Share

Chapter 07

"Tentu saja saya simpati bu, sangat simpati bahkan, apa yang terjadi kepada Inara semua karena anak saya, saya uang semestinya tidak pantas meminta pengampunan apalagi sampai meminta membebaskan anak saya."

"Jangan seperti itu bu, saya tau perasaan ibu kita sama sebagai orang tua tidak ingin melihat anaknya menderita, begitu juga dengan ibu, sudahlah apa yang terjadi tidak usah dibahas lagi, kita pikirkan saja apa yang harus kita lakukan selanjutnya yang tentunya terbaik untuk anak anak kita."

Dalam hati mama Rio dia merasakan kekaguman kepada sikap bijaksana mama Inara yang menyikapi permasalahan sebesar ini dengan hati yang dingin. Ini membuat mama Rio menyadari mengapa anaknya bisa jatuh hati kepada Inara, mungkin bukan saja karena kecantikannya namun juga karena sifat baiknya yang diwariskan oleh mamanya.

Tak berapa lama terdengar panggilan petugas untuk keluarga Rio dan Inara. Orang tua Rio dan Inara masuk ke dalam ruangan dan menandatangani surat pernyataan bahwa kedua belah pihak telah menempuh kesepakatan untuk berdamai dan Rio sedang proses untuk dikeluarkan dari sel. Papa Rio disaat telah selesai menandatangani surat pernyataan itu dia menoleh ke arah Inara yang sedang diam duduk dengan tatapan kosong.

"Ya Alloh ampuni kesalahanku sebagai orang tua dan anakku Rio yang telah berbuat dzolim kepada gadis sebaik dan secantik Inara."

Ayah Rio duduk disebelah Inara berusaha seperti mama Rio yang mengajak bicara Inara.

"Assallamualaikum Nak."

Inara menoleh sedikit, dan dengan singkat menjawab salam ayah Rio.

"Waalaikumsalam."

Ayah Rio yang masih canggung memilih untuk meninggalkan Inara dan menghampiri istrinya.

"Hati Ayah rasanya sakit melihat Inara, kita tertawa diatas penderitaanya Ma."

"Aku juga begitu aku merasa bersalah secara tidak sengaja telah memaksanya untuk membebaskan Rio, apa mungki Inara mau menerima pertanggung jawaban Rio?"

Suasana berubah hening mereka berdua menatap wajah Inara yang pasif tanpa senyum dan sangat muram.

"Nara, ayo kita pulang nak, sudah selesai semua, kamu pasti capek kan butuh istirahat, atau kamu mau jalan jalan dulu mungkin?"

"Sudah selesai semua ma? syukurlah kita pulang saja Nara mau istirahat saja, Nara tidak mau kemana mana."

"Baiklah kita pulang ya, tunggu papa sebentar papa masih ngobrol sama petugas."

Disaat mereka menunggu, terlihat petugas yang sedang menemani Rio keluar dari sel. Rio yang semula memakai baju tahanan itu kini telah bebas dan berganti baju. Rio segera menghampiri mama dan ayahnya.

"Mama Ayah, terima kasih kalian sudah menjemput dan menunggu Rio disini."

Mama Rio yang tidak membalas sapaan putranya iti mencoba memberi kode kepada Rio dengan melirikkan matanya ke arah Inara. Rio sangat terkejut melibat Inara ternyata juga ada disitu.

"Ya Alloh ada Inara, aku mau kesana menyapanya dan berterima kasih kepadanya." Mama Rio langsung menarik dan mencegah Rio untuk menghampiri Inara yang sedang duduk ditemani ibunya.

"Sebaiknya jangan dulu, mama takut Inara masih trauma apalagi melihat kamu dihadapannya, dari tadi mama dan ayahmu mencoba menyapa dan mengajaknya bicara tapi jangankan menjawab melihat mama dan ayah saja tidak."

"Kenapa dengan Inara ma?"

Rio langsung menatap Inara dari kejauhan. Inara yang dulu terlihat ceria namun sekarang raut wajahnya berbeda, seperti ada yang kosong di tatapannya. Meskipun begitu kecantikannya tetap bersinar diwajahnya yang suram.

"Ya Alloh Inara, ini semua karena aku kamu bisa sampai seperti itu, aku berjanji aku akan menebus kesalahanku kepadamu, jika perlu nyawakupun akan aku berikan untukmu."

Rio menghampiri ayanhya saat melihat ayahnya yang sedang berbicara dengan petugas dan papa Inara. Dia menciu. tangan ayahnya dan memelukny, setelah itu dia juga bersalaman dengan papa Inara dengan wajah tertunduk dia berusaha memberanikan dirinya untuk mengucapkan sepatah kata terima kasih karena telah membebaskan dirinya.

"Saya mohon maaf sekali lagi atas perbuatan saya kepada Inara pak, dan saya juga sangat berterima kasih kepada bapak dan keluarga karena telah membebaskan saya."

"Sudahlah tidak perlu berterima kasih, saya hanya meminta kamu memenuhi janjimu yang akan bertannggung jawab atas perbuatanmu."

