Share

Terbelenggu Dendam
Terbelenggu Dendam
Penulis: Mak_Gabut

Kejutan!

Sudah tiga tahun lamanya Arya meninggalkan kota ini, semenjak penghianatan yang dilakukan Maya sang istri bersama sahabatnya Dimas, kini Arya kembali ke kota yang penuh dengan kenangan pahit itu, tiga tahun tak membuat Arya melupakan semua penghianatan itu, kepergiannya ke luar negeri pun tak meluluhkan rasa sakit di dadanya, hatinya masih sangat terasa perih saat harus mengingat penyebab perceraiannya dengan Maya, wanita yang di cintainya semenjak masa SMU dulu.

*Flash back

Arya seorang manajer di perusahaan furniture itu terbilang sangat beruntung hidupnya, selain mempunyai wajah tampan, otak yang pintar dan kehidupan yang lumayan mapan, di tambah lagi sosok seorang istri yang cantik yang selama dua tahun ini berhasil di persuntingnya.

Maya Aruna namanya, wanita cantik itu adalah sahabatnya sejak duduk di bangku SMU, mereka bersahabat ber-tiga, Arya, Maya dan satu lagi Dimas, mereka bahkan masih bersahabat dengan baik meski Arya dan Maya sudah menikah, sementara Dimas masih melajang di usianya yang hampir menginjak 28 tahun itu.

Persahabatan mereka begitu erat, bahkan tak jarang Dimas yang merupakan anak konglomerat di kota itu menginap di rumah mereka.

Sampai pada suatu waktu, Arya yang mendadak harus terbang ke luar kota karena ada pekerjaan dadakan itu akhirnya terpaksa harus meninggalkan Maya sendirian di rumah, memang beberapa bulan sekali Arya bertuga ke luar kota untuk mengecek laporan pembukuan di perusahaan cabang yang berada di luar kota, hanya saja kali ini benar-benar mendadak.

"Sayang, jangan lama-lama perginya, aku kangen, rasanya gak enak kalau tidur gak ada kamu!" Rengek Maya bergelayut manja di lengan suaminya saat mengantarkan Arya sampai teras rumah.

"Hanya tiga hari saja sayang, setelah itu aku akan mengajukan cuti dan kita berlibur ke Bali." Bujuk Arya seraya mengusap usap pucuk kepala istrinya dengan penuh kasih.

"Tiga hari itu lama sayang, bagaimana kita mau cepat punya anak, kalau akunya di tinggal-tinggal terus!" Rajuk Maya yang memonyongkan bibirnya membuat Arya menjadi gemas melihatnya.

"Semalam kan, kita sudah meraciknya, semoga saja usaha kita yang sampai dini hari itu membuahkan hasil," bisik Arya tepat di telinga Maya membuat wanita itu meremang karena hembusan nafas suaminya mengenai kulitnya, bahkan bibir Arya juga sengaja mengecup cuping telinga Maya dengan lembut membuat bulu bulu halus di tubuh Maya berdiri seketika.

"Ah, Arya, kamu nakal sekali, bagaimana kalau aku ingin mengulang yang semalam, tapi kamu tak ada!"

Cup!

Arya mencium bibir istrinya dan melumatnya membuat Maya tak bisa mengemukakan protesnya lagi atas perjalanan dinas suaminya itu.

"Setelah aku menyelesaikan pekerjaan ini, kita akan berbulan madu untuk yang kesekian kalinya, aku akan mengulangnya lagi, lagi dan lagi, sampai kamu berteriak teriak minta ampun." Ucap Arya seraya mencubit hidung bangir istrinya setelah dia melepaskan pagutannya.

Mobil jemputan kantor yang akan mengantarnya menuju bandara sudah menunggunya sedari tadi, bahkan sang sopir sepertinya turut menyaksikan drama perpisahan suami istri itu.

Saat Arya berjalan menuju mobil jemputannya, tiba-tiba sebuah mobil sedan sport hitam memasuki pekarangan rumahnya, siapa lagi kalau bukan Dimas, sang sahabat yang kerjanya hanya menghabiskan harta orangtuanya tanpa pernah mau bekerja.

"Bro,,,kemana? Di datengin malah pergi!" Teriak Dimas dari dalam mobilnya dengan hanya melongokan kepalanya lewat jendela mobilnya saja.

"Kerja! Bapak ku tak bisa membelikan mobil sport tiap bulan seperti bapakmu, makanya aku bekerja sendiri!" Ledek Arya yang lantas meninggalkan sahabatnya yang sudah terbiasa datang ke rumahnya meski dirinya tak berada di rumah.

"Eh, sialan kau!" Merasa di ejek, Dimas mengacungkan jari tengahnya ke arah Arya dari dalam mobilnya, yang hanya di tanggapi dengan gelengan kepala cuek dan tak peduli dari Arya yang tetap melenggang pergi memasuki mobil jemputannya, lalu menghilang setelah melambaikan tangan pada istrinya dari kejauhan.

Mengingat rengekan dan rajukan sang istri yang terus terngiang di telinganya, Arya mengerjakan semua pekerjaannya dengan cepat selama dua hari full lembur agar dia bisa pulang lebih cepat.

Benar saja, pekerjaan yang di jadwalkan selesai dalam tiga hari itu akhirnya selesai pada hari kedua, sehingga di hari ke tiga Arya bisa pulang menemui sang istri.

Arya sengaja tak mengabari Maya akan kepulangannya, dia bahkan sudah menyiapkan tiket untuk bulan madu mereka ke Bali seperti yang dia janjikan sebelum berangkat dinas luar kota tempo hari.

Saat Arya sampai ke rumah, dengan menumpang taksi online, tampak mobil sport Dimas berada di halaman rumahnya, persis seperti ketika dirinya akan berangkat ke luar kota dua hari yang lalu.

Namun Arya tak menyimpan perasaan curiga atau apapun, Dimas berada di rumahnya itu sudah hal yang biasa, bukan suatu hal yang aneh, karena mereka sudah seperti saudara.

Rumah terlihat sepi malam itu, padahal jam di pergelangan tangan Arya masih menunjukkan pukul delapan malam, tak mungkin jika Maya tidur di jam segitu, apalagi ada Dimas di sana.

Saat mendorong pintu utama, pintu itu langsung terbuka tanpa perlawanan, pertanda pintu tak di kunci, padahal Arya sudah bersiap mengeluarkan kunci cadangan, untuk berjaga-jaga bila pintu sudah di kunci Maya dari dalam.

Ruang tamu dan ruang tengah terlihat masih gelap, setelah membuka sepatunya dan meletakkan nya di atas rak yang tersedia, Arya berjalan menuju ruang tengah, lalu ruang makan, dapur, kamar tamu yang biasa Dimas tempati jika menginap, dan terakhir teras belakang, namun tak ada sosok istrinya maupun Dimas di semua ruangan yang dia datangi tadi.

Arya masih tetap bertahan untuk tak memanggil nama istrinya karena ingin memberinya kejutan atas kepulangannya yang lebih cepat dari perkiraan.

Arya lantas memutuskan untuk mencari istrinya di kamar mereka, namun betapa terkejutnya Arya saat dirinya mendengar suara erangan dan rintihan istrinya dari balik pintu kamarnya yang tak tertutup rapat itu.

"Dim, lebih cepat sayang, ini enak sekali!" Suara Maya terdengar sangat seksi saat memanggil Dimas dengan sebutan sayang, mirip saat Maya memanggil namanya ketika mereka sedang bercinta, leguhannya, suara paraunya, membuat Arya menajamkan pendengarannya lagi, berharap kalau telinganya salah dalam mendengar suara yang baru saja dia dengar barusan.

Dengan tangan yang agak gemetar dan jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya, Arya memberanikan diri untuk mendorong pelan pintu kamar yang sedikit terbuka itu.

Kamar terlihat temaram karena Maya memasang lampu tidur dan mematikan lampu utama, namun begitu, matanya masih bisa menyaksikan dengan jelasnya bagaimana Dimas sang sahabat yang sudah di anggapnya sebagai saudara sendiri itu sedang berada di atas tubuh istrinya, memompa pinggangnya naik turun dengan keduanya yang tak lagi mengenakan sehelai benang pun, rasanya kali ini matanya tak akan salah melihat, karena semua begitu jelas dan nyata di hadapannya, sang istri yang sangat di cintainya itu mengerang nikmat di bawah kungkungan Dimas sang sahabat.

"Kejutan!" Seru Arya dari ambang pintu, menghentikan kegiatan panas dua insan yang sedang berpacu menikmati dosa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status