mendorong dada Morgan sekuat tenaga, tapi alih-alih melepas malah Morgan kian mengungkung tubuh Xena.

“Kenapa kau menghindar dariku, Xena? Bukankah sejak awal, kau sengaja menggodaku, hm?” Morgan menarik dagu Xena, mendekatkan bibirnya ke bibir gadis itu.

Xena panik bukan main. Ritme jantungnya berpacu lebih kencang. Dadanya menempel di dada Morgan, membuat gadis itu tak bisa bergerak. Darah di tubuh Xena seakan berhenti mengalir. Tubuh bidang Morgan begitu maskulin dan jantan, membuat gadis itu terpaku.

“A-aku tidak menggodamu! Kau jangan asal bicara!” jawab Xena cepat dengan wajah angkuh.

Really? Mari kita coba.” Morgan dengan berani membenamkan bibirnya ke bibir Xena, melumat dengan lembut bibir gadis itu. Mata Xena melebar kala Morgan mencium bibirnya. Xena hendak mendorong tubuh Morgan, tapi bibir Morgan begitu lembut. Xena tak bisa menghetikan ciuman luar itu.

Kewarasan di otak Xena telah hilang. Gadis itu kini melingkarkan tangan di leher Morgan, membalas ciuman Morgan dengan penuh kelembutan. Tampak senyuman di wajah Morgan terlukis kala melihat Xena membalas ciumannya.

Perlahan, Morgan melepaskan bra yang dipakai Xena, melempar ke sembarangan arah. Tindakan Morgan sama sekali tak disadari oleh Xena. Gadis itu terlena akan ciuman panas yang telah diciptakan.

“Ah—” Xena mendesah kala Morgan memainkan puncak payudaranya. Mata gadis itu sayu, akibat gelora hasrat yang tak tertahan. Xena telah melihat bra-nya telah terlepas. Akan tetapi, Xena tak berdaya. Gadis itu seakan pasrah.

“Kau menginginkanku, Xena. Aku tahu itu.” Morgan menciumi leher Xena dengan telunjuk yang mengusap-usap lembut puncak payudara Xena.

“Ah, Morgan,” desah Xena pelan.

Morgan tersenyum melihat Xena mendesah. Pria itu langsung menggendong tubuh Xena—keluar dari kolam—menuju kamar yang letaknya tak jauh dari kolam renang.

***

Brakkk

Tubuh Xena dibanting pelan ke hamparan ranjang yang luas. Terlihat mata Morgan menatap tubuh mulus Xena dengan tatapan memuja. Tubuh bagian atas Xena telanjang, memperlihatkan payudara sintal gadis itu. Celana dalam merah tipis yang membalut kewanitaan Xena, membuat Morgan seakan begitu lapar.

“M-Morgan.” Pipi Xena merona malu di kala Morgan tak henti menatap tubuhnya.

Morgan menindih tubuh Xena, dan melumat bibir Xena seraya meremas payudara Xena. “Kau memiliki tubuh yang indah, Xena.” Lalu, Morgan menundukan kepalanya mengulum puncak payudara Xena, bergantian.

“Ah, Morgan!” Xena mengerang hebat saat Morgan mencumbu dadanya.

Morgan mensejajarkan wajahnya ke wajah Xena, lalu pria itu membawa tangannya menyentuh titik sensitive Xena. “Kau mudah sekali basah, Xena.”

“Ah, ah,” Xena meremas bahu kekar Morgan. Gadis itu tak sanggup lagi menahan diri, seakan ledakan akan segera terjadi dalam dirinya.

Morgan menyeringai. “Kau tau? Aku tidak suka tidur dengan wanita yang kurang berpengalaman di ranjang. Aku lebih suka tidur dengan wanita yang bisa memuaskanku.”

Xena menggigit bibir bawahnya, menatap Morgan penuh gairah. “Siapa yang bilang aku tidak mampu memuaskanmu, hm? Kau belum mengenalku, Tuan Louise.”

Morgan terekekeh. “Do it. Buktikan kau mampu memuaskanku.”

Xena tersenyum menggoda. Gadis itu bangkit berdiri, dan menciumi tubuh Morgan dengan lembut seraya memainkan lidahnya di tubuh kekar Morgan. Detik selanjutnya, Xena menundukan kepala seraya menurunkan celana Morgan.

Xena menatap memuja kejantanan Morgan yang sudah berdiri, keras, dan tegang. Dengan berani, Xena mengulum kejantanan Morgan dengan mulutnya. Mengisap layaknya permen manis. Xena menunjukan keliarannya dalam memuaskan pria itu.

Fuck, Xena.” Morgan memejamkan mata seraya menjambak rambut Xena. Morgan melihat ke bawah, mulut Xena mengisap kejantanannya dengan lembut layaknya permen.

Morgan menggeram, merasakan nikmatnya mulut hangat Xena. Rupanya gadis itu memiliki pengalaman. “Ah! Shit, Xena!” erang Morgan.

Morgan menarik wajah Xena, menghadap wajahnya. Pria itu mencium bibir Xena liar seraya berbisik, “Aku belum bisa memasukimu, kalau kau belum menandatangani surat perjanjian kita. Tahanlah sedikit.” Lalu, Morgan melangkah masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Xena yang berada di ranjang. Raut wajah Xena menunjukan kekecewaan di kala Morgan pergi begitu saja, tak menuntaskan permainan panas mereka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status