Flora menatap pantulan wajahnya di cermin, terlihat seutas senyum manis di sana. hari ini adalah hari paling bahagia dalam hidupnya, sudah seharusnya hari ini di rayakan.
Dia sudah siap dengan gaun indah dengan hitam, sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Saat ini dia sudah tampak seperti bintang yang bersinar di tengah langit malam.Dirinya yakin suaminya, Leo. Pasti melupakan hari yang bersejarah ini. Flora tak pernah mempermasalahkan hal ini karena memang suaminya seorang presidir di sebuah perusahaan ternama.Tanggung jawabnya bukan pada keluarganya saja, melainkan banyak orang yang bersandar padanya.Hari ini tepat 7 tahun mereka menikah, dia mendengar kalau 5 tahun awal pernikahan adalah masa yang paling sulit. tapi lihatlah kenyataan ini, Flora sangat bahagia karena mereka dapat melewati masa yang 'sulit' ini dengan bahagia.Bukankah hal ini perlu di rayakan? Flora sudah memesan kamar hotel untuk merayakan hari bahagia ini.Saat ini dia sudah siap, wajahnya sangat cantik bahkan jauh lebih muda 10 tahun dari umurnya."Mbok jagain anak-anak yaa ... Saya sama Tuan pulang besok agak siangan," ucap Flora sambil menuruni tangga.Karena saat ini hari sabtu, besok anak-anak juga libur sekolah, jadi Flora bisa sedikit lebih tenang.Mbok Ranti segera berlarian mendekati flora yang melangkah menuruni tangga. dan segera menganggukkan kepala tanda mengerti.Flora melangkah keluar rumah dan segera naik ke mobil, mewahnya melaju meninggalkan istana megahnya menuju kantor di mana sang suami sedang berkutat dengan segudang tugasnya.Di tempat lain, tepat dimana seorang pria dengan postur tubuh tegap dengan deretan otot tertata rapi di perutnya.Keringat masih membasahi tubuhnya, adegan panas baru saja berakhir. Di sampingnya ada seorang wanita yang sedang terbaring lemas.Matanya menatap sayup ke arah sang pria, dia menatap punggung kekar dan lebar yang baru saja memberi kehangatan pada tubuhnya.Telfon kantor berdering kencang, menandakan bahwa ada seorang yang sedang menunggunya dan nunggu persetujuan."Halo," ucap Demian, sambil memakai celananya kembali."Nyonya Flora mau masuk, apakah rapat Bapak sudah selesai?" tanya sang resepsionis.Mata Demian terbelalak, dia tak menyangka istrinya akan datang ke kantor. Dia segera melempar pandangan ke arah wanita yang masih berbaring di sofa dengan tubuh polosnya."Oke sebentar lagi selesai, suruh Nyonya tunggu 5 menit lagi." Demian segera menutup telepon dan segera menggendong wanita tersebut ke dalam kamar mandi.Tidak lupa dia membereskan semua pakaian yang berceceran, "pakai ini, Flora ada di bawah," Demian berbisik lirih."Apa?" Mata wanita tersebut membulat sempurna, dia segera sadar dan merapikan dirinya. Tidak biasanya wanita itu kemari, kenapa mendadak seperti ini?Demian segera merapikan diri dan ruangannya. Membereskan kertas yang berserakan dan tisu yang bertebaran di mana-mana.Saat dirinya selesai, dalam waktu yang bersamaan pintu terbuka. Tubuhnya membeku, nyawanya serasa lepas dari jasad karena terkejut.Sepasang tangan lembut memeluknya mesra, terasa hawa hangat yang berhembus di punggungnya.Demian sedikit lega, setidaknya dia aman kali ini. Tidak ada kecurigaan padanya. Dia segera memutar badan dan memeluk mesra wanita di hadapannya.Mata Flora menatap aneh ke arah kemeja yang di pakai suaminya, kenapa suaminya memasang kancing yang tidak sejajar, sehingga kerah kemeja naik sebelah. Tubuhnya juga berkeringat?"Kau tidak apa-apa Sayang?" tanya Flora lembut."Ti-dak, aku baik-baik saja. Apa ada yang aneh?" jawab Demian yang masih belu sadar dengan kemejanya.Flora menyapu ruangan dengan mata tajamnya mencoba mencari kejanggalan pada ruang kerja suaminya ini. Pasti ada yang tidak beres.Matanya tertuju pada suatu benda yang berada di atas sofa, dia segera melangkah mendekatinya. Namun langkanya terhenti karena Demian menghalanginya.Dia melempar tatapan penuh tanda tanya,"Kau mau kemana?" tanya Demian gelisah."Ke sofa, emang kenapa?" sahut Flora.Flora mendorong tubuh sang Suami dan meraih remot AC, memastikan suhu ruangan Demian. Alisnya bertaut, sejak kapan suaminya lupa untuk menghidupkan AC."Kamu mau uji nyali, kenapa AC nya nggak di hidupin?" Flora tersenyum manis.Dia merasa bersalah telah mempunyai pemikiran buruk kepada suaminya akibat kemejanya itu. Dia melangkah mendekati sang Suami dan membuka kancing bajunya.Demian meraih pinggul sempit dan menarik Flora kedalam dekapannya, sebisa mungkin dia untuk bersikap biasa saja agar istrinya tidak curiga.Semoga dengan seperti ini Flora tidak curiga,"Apakah aku melupakan sesuatu, sampai kau datang kemari tiba-tiba seperti ini?" tanya Demian sambil mengecup kening Flora.Tepat seperti dugaan, sang suami sibuk dengan aktifitas kantor yang kian padat. Flora menarik kerah Demian dan mendekatkan bibirnya ke telinga."Aku sudah boking kamar di tempat pertama kita bertemu, jadi bisakah kita pergi sekarang?" Flora berbisik dan meninggalkan kecupan mesra.Baru kali ini sang istri memiliki inisiatif, biasanya dia tak pernah seperti ini. Apa yang terjadi padanya, tetapi Demian menyukai Flora saat ini."Sepertinya kau sangat tidak sabar," ucap Demian tersenyum nakal, dia semakin mempererat dekapannya.Flora membuka kancing kemeja Demian satu persatu, tatapan mata tajamnya menatap paras tampan yang selama ini telah memberikannya cinta tulus dulu.Sebenarnya Flora ingin segera keluar dari ruangan ini, namun entah mengapa dia ingin memulai permainannya disini.Jantung berdebar kian cepat, untung saja pengaruh obat perangsang masih bereaksi, kalau tidak. Dia tidak akan tau apa yang akan istrinya pikirkan.Sementara seorang di dalam kamar mandi sudah menggigil kedinginan, entah kenapa wanita bodoh di luar sana menaikkan suhu AC. Saat ini ruangan ini seperti Kutub Utara, terlebih di kamar mandi.Yang lebih menyebalkan lagi, kedua orang di luar sedang bercumbu mesra. Mau atau tidak dia harus menunggu mereka sampai selesai bertempur."Argh dasar bajingan," ucap wanita itu lirih.Hanya kurang satu kancing lagi, maka otot kekar Demian terekspos bebas. Semua otot ini bagaikan roti tawar yang siap untuk di santap.Jemari lentik Flora mulai membuka sisa kancing dan membuang kemeja Demian ke segala arah, perlahan dia membuka kancing pengait yang masih menahan pusaka hebatnya itu.Terukir senyum nakal di wajah cantik Flora, tangan Demian sudah menari indah di punggung mulus Flora beberapa inci lagi sudah bisa melepas gaun yang melekat pada tubuh indahnya."Kau sangat cantik malam ini," ucap Demian mendekatkan wajahnya ke Flora.Tak ada jawaban, jemari Flora bergerak semakin lincah membuka sabuk yang membentengi banteng yang sudah siap untuk bertempur."Sepertinya aku mencium bau betina lain disini," ucap Flora dengan tatapan tajam.Nyawa Demian terasa benar-benar lepas dari tubuhnya kali ini, dia tak percaya dengan apa yang dia dengar."Maksud mu?"Tak hanya Demian, wanita yang bersembunyi di balik pintu kamar mandi juga tercengang mendengar ucapan Flora.Kalau sampai semua terbongkar, bukan hanya hidup Demian. Dirinya akan ikut terseret dan masuk ke dalam liang lahatnya sendiri.Otaknya berpikir keras mencari cela yang tidak ketahui, padahal semua rencana sudah tersusun rapi dan tidak mungkin terbongkar secepat ini.Astaga ... bahkan dia belum mengeruk harta Demian sedikit pun."Sepertinya aku ingin buang air kecil dulu," Flora melepas tangan Demian yang saat ini memeluknya erat.Demian mengeratkan dekapannya lebih erat. Bila dia sampai masuk kamar mandi akan tamat riwayat nya saat ini juga.Sesungguhnya hati Flora hancur berkeping-keping saat ini. dirinya sudah mencium bau perselingkuhan sejak 3 bulan lalu. Namun dia tetap diam dan berusaha untuk biasa saja.Saat ini dia memang tidak mempunya bukti yang kuat, mereka bermain terlalu cerdik. CCTV yang berada di ruangan suaminya mati dengan alasan melindungi privasi kantor. Sungg
Flora masuk ke kamar mandi, dia sudah memakai baju dines yang paling di sukai suaminya.Mata Demian tak bisa berkedip menatap pemandangan indah di hadapannya saat ini. Flora sudah seperti seonggok daging yang siap untuk di santap bulat-bulat.Meskipun tubuhnya tidak seindah Rebecca, tetapi ada satu bagian yang bisa membuatnya melayang dan terbang bebas di awan.Flora masuk ke dalam bak mandi yang di penuhi busa dengan aroma bunga lily, bunga favorit Demian. Dia sengaja memesan sabun dengan aroma demikian.Demian sedikit membuka kakinya dan menarik Flora ke dalam pelukannya. Roti sobek yang berjajar di perut Demian terasa begitu menggoda untuk jadi santapan makan malam.Jemari Demian berselancar nakal di setiap inci kulit Flora yang membuat istrinya itu merasakan terbang walau sesaat."Kau menyukai ini?" tanya Demian berbisik di telinga."Sepertinya kau sudah tau jawabannya," jawab Flora sambil memejamkan mata.Dia mencoba menyatu dengan situasi ini, harusnya dia merasakan kenyamanan s
Cahaya matahari pagi mengintip kedua orang yang masih terlelap, Flora mengernyitkan matanya. Tubuhnya amat lelah karena semalam telah bertempur hebat, dia tidak menyangka Suaminya tak memberinya celah untuk istirahat.Dia memutar posisinya menghadap pria yang saat ini masih tertidur lelap, tampan. Hanya satu kata yang dapat dia ucapkan.Pria yang sudah menemaninya kurang lebih 7 tahun serta sudah memberikan kesempatan untuknya menjadi seorang Mama.Sebelumnya semua amat sempurna, tetapi kenapa semua mengikis perlahan. Kebahagiaan menghilang seiring berjalannya waktu.Apakah cintanya memang sampai di sini, ataukah ini memang cobaan sesaat?Semua pertanyaan memenuhi otak Flora, dia tak tau apakah rencananya ini akan membuatnya sadar atau malah mengacaukan segalanya.Lamunan Flora terpecah saat mendengar suara ponsel Demian, dia melempar pandangan ke arah jam yang masih menunjukkan pukul 5 pagi.Apakah urusan kantor harus sepagi ini, dengan malas Flora mencari benda pipih yang sedari tad
"Dia tetangga baru kita Momy, dia pindah kemarin. Kami sering main bersama." jawab Keyla dengan wajah riangnya.Mendengar ucapan Sang putri, jantung Flora seakan keluar dari raganya. Dia tak menyangka mereka memiliki rencana yang tak pernah dia pikirkan.Menjadi tetangga dekat? Kenapa tidak jadi asisten rumah tangga sekalian. Ini benar-benar tidak bisa di biarkan, sangat keterlaluan.Selama ini Flora hanya diam karena anaknya cukup aman, hanya dirinya yang sakit hati dan memang dia berharap selamanya akan demikian.Dia tak mau menyeret keuda buah hatinya ke dalam rumah tangga yeng pelik ini,"Baiklah Sayangku, Dady dan Momy bersiap dulu. Kita akan segera pulang. Bye ..." Flora melebarkan senyumnya dan menutup sambungan.Tanpa pikir panjang lagi dia segera menyibakkan selimut dan turun dari ranjang. Dia tidak peduli tubuh polosnya terekspos bebas, toh Demian adalah Suaminya bukan?Dia berjanji tak akan mengampuni keduanya kalau sampai ada apapun yang melukai kedua buah hatinya, entah i
Demian turun dari taxi, untung saja uang di dompetnya masih cukup untuk memesan taxi online.Dia berdiri di depan pintu gerbang yang menjulang tinggi, sangat mewah. Namun kenyataannya ini terlalu pahit untuknya.Dia melihat Mbok berlarian kecil untuk membuka pintu. Terukir senyum mengembang di wajah senjanya. Sepertinya dia sudah tau apa yang terjadi padanya pagi ini.Kakinya segera melangkah masuk ke dalam rumah megah yang kurang lebih 7 tahun dia tempati. Ada banyak momen indah yang terukir di sini."Dady!" panggil Key dan melangkah mendekatinya."Halo Sayang," jawab Demian mendaratkan kecupan di kening putrinya.Demian menggendong tubuh mungil yang duduk di sofa sambil memangku buku. Dari arah yang berbeda terlihat anak kecil yang berlarian ke mereka sambil bersorak gembira."Dady, sudah pulang? Ayo kita main sepak bola!" Reynard mendongakkan kepalanya, memperlihatkan tatapan penuh harap.Demian menurunkan Key dari gendongannya dan berjongkok di hadapan Rey. Dia menatap mata Flora
Demian menutup layar ponselnya. Tanpa harus di ingatkan dia sudah sadar bagaimana posisinya. Otaknya masih mengingat dengan jelas bagaimana perlakuan Flora dulu."Demian, apa yang kau lakukan? Kau menyetejui kerja sama dengan Wijaya Grup. Apa kau tak memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya?" Murka Flora, sambil melempar lembaran berkas ke Demian.Demian tertunduk, baru semalam istrinya memberi amanah padanya untuk menjalankan perusahaan ini. Dan apa yang terjadi pagi ini? Semua tak sesuai ekspetasi. Flora mencercanya di hadapan anak buahnya.Wijaya Grup merupakann salah satu perusahaan ternama. Bukankah akan sangat menguntungkan bila dapat bekerja sama dengannya.Meskipun mereka adalah pesaing bisnis. Bukankah lebih baik bergabung jadi satu dari pada harus perang dingin.Wijaya Grup sudah rendah hati untuk memulai kerja sama ini."Surat perjanjian sudah di tanda tangani Bu. akan sangat sulit bagi kita untuk memutus kerja sama." ucap Pak Direktur, Revan."Aku belum memberi wewenang
Rebecca tersenyum kecut. Tak ada rona bahagia terpancar pada wajah cantiknya.Pria tersebut menautkan alis. Tidak biasanya dia di sambut seperti ini."Ada Masalah Sayang?" tanya Glen.Rebecca tak segera menjawab. Dia mencoba menyusun kalimat agar Glen tidak terkejut dengan kenyataan pahit yang harus mereka terima.Glen terus menatap lekat paras cantik yang selama ini menjadi tambang emas baginya. Dari raut wajahnya, sepertinya ada kabar buruk yang di sembunyikan."Ayo cerita! Aku selalu ada untukmu dalam keadaan apapun." ucap Glen sambil menggenggam erat jemari Rebecca.Rebecca menarik napas dalam, seolah menghirup semua oksigen di sekitarnya hingga tak tersisa. Kemudian mengeluarkan perlahan.Dia masih belum siap kehilangan pria yang amat dia cintai di hadapannya saat ini. Kenyataan ini terlalu pahit."Flora, istri Demian. Memblokir semua ATM ku." ucap Rebecca lirih.Mata Rebecca mulai berembun. Dia segera meraih jemari Glen yang mulai melepaskan tangannya.Glen berusaha untuk tetap
Seorang Pria sedang duduk di kursi kerjanya. di hadapannya ada sebuah foto wanita cantik yang tersenyum menatapnya.Tak ada yang dapat menggeser posisi wanita tersebut di hatinya. Dia merupakan seorang yang dapat merubah pria ini jauh lebih baik.Masih ada tatapan cinta di mata pria itu. Walaupun kenyataannya dirinya selalu di tolak dengan lembut.Wanita tersebut tak pernah sekalipun menyinggung dirinya. Padahal dia sadar kalau keberadaannya selalu membuat wanita tersebut tidak nyaman.Pada kenyataannya dia sudah memiliki keluarga dan kehidupan sendiri. Dia bahagia tanpa kehadirannya. Menyedihkan, begitulah kehidupan pria ini.Tak ada yang lebih menyedihkan dari cinta tulus yang terabaikan.Pria itu menutup laptopnya. Tampak senyuman manis yang terukir indah di wajah tampannya.Sebentar lagi penantiannya tak akan sia-sia. Hanya satu langkah lagi wanita tersebut akan terbebas dari hubungan yang membuatnya sakit.Di sini dia sangat mengharapkan kehadiran dirinya. Namun di sebrang sana,