Seorang Pria sedang duduk di kursi kerjanya. di hadapannya ada sebuah foto wanita cantik yang tersenyum menatapnya.Tak ada yang dapat menggeser posisi wanita tersebut di hatinya. Dia merupakan seorang yang dapat merubah pria ini jauh lebih baik.Masih ada tatapan cinta di mata pria itu. Walaupun kenyataannya dirinya selalu di tolak dengan lembut.Wanita tersebut tak pernah sekalipun menyinggung dirinya. Padahal dia sadar kalau keberadaannya selalu membuat wanita tersebut tidak nyaman.Pada kenyataannya dia sudah memiliki keluarga dan kehidupan sendiri. Dia bahagia tanpa kehadirannya. Menyedihkan, begitulah kehidupan pria ini.Tak ada yang lebih menyedihkan dari cinta tulus yang terabaikan.Pria itu menutup laptopnya. Tampak senyuman manis yang terukir indah di wajah tampannya.Sebentar lagi penantiannya tak akan sia-sia. Hanya satu langkah lagi wanita tersebut akan terbebas dari hubungan yang membuatnya sakit.Di sini dia sangat mengharapkan kehadiran dirinya. Namun di sebrang sana,
Demian segera berlari kembali ke tempat dirinya meninggalkan kedua buah hatinya. Dia cukup cemas mendengar suara Key yang panik.Namun matanya tercengang ketika melihat seorang yang dia kenal sudah duduk bersama Key. Lebih menyebalkan lagi Key dan Rey baik-baik saja.Demian memasang wajah dinginnya. Dia menyebrang jalan dan melangkah mendekati kedua anaknya."Dady, Tante Rebecca bilang dia akan punya adik," lapor Key dengan antusias."Tapi adik itu masih sakit di perut Tante, apakah Dady mau untuk menolong Tante?" sahut Rey dengan wajah cemasnya.Astaga, mengapa wanita ini makin lama malah makin menggila? Ingin sekali dia melangkahkan kakinya pergi.Apakah tidak terpikirkan sedikit pun di otaknya, kalau situasi saat ini amatlah kacau. Rencana apa lagi yang wanita ini buat?"Key, Rey, bukan Dady tidak mau. Tapi kalian lihat sendiri kan, Momy sedang sakit dan dia sedang menunggu kalian di mobil." ucap Demian mencoba menjelaskan situasi ini.Dia tidak mungkin mengikuti rencana Rebecca. D
Mata Demian terbelalak, dia tidak menyangka akan mendapatkan kabar buruk seperti ini. Berulang kali dia mengedipkan matanya dan berusaha bangun dari alam mimpi ini.Dia segera membuang benda tersebut ke segala arah. Dari jarak yang tidak terlalu jauh, Rebecca sudah naik ke mobilnya yang terparkir di tepi jalan.Dirinya tak menyangka Dewi Fortuna berpihak kepadanya. Untung saja dia melihat kedua bocah manis yang duduk di emperan toko.Kalau tidak? Pasti dia tidak bisa memeras pria yang mulai lari dari dekapannya. Dari sorot matanya sudah terlihat jelas kalau sudah tidak ada lagi cinta untuknya.Entah apa yang di buat Flora sehingga pria itu dapat kembali kepadanya. Namun yang jelas dia tidak akan melepaskan mangsanya dengan mudah.Demian tidak mau larut dengan kabar ini. Dia segera beranjak dari kursi dan melangkah pergi menuju mobil.Dia segera naik ke mobil dan meninggalkan tempat. Rey dan Key saling pandang. Berharap agar Dedy nya memberi kabar baik. Mereka masih mencemaskan Tante y
Flora menepis tangan Demian. Sayangnya tangannya tidak sekuat itu. Suaminya mencengkram erat tangan Flora dan menatapnya tajam.Demian menggeser duduknya mendekat dan mengangkat Flora ke pangkuannya. Usahanya percuma, semakin dia meronta maka semakin kuat pula cengkraman Suaminya.Mata tajamnya seolah menusuk jiwa Flora