"Pasti itu pak saya akan menepatinya."

"Coba kamu lihat Inara sekarang, apa seperti itu Inara yang kamu kenal dulu, bahkan saya sekarang pangling dengan raut wajah anak saya yang berubah, dia seperti bukan Inara." Tanpa disadari air mata seorang walikota itu menetes dipipinya, air mata seorang ayah yang sedang kehilangan kebahagiaan putrinya. Dengan menahan tangisnya dan berusaha menguatkan suaranya papa Inara mencoba melanjutkan kata katanya.

"Bahkan saya pesimis niat baik mu bertanggung jawab menikahi Inara bukanlah sebuah solusi, namun malah membuatklnya semakin terpuruk."

Seketika suasana menjadi hening dengan secara bersama tatapan mata mereka bersama menatap Inara dan mencoba mencari solusi yang terbaik untuk mengembalikan kesehatan mental Inara yang telah terluka sangat parah.

"Saya punya kenalan seorang psikiater, apa bapak setuju jika besok saya minta psikiater itu datang kerumah bapak?" Rio mencoba memberanikan diri menawarkan membawa psikiater untuk menngobati luka hati Inara.

"Ya pak sebaiknya kita fokus dulu dengan keadaan phsycologis Inara agar dia bisa kembali seperti semula dan juga menghilangkan traumanya." Ayah Rio meberi tanggapan mencoba meyakinkan papa Inara agar mau menerima tawaran Rio.

Papa Inara hanya diam tidak menjawabnya dengan terus memandang putrinya.

"Saya bicarakan dengan istri saya, nanti saya hubungi bapak kalau memang mama Inara setuju, sebaiknya kita pulang sekarang karena saya takut suasana disini membuat Inara tidak nyaman dan membuatnya tertekan."

Setelah obrolan panjang itu mereka memutuskan untuk pulang. Rio tak melepaskan tatapannya kepada Nara, ingin rasanya dia ada disamping Nara, namun itu masih tidak mungkin terjadi. Jangankan menemani, mungkin sekarang mendengar nama Rio saja Inara sudah tidak sudi lagi. Rio terus menatap Inara yang berjalan bersama papa dan mamanya memasuki mobil dan hingga mobil itu pergi semakin menjauh.

"Yuk pulang, biar ayah yang membawa mobil, kamu kelihatan masih capek." Rio dan orang tuanya pun memasuki mobil dan pergi meninggalkan tempat dimana dia menghabiskan waktu dua malam dibalik jeruji besi.

"Ayah masih kepikiran Inara, semoga dia tidak apa apa, kamu harus melakukan sesuatu Rio, ayah juga nanti akan meminta beberapa psikiater."

"Iya yah, aku juga nanti akan mencari info dan meminta tolong psikiater yang aku kenal, kira kira Inara apa akan menerimaku nanti ya?"

Tak terasa perjalanan mereka telah sampai dirumah. Rio seakan akan sangat merindukan rumahnya yang telah dua hari dia tinggalkan.

"Rio mandi dulu ya." Setelah berpamitan kepada ayah dan ibunya Rio segera menuju kamarnya. Dua hari tersiksa tidur tanpa alas membuat Rio langsung merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Dia memejamkan matanya, namun bayangan Inara muncul.

"Inara, aku berjanji akan selalu ada untukmu, aku janji akan kukembalikan kebahagiaan yang telah aku ambil darimu."

Dibalik bayangan tentang Inara dia teringat kalau sudah beberapa hari meninggalkan kewajiban dan pekerjaannya. Dia mengambil handphone yang baru dikembalikan tadi setelah dia dibebaskan. Terlihat banyak sekali pesan dan panggilan yang terjawab disana. Rio mencoba membuka satu satu pesan, namun rupanya ada beberapa pesan singkat dari rumah sakit tempatnya bekerja yang memintanya menghadap ke atasannya.

"Semoga aku tidak dipecat dan diblokir ijin praktekku menjadi dokter."

Namun selain pesan dari rumah sakit ada puluhan pesan dari Hesti yang belum tahu tentang kasusnya kepada Inara. Rio membuka satu persatu pesan dari Hesti yang nampam sangat memikirkan Rio. Rio yang merasa aneh dengan sikap Hesti yang tampak berlebihan rupanya telah merasakan jika Hesti memiliki perasaan yang berbeda kepadanya bukan hanya sebagai seorang namun ingin lebih dari itu. Namun sayang hati Rio kini hanya untuk Inara dan telah tertutup untuk siapapun.

Satu persatu pesan singkat telah dibuka dan juga dibalaskan, kecuali pesan dari Hesti. Dia tidak mau memberikan harapan palsu kepada Hesti, karena sekarang dia hanya ingin fokus kepada Inara. Rio mencoba menutup kembali matanya untuk beristirahat.

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Saraswati_5
aku sedih liat inara jadi seperti itu.
goodnovel comment avatar
Nur Wenda
wah kaya lagu, dia suka sama aku, aku suka sama sahabtnya
goodnovel comment avatar
MAF_0808
semoga inara bisa ceria seperti sedia kala
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status