Tak hanya Demian, wanita yang bersembunyi di balik pintu kamar mandi juga tercengang mendengar ucapan Flora.
Kalau sampai semua terbongkar, bukan hanya hidup Demian. Dirinya akan ikut terseret dan masuk ke dalam liang lahatnya sendiri.Otaknya berpikir keras mencari cela yang tidak ketahui, padahal semua rencana sudah tersusun rapi dan tidak mungkin terbongkar secepat ini.Astaga ... bahkan dia belum mengeruk harta Demian sedikit pun."Sepertinya aku ingin buang air kecil dulu," Flora melepas tangan Demian yang saat ini memeluknya erat.Demian mengeratkan dekapannya lebih erat. Bila dia sampai masuk kamar mandi akan tamat riwayat nya saat ini juga.Sesungguhnya hati Flora hancur berkeping-keping saat ini. dirinya sudah mencium bau perselingkuhan sejak 3 bulan lalu. Namun dia tetap diam dan berusaha untuk biasa saja.Saat ini dia memang tidak mempunya bukti yang kuat, mereka bermain terlalu cerdik. CCTV yang berada di ruangan suaminya mati dengan alasan melindungi privasi kantor. Sungguh menyebalkan.Di tambah semua orang kantor sudah mereka bungkam, sangat cerdik. Tetapi bukan Flora Vernandes namanya kalau tidak bisa membongkar semuanya dengan elegant.Memang salahnya yang memungut sampah di pinggir jalan dan menjadikannya seorang raja. Dia tak menyangka kalau kebaikan dan kepercayaannya di nodai seperti ini.Sepintar-pintarnya orang menyimpan bangkai, pasti akan tercium juga. Entah berapa lama mereka menjalin hubungan yang jelas Flora sudah muak dengan permainan ini."Jangan Baby," sahut Demian.Flora menautkan kedua alisnya, hatinya terasa hancur berkeping-keping. Sejak kapan panggilan 'Sayang' menjadi 'Baby'."Maksudku, mari kita berangkat sekarang. Aku sudah tidak sabar," Demian segera mengubah ucapannya.Flora menatap tajam mata Demian, terlihat kecemasan yang terpancar di sana."Kelihatannya mata dan hatimu tidak sejalan." Flora melepas dekapan Demian dan melangkah menuju meja kerjanya.Flora duduk bersandar di meja kerja Demian, bercakan air di meja kerja dengan nuansa kaca hitam itu mencuri perhatian Flora.Harusnya dia memang tidak kemari, ide untuk memberi kejutan merupakan ide yang sangat buruk.Dia hanya mengharapkan sebuah hubungan yang dapat di perbaiki, dia sadar belakangan ini dirinya tidak terlalu perhatian kepada sang suami.Bukan sepenuhnya salah Demian bila dia mencari hiburan di luar, tapi ini sudah melebihi batas. Dia terlalu larut di dunia luarnya.Hati Flora sudah bergemuruh, ingin sekali dia melepas semua amarahnya saat ini, tapi sebisa mungkin dia tahan. Dia tak mau buah hatinya menjadi korban keegoisannya lagi.Flora mengatur napasnya, berulangkali dia menarik dan mengembuskan napas kasarnya. Mencoba berdamai dengan keadaannya.Memang sabarnya tidak setebal kamus. Namun setidaknya dia sudah berusaha untuk mempertahankan rumah tangga yang penuh kepalsuan ini.Sementara itu, Demian sedang sibuk merapikan kemejanya kembali sambil berpikir keras bagaimana sekertaris nya bisa keluar dari bilik kecil di sudut ruangan.Dia pasti sangat kedinginan, ruangannya saja berada di suhu minim. Dirinya memang tidak suka ruangan yang engap, tetapi ini terlalui berlebihan.Apakah Flora sudah mengetahui semuanya? Tetapi dia tetap diam dan tak menunjukan amarahnya. Semua terlihat santai, bisa di bilang istrinya lebih baik dari sebelumnya.Demian merogoh ponselnya, dia segera mengirim pesan singkat ke sebuah nomor."Kenapa kau sangat khawatir Sayang, Bukankah aku ada disini?" ucap Flora mulai membuka laptop Demian.Demian melempar pandangannya ke Flora dan segera memasukkan ponselnya kembali, dia melangkah mendekati istrinya yang sedang sibuk dengan laptopnya."Ayo kita pergi sekarang!" ajak Demian."Baiklah ayo, kelihatannya kau sudah tak sabar." Flora bangkit dari kursi dan melangkah keluar ruangan.Demian mengikuti langkah sang istri dan menutup pintu ruangan yang meninggalkan suara debaman cukup keras, seolah memberikan kode seseorang di balik pintu ruangan lain.Seorang yang berada