Sudah tiga tahun lamanya Arya meninggalkan kota ini, semenjak penghianatan yang dilakukan Maya sang istri bersama sahabatnya Dimas, kini Arya kembali ke kota yang penuh dengan kenangan pahit itu, tiga tahun tak membuat Arya melupakan semua penghianatan itu, kepergiannya ke luar negeri pun tak meluluhkan rasa sakit di dadanya, hatinya masih sangat terasa perih saat harus mengingat penyebab perceraiannya dengan Maya, wanita yang di cintainya semenjak masa SMU dulu.
*Flash backArya seorang manajer di perusahaan furniture itu terbilang sangat beruntung hidupnya, selain mempunyai wajah tampan, otak yang pintar dan kehidupan yang lumayan mapan, di tambah lagi sosok seorang istri yang cantik yang selama dua tahun ini berhasil di persuntingnya.Maya Aruna namanya, wanita cantik itu adalah sahabatnya sejak duduk di bangku SMU, mereka bersahabat ber-tiga, Arya, Maya dan satu lagi Dimas, mereka bahkan masih bersahabat dengan baik meski Arya dan Maya sudah menikah, sementara Dimas masih melajang di usianya yang hampir menginjak 28 tahun itu.Persahabatan mereka begitu erat, bahkan tak jarang Dimas yang merupakan anak konglomerat di kota itu menginap di rumah mereka.Sampai pada suatu waktu, Arya yang mendadak harus terbang ke luar kota karena ada pekerjaan dadakan itu akhirnya terpaksa harus meninggalkan Maya sendirian di rumah, memang beberapa bulan sekali Arya bertuga ke luar kota untuk mengecek laporan pembukuan di perusahaan cabang yang berada di luar kota, hanya saja kali ini benar-benar mendadak."Sayang, jangan lama-lama perginya, aku kangen, rasanya gak enak kalau tidur gak ada kamu!" Rengek Maya bergelayut manja di lengan suaminya saat mengantarkan Arya sampai teras rumah."Hanya tiga hari saja sayang, setelah itu aku akan mengajukan cuti dan kita berlibur ke Bali." Bujuk Arya seraya mengusap usap pucuk kepala istrinya dengan penuh kasih."Tiga hari itu lama sayang, bagaimana kita mau cepat punya anak, kalau akunya di tinggal-tinggal terus!" Rajuk Maya yang memonyongkan bibirnya membuat Arya menjadi gemas melihatnya."Semalam kan, kita sudah meraciknya, semoga saja usaha kita yang sampai dini hari itu membuahkan hasil," bisik Arya tepat di telinga Maya membuat wanita itu meremang karena hembusan nafas suaminya mengenai kulitnya, bahkan bibir Arya juga sengaja mengecup cuping telinga Maya dengan lembut membuat bulu bulu halus di tubuh Maya berdiri seketika."Ah, Arya, kamu nakal sekali, bagaimana kalau aku ingin mengulang yang semalam, tapi kamu tak ada!"Cup!Arya mencium bibir istrinya dan melumatnya membuat Maya tak bisa mengemukakan protesnya lagi atas perjalanan dinas suaminya itu."Setelah aku menyelesaikan pekerjaan ini, kita akan berbulan madu untuk yang kesekian kalinya, aku akan mengulangnya lagi, lagi dan lagi, sampai kamu berteriak teriak minta ampun." Ucap Arya seraya mencubit hidung bangir istrinya setelah dia melepaskan pagutannya.Mobil jemputan kantor yang akan mengantarnya menuju bandara sudah menunggunya sedari tadi, bahkan sang sopir sepertinya turut menyaksikan drama perpisahan suami istri itu.Saat Arya berjalan menuju mobil jemputannya, tiba-tiba sebuah mobil sedan sport hitam memasuki pekarangan rumahnya, siapa lagi kalau bukan Dimas, sang sahabat yang kerjanya hanya menghabiskan harta orangtuanya tanpa pernah mau bekerja."Bro,,,kemana? Di datengin malah pergi!" Teriak Dimas dari dalam mobilnya dengan hanya melongokan kepalanya lewat jendela mobilnya saja."Kerja! Bapak ku tak bisa membelikan mobil sport tiap bulan seperti bapakmu, makanya aku bekerja sendiri!" Ledek Arya yang lantas meninggalkan sahabatnya yang sudah terbiasa datang ke rumahnya meski dirinya tak berada di rumah."Eh, sialan kau!" Merasa di ejek, Dimas mengacungkan jari tengahnya ke arah Arya dari dalam mobilnya, yang hanya di tanggapi dengan gelengan kepala cuek dan tak peduli dari Arya yang tetap melenggang pergi memasuki mobil jemputannya, lalu menghilang setelah melambaikan tangan pada istrinya dari kejauhan.Mengingat rengekan dan rajukan sang istri yang terus terngiang di telinganya, Arya mengerjakan semua pekerjaannya dengan cepat selama dua hari full lembur agar dia bisa pulang lebih cepat.Benar saja, pekerjaan yang di jadwalkan selesai dalam tiga hari itu akhirnya selesai pada hari kedua, sehingga di hari ke tiga Arya bisa pulang menemui sang istri.Arya sengaja tak mengabari Maya akan kepulangannya, dia bahkan sudah menyiapkan tiket untuk bulan madu mereka ke Bali seperti yang dia janjikan sebelum berangkat dinas luar kota tempo hari.Saat Arya sampai ke rumah, dengan menumpang taksi online, tampak mobil sport Dimas berada di halaman rumahnya, persis seperti ketika dirinya akan berangkat ke luar kota dua hari yang lalu.Namun Arya tak menyimpan perasaan curiga atau apapun, Dimas berada di rumahnya itu sudah hal yang biasa, bukan suatu hal yang aneh, karena mereka sudah seperti saudara.Rumah terlihat sepi malam itu, padahal jam di pergelangan tangan Arya masih menunjukkan pukul delapan malam, tak mungkin jika Maya tidur di jam segitu, apalagi ada Dimas di sana.Saat mendorong pintu utama, pintu itu langsung terbuka tanpa perlawanan, pertanda pintu tak di kunci, padahal Arya sudah bersiap mengeluarkan kunci cadangan, untuk berjaga-jaga bila pintu sudah di kunci Maya dari dalam.Ruang tamu dan ruang tengah terlihat masih gelap, setelah membuka sepatunya dan meletakkan nya di atas rak yang tersedia, Arya berjalan menuju ruang tengah, lalu ruang makan, dapur, kamar tamu yang biasa Dimas tempati jika menginap, dan terakhir teras belakang, namun tak ada sosok istrinya maupun Dimas di semua ruangan yang dia datangi tadi.Arya masih tetap bertahan untuk tak memanggil nama istrinya karena ingin memberinya kejutan atas kepulangannya yang lebih cepat dari perkiraan.Arya lantas memutuskan untuk mencari istrinya di kamar mereka, namun betapa terkejutnya Arya saat dirinya mendengar suara erangan dan rintihan istrinya dari balik pintu kamarnya yang tak tertutup rapat itu."Dim, lebih cepat sayang, ini enak sekali!" Suara Maya terdengar sangat seksi saat memanggil Dimas dengan sebutan sayang, mirip saat Maya memanggil namanya ketika mereka sedang bercinta, leguhannya, suara paraunya, membuat Arya menajamkan pendengarannya lagi, berharap kalau telinganya salah dalam mendengar suara yang baru saja dia dengar barusan.Dengan tangan yang agak gemetar dan jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya, Arya memberanikan diri untuk mendorong pelan pintu kamar yang sedikit terbuka itu.Kamar terlihat temaram karena Maya memasang lampu tidur dan mematikan lampu utama, namun begitu, matanya masih bisa menyaksikan dengan jelasnya bagaimana Dimas sang sahabat yang sudah di anggapnya sebagai saudara sendiri itu sedang berada di atas tubuh istrinya, memompa pinggangnya naik turun dengan keduanya yang tak lagi mengenakan sehelai benang pun, rasanya kali ini matanya tak akan salah melihat, karena semua begitu jelas dan nyata di hadapannya, sang istri yang sangat di cintainya itu mengerang nikmat di bawah kungkungan Dimas sang sahabat."Kejutan!" Seru Arya dari ambang pintu, menghentikan kegiatan panas dua insan yang sedang berpacu menikmati dosa.Suara Arya yang menyerukan kata "Kejutan!" justru terdengar seperti suara gemuruh petir di siang hari, atau suara dentuman bom atom, atau bahkan seperti lolongan srigala di tengah malam, semuanya sama-sama mengerikan saat sampai di pendengaran."A-Arya?!" Cicit Maya tertahan, mood bercinta yang tadi sedang tinggi-tingginya dan seolah menerbangkannya ke langit ke tujuh itu, kini seakan menghempaskannya ke dasar bumi.Kegiatan panas pasangan yang tak semestinya itu harus di hentikan secara paksa meski keduanya belum mencapai puncaknya, Maya menutupi tubuh polosnya dengan selimut yang sudah berpindah posisi yang biasanya di atas kasur kini tergeletak di lantai, bersisian dengan pakaian mereka yang juga berceceran di lantai.Sepertinya mereka sangat bernafsu sampai-sampai lupa menutup pintu dengan sempurna, atau mungkin mereka merasa aman karena Arya sedang dinas di luar kota, sementara asisten rumah tangganya memang hanya bekerja sampai jam empat sore saja.Tak jauh berbeda dengan Maya, D
"Hai, Kak Arya!" Seorang gadis cantik menggerak-gerakan telapak tangannya di hadapan wajah Arya yang pandangannya terarah jauh ke depan, namun kosong entah kemana."Ah sorry, Kau sudah besar sekali Jasmin, terakhir bertemu dengan mu saat dulu aku menikah dengan ---" Berat rasanya saat bibirnya ingin mengatakan dan mengingat pernikahannya dengan Maya sekitar hampir enam tahun yang lalu itu."Haha,,, iya, saat itu aku masih kelas tiga SMP, aku patah hati karena kakak menikah dengan kak Maya, dan memutuskan untuk melanjutkan sekolah di luar negeri, sekarang aku baru saja lulus kuliah," celoteh gadis yang di panggil Arya dengan nama JAsmin itu.Jasmin Suseno adalah adaik perempuan satu-satunya dari Dimas, mantan sahabatnya yang kini menjadi suami dari Maya sang mantan istri.Sejak kecil kalau Arya kebetulan main ke rumah Dimas, Jasmin selalu mengatakan kalau Arya adalah Aladinnya dan hanya akan menikah dengan Arya jika suatu hari dirinya sud
Jasmin masih menunduk di hadapan Arya, dia tak tau harus menyikapi pernyataan cinta dan lamaran pria itu yang terkesan tiba-tiba."Jasmin, seperti yang kamu tau, usia ku sudah tak muda lagi, aku seusia dengan abang mu, tahun ini aku menginjak 30 tahun, jadi bagi ku sudah bukan saatnya lagi untuk bermain-main atau pacaran, apalagi kamu juga tau kalau aku pernah gagal dalam berumah tangga, aku ingin membangun rumah tangga lagi dengan orang yang benar-benar dapat mengerti aku, setia dan tulus menyayangi ku, dan aku rasa semua kriteria itu ada pada mu, terserah kamu mau mau menerima lamaran ku atau tidak, aku ingin jawabannya sekarang juga, aku tak suka menunggu, jika pun jawabannya tidak aku tak apa-apa." bebernya panjang lebar."Tapi kak, kenapa aku, aku ini adik dari orang yang telah merebut istri kakak, menghancurkanrumah tangga kakak?" lagi-lagi pertanyaan itu yang keluar dari mulut Jasmin, dirinya seakan tak percaya jika saat ini dia sedang di lamar oleh pri
Menjelang malam Jasmin baru sampai di rumahnya, setelah tadi dia puas berjalan-jalan dan wisata kuliner dengan 'kekasih barunya' yang mungkin sebentar lagi akan menjadi calon suaminya, jika kedua orang tuanya memberi ijin padanya untuk menikah muda.Kalaupun kedua orang tuanya tak setuju, dia akan akan memaksanya, dia akan menggunakan kekuatan tahtanya di rumah itu sebagai anak bungsu kesayangan yang setiap permintaannya harus selalu di turuti dan tak boleh di bantah."Welcome home princess,,,,!" teriak semua orang dari dalam rumah saat Jasmin baru saja membuka pintu utama rumah mewah milik orang tuanya yang bagaikan istana itu.Ayah, ibu, dan semua para pelayan rumahnya berkumpul di ruang tamu menyambut kedatangan putri kesayangan dari seluruh keluarga Bagas Suseno itu, tak ketinggalan sang kakak tercinta Dimas beserta sang istri Maya, juga ikut berkumpul meramaikan acara penyambutan sang princess yang terdiam mematung di ambang pintu."Aku sudah
Arya berjalan dengan penuh percaya diri, seperti tak pernah ada konflik besar di antara mereka semua, Arya bahkan melemparkan senyuman hangatnya pada semua orang yang berada di ruangan itu, dimana hampir semua orang disana hanya bisa fiam terpaku, tiba-tiba mereka merasa kaku bahkan hanya untuk membalas senyuman pria yang pernah di sakiti sedemikian rupa oleh anak dan menantu keluarga besar Suseno itu."Selamat malam semuanya," sapa Arya dengan begitu ramah, tak tampak sama sekali guratan benci atau marah di wajah pria tampan itu, semua berjalan normal seperti dulu saat dirinya sering main ke rumah itu untuk menemui Dimas.Bagas mengangguk tanpa bersuara, ingin sekali membalas sapaan pria itu, namun suaranya seakan tertahan di tenggorokannya, dia hanya mampu memberikan senyum tipis namun kaku dan terkesan dingin saat menyambut pria yang konon katanya ingin melamar putri kesayangannya itu.Seakan terhipnotis, semua orang yang berada di sana mengikuti a
"Arya, tunggu!" panggil Dimas mengejar langkah Arya yang mulai meninggalkan halaman rumahnya, menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari pintu utama kediaman Suseno.Arya menghentikan langkahnya saat suara seorang pria yang tiga tahun lalu sangat familiar dan sering sekali berbagi cerita dengannya itu, tapi Arya tak buru-buru memutar tubuhnya untuk menghadap ke arah Dimas yang berdiri di belakang tubuhnya.Entahlah apa yang ingin di sampaikan pria yang mengaku sahabatnya itu pada Arya, jujur saja sebenarnya Arya malas dan belum siap untuk berinteraksi lagi secara langsung dengan pria yang memporak porandakan rumah tangganya, meskipun itu bukan sepenuhnya salah Dimas, karena Maya juga punya andil besar dalam kehancuran rumah tangga mereka, intinya mereka berdua sama saja, penghianat!Perlahan Arya menghela nafas sangat dalam, mempersiapkan dirinya untuk pura-pura baik-baik saja di hadapan Dimas yang sebentar lagi akan menjadi kakak iparnya itu, Arya memutar kakinya membawa seluruh tub
Sebulan berlalu dari pertemuan makan malam sekaligus lamaran yang di ajukan Arya kepada keluarga besar Suseno perihal keinginannya untuk mempersunting putri bungsu kesayangan keluarga itu, kini saat yang tunggu-tunggu pun akhirnya datang juga. Ya, pernikahan antara Arya dan Jasmin di gelar secara mewah, meriah dan besar-besaran.Tentu saja itu harus dilakukan, mengingat yang Arya nikahi bukan putri orang sembarangan, meskipun Jasmin bersikeras meminta pernikahan mereka agar dilaksanakan secara sederhana saja karena tak ingin membebani calon suaminya itu, Arya yang kini sudah menjabat sebagai direktur di perusahaannya itu tak ingin dirinya di remehkan dan di rendahkan oleh keluarga Suseno, kini saatnya dia menunjukkan taringnya, bahwa dirinya pun mampu mengikuti gaya hidup keluarga calon istrinya yang merupakan crazy rich di kota kembang itu.Pernikahan di adakan di sebuah ballroom hotel berbintang, dengan makanan serba mewah dan hiburan dari artis-artis ternam
"Ini sudah menadi tradisi keluarga besar Suseno, jadi mau tidak mau kalian tetap harus mematuhinya." terang Bagas yang menolak permintaan izin Jasmin untuk langsung ikut pindah ke rumah pribadi milik Arya, namun Bagas mengatakan kalau mereka harus tinggal dulu di rumah induk paling tidak tiga bulan, setelah itu baru boleh pindah dan hidup mandiri."Tapi ayah,,," rengek Jasmin yang mengharapkan kalau dia bisa menikmati awal masa pernikahannya dengan Arya tanpa ada gangguan dari siapapun."Sudahlah sayang, ikuti saja perintah ayah mu, setelah itu aku janji akan membawa mu keliling Eropa sebagai bulan madu kita," timpal Arya yang langsung di sambut dengan suara batuk Maya karena dirinya langsung tersedak saat mendengar ucapan mantan suaminya itu.Bagaimana tidak tersedak, sementara berbulan madu keliling Eropa adalah impiannya yang oernah dia sampaikan dulu pada Arya di awal pernikahannya, namun sayangnya karena keterbatasan biaya mereka hanya bisa berbulan m