di balik pintu kamar mandi segera keluar, dia sudah tak tahan berada terlalu lama di dalam. Dia segera mengambil kartu indentitasnya yang terjatuh di bawah sofa dan segera pergi dari ruangan tersebut.Rebecca, wanita cantik dan sexy sedang berjalan menuju ruangan kerjanya. Dia segera membuka lemari dan mengambil satu set baju kerjanya.Berulang kali bibir tipisnya mengumpat, dia tak percaya akan di kalahkan dengan wanita cengeng seperti Flora itu. Hanya kurang sedikit lagi dia mendapatkan tanda tangan Demian dan akan mendapatkan semuanya.Sayangnya dia harus terbangun dari mimpi indahnya, Flora datang menghancurkan segalanya dan menyeretnya masuk kembali ke dunia nyata.Sementara itu, Flora dan Demian sudah sampai di hotel bintang lima yang sudah di pesan beberapa jam lalu.Beberapa penjaga pintu menyambut kedatangan mereka, maklum saja perusahaan Demian dan Flora saat ini sedang melambung jauh di awan.Siapa yang tidak kenal Demian Bramasta dan Flora Vernandes, mereka merupakan pasangan paling romantis dan harmonis di kota ini.Dengan paras yang sama-sama memukau, membuat mereka seperti pasangan dongen ala Disney Land."Selamat malam Tuan dan Nyonya, Saya antar anda ke kamar," ucap Resepsionis yang menyambut hangat kedatangan mereka.Kedatangan mereka merupakan suatu kehormatan bagi hotel ini, mereka adalah magnet yang mampu menarik semua orang untuk berkunjung kemari.Beberapa hari ada rumah makan sederhana yang mereka datangi, selepas itu rumah makan tersebut menjadi buronan para pengunjung kuliner.Dengan anggun Flora melangkah memasuki hotel, beberapa pasang mata menatap takjub kedatangan mereka.Demian melangkah dia memancarkan aura yang mempesona. Semua wanita terpesona sampai tak berkedip.Resepsionis masuk ke lift diikuti Demian dan Flora. Mereka melangkah menuju kamar yang sudah di siapkan setelah lift berbunyi.Mata Flora berbinar ketika melihat kamar yang di hias dengan penuh kelopak mawar merah bertebaran. Dia sangat puas dengan pelayanan hotel ini, hanya saja moodnya memang sedang rusak."Kamarnya sangat cantik," Flora memuji."Kami senang bila Nyonya menyukai ini semua, selamat malam. Kami akan mengirimkan anggur merah dengan kualitas terbaik," ucap Resepsionis melangkah pergi.Flora melangkah masuk, Demian segera menutup pintu dan mendekap erat tubuh mungil di hadapannya.Perlahan Demian mengecup lembut punggung putih mulus sang istri, menghirup aroma parfum yang selalu memanjakan indra penciumannya.Meskipun Rebecca melayaninya dengan liar, tetap saja pemenangnya adalah Flora. Tubuhnya bagai obat yang memabukkan dan memberi efek ketagihan.Andai saja Flora seperti ini dari dulu, dia tak akan pernah mencari jajanan di luar."Kau tetap seperti dulu, sangat mempesona," Demian mengucapkan dengan suara parau dan berat ciri khasnya.Jemari Demian berselancar indah di punggung mulus Flora, menarik sebuah besi kecil yang mengaitkan lembaran kain untuk membalut tubuh sang istri.Flora berbalik badan, kedua tangannya menggantung indah di bahu Demian, jemarinya mengelus lembut rambut ikal lebat milik suaminya.Flora menarik lembut tengkuk Demian membuat wajahnya mendekat, embusan napas mereka saling menyatu hanya kurang beberapa inci lagi kecupan tersebut menjadi pangutan."Bisakah kau mandi, aku tidak bisa mencium bau ini." kekeh Flora.Dengan wajah kecewa Demian melepas pelukan Flora, dia menggendong tubuh mungil itu dan menghempaskannya ke atas kasur. Bersamaan dengannya.Terdengar tawa yang pecah saat jemari demian bermain di perut Flora,"Udah sana," Flora mendorong tubuh Demian yang berada di atasnya."Mandi bareng yuk!" Demian memohon."Ide bagus, aku akan menyusul," sahut Flora.Demian tersenyum nakal dan mengigit bibir bawahnya, dan melangkah menuju kamar mandi.Mata bulat Flora menatap bahu lebar yang menghilang di balik pintu kamar mandi."Ya Tuhan, beri aku jalan keluar dan kesabaran yang lebih."Flora masuk ke kamar mandi, dia sudah memakai baju dines yang paling di sukai suaminya.Mata Demian tak bisa berkedip menatap pemandangan indah di hadapannya saat ini. Flora sudah seperti seonggok daging yang siap untuk di santap bulat-bulat.Meskipun tubuhnya tidak seindah Rebecca, tetapi ada satu bagian yang bisa membuatnya melayang dan terbang bebas di awan.Flora masuk ke dalam bak mandi yang di penuhi busa dengan aroma bunga lily, bunga favorit Demian. Dia sengaja memesan sabun dengan aroma demikian.Demian sedikit membuka kakinya dan menarik Flora ke dalam pelukannya. Roti sobek yang berjajar di perut Demian terasa begitu menggoda untuk jadi santapan makan malam.Jemari Demian berselancar nakal di setiap inci kulit Flora yang membuat istrinya itu merasakan terbang walau sesaat."Kau menyukai ini?" tanya Demian berbisik di telinga."Sepertinya kau sudah tau jawabannya," jawab Flora sambil memejamkan mata.Dia mencoba menyatu dengan situasi ini, harusnya dia merasakan kenyamanan s
Cahaya matahari pagi mengintip kedua orang yang masih terlelap, Flora mengernyitkan matanya. Tubuhnya amat lelah karena semalam telah bertempur hebat, dia tidak menyangka Suaminya tak memberinya celah untuk istirahat.Dia memutar posisinya menghadap pria yang saat ini masih tertidur lelap, tampan. Hanya satu kata yang dapat dia ucapkan.Pria yang sudah menemaninya kurang lebih 7 tahun serta sudah memberikan kesempatan untuknya menjadi seorang Mama.Sebelumnya semua amat sempurna, tetapi kenapa semua mengikis perlahan. Kebahagiaan menghilang seiring berjalannya waktu.Apakah cintanya memang sampai di sini, ataukah ini memang cobaan sesaat?Semua pertanyaan memenuhi otak Flora, dia tak tau apakah rencananya ini akan membuatnya sadar atau malah mengacaukan segalanya.Lamunan Flora terpecah saat mendengar suara ponsel Demian, dia melempar pandangan ke arah jam yang masih menunjukkan pukul 5 pagi.Apakah urusan kantor harus sepagi ini, dengan malas Flora mencari benda pipih yang sedari tad
"Dia tetangga baru kita Momy, dia pindah kemarin. Kami sering main bersama." jawab Keyla dengan wajah riangnya.Mendengar ucapan Sang putri, jantung Flora seakan keluar dari raganya. Dia tak menyangka mereka memiliki rencana yang tak pernah dia pikirkan.Menjadi tetangga dekat? Kenapa tidak jadi asisten rumah tangga sekalian. Ini benar-benar tidak bisa di biarkan, sangat keterlaluan.Selama ini Flora hanya diam karena anaknya cukup aman, hanya dirinya yang sakit hati dan memang dia berharap selamanya akan demikian.Dia tak mau menyeret keuda buah hatinya ke dalam rumah tangga yeng pelik ini,"Baiklah Sayangku, Dady dan Momy bersiap dulu. Kita akan segera pulang. Bye ..." Flora melebarkan senyumnya dan menutup sambungan.Tanpa pikir panjang lagi dia segera menyibakkan selimut dan turun dari ranjang. Dia tidak peduli tubuh polosnya terekspos bebas, toh Demian adalah Suaminya bukan?Dia berjanji tak akan mengampuni keduanya kalau sampai ada apapun yang melukai kedua buah hatinya, entah i
Demian turun dari taxi, untung saja uang di dompetnya masih cukup untuk memesan taxi online.Dia berdiri di depan pintu gerbang yang menjulang tinggi, sangat mewah. Namun kenyataannya ini terlalu pahit untuknya.Dia melihat Mbok berlarian kecil untuk membuka pintu. Terukir senyum mengembang di wajah senjanya. Sepertinya dia sudah tau apa yang terjadi padanya pagi ini.Kakinya segera melangkah masuk ke dalam rumah megah yang kurang lebih 7 tahun dia tempati. Ada banyak momen indah yang terukir di sini."Dady!" panggil Key dan melangkah mendekatinya."Halo Sayang," jawab Demian mendaratkan kecupan di kening putrinya.Demian menggendong tubuh mungil yang duduk di sofa sambil memangku buku. Dari arah yang berbeda terlihat anak kecil yang berlarian ke mereka sambil bersorak gembira."Dady, sudah pulang? Ayo kita main sepak bola!" Reynard mendongakkan kepalanya, memperlihatkan tatapan penuh harap.Demian menurunkan Key dari gendongannya dan berjongkok di hadapan Rey. Dia menatap mata Flora
Demian menutup layar ponselnya. Tanpa harus di ingatkan dia sudah sadar bagaimana posisinya. Otaknya masih mengingat dengan jelas bagaimana perlakuan Flora dulu."Demian, apa yang kau lakukan? Kau menyetejui kerja sama dengan Wijaya Grup. Apa kau tak memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya?" Murka Flora, sambil melempar lembaran berkas ke Demian.Demian tertunduk, baru semalam istrinya memberi amanah padanya untuk menjalankan perusahaan ini. Dan apa yang terjadi pagi ini? Semua tak sesuai ekspetasi. Flora mencercanya di hadapan anak buahnya.Wijaya Grup merupakann salah satu perusahaan ternama. Bukankah akan sangat menguntungkan bila dapat bekerja sama dengannya.Meskipun mereka adalah pesaing bisnis. Bukankah lebih baik bergabung jadi satu dari pada harus perang dingin.Wijaya Grup sudah rendah hati untuk memulai kerja sama ini."Surat perjanjian sudah di tanda tangani Bu. akan sangat sulit bagi kita untuk memutus kerja sama." ucap Pak Direktur, Revan."Aku belum memberi wewenang
Rebecca tersenyum kecut. Tak ada rona bahagia terpancar pada wajah cantiknya.Pria tersebut menautkan alis. Tidak biasanya dia di sambut seperti ini."Ada Masalah Sayang?" tanya Glen.Rebecca tak segera menjawab. Dia mencoba menyusun kalimat agar Glen tidak terkejut dengan kenyataan pahit yang harus mereka terima.Glen terus menatap lekat paras cantik yang selama ini menjadi tambang emas baginya. Dari raut wajahnya, sepertinya ada kabar buruk yang di sembunyikan."Ayo cerita! Aku selalu ada untukmu dalam keadaan apapun." ucap Glen sambil menggenggam erat jemari Rebecca.Rebecca menarik napas dalam, seolah menghirup semua oksigen di sekitarnya hingga tak tersisa. Kemudian mengeluarkan perlahan.Dia masih belum siap kehilangan pria yang amat dia cintai di hadapannya saat ini. Kenyataan ini terlalu pahit."Flora, istri Demian. Memblokir semua ATM ku." ucap Rebecca lirih.Mata Rebecca mulai berembun. Dia segera meraih jemari Glen yang mulai melepaskan tangannya.Glen berusaha untuk tetap
Seorang Pria sedang duduk di kursi kerjanya. di hadapannya ada sebuah foto wanita cantik yang tersenyum menatapnya.Tak ada yang dapat menggeser posisi wanita tersebut di hatinya. Dia merupakan seorang yang dapat merubah pria ini jauh lebih baik.Masih ada tatapan cinta di mata pria itu. Walaupun kenyataannya dirinya selalu di tolak dengan lembut.Wanita tersebut tak pernah sekalipun menyinggung dirinya. Padahal dia sadar kalau keberadaannya selalu membuat wanita tersebut tidak nyaman.Pada kenyataannya dia sudah memiliki keluarga dan kehidupan sendiri. Dia bahagia tanpa kehadirannya. Menyedihkan, begitulah kehidupan pria ini.Tak ada yang lebih menyedihkan dari cinta tulus yang terabaikan.Pria itu menutup laptopnya. Tampak senyuman manis yang terukir indah di wajah tampannya.Sebentar lagi penantiannya tak akan sia-sia. Hanya satu langkah lagi wanita tersebut akan terbebas dari hubungan yang membuatnya sakit.Di sini dia sangat mengharapkan kehadiran dirinya. Namun di sebrang sana,
Demian segera berlari kembali ke tempat dirinya meninggalkan kedua buah hatinya. Dia cukup cemas mendengar suara Key yang panik.Namun matanya tercengang ketika melihat seorang yang dia kenal sudah duduk bersama Key. Lebih menyebalkan lagi Key dan Rey baik-baik saja.Demian memasang wajah dinginnya. Dia menyebrang jalan dan melangkah mendekati kedua anaknya."Dady, Tante Rebecca bilang dia akan punya adik," lapor Key dengan antusias."Tapi adik itu masih sakit di perut Tante, apakah Dady mau untuk menolong Tante?" sahut Rey dengan wajah cemasnya.Astaga, mengapa wanita ini makin lama malah makin menggila? Ingin sekali dia melangkahkan kakinya pergi.Apakah tidak terpikirkan sedikit pun di otaknya, kalau situasi saat ini amatlah kacau. Rencana apa lagi yang wanita ini buat?"Key, Rey, bukan Dady tidak mau. Tapi kalian lihat sendiri kan, Momy sedang sakit dan dia sedang menunggu kalian di mobil." ucap Demian mencoba menjelaskan situasi ini.Dia tidak mungkin mengikuti rencana Rebecca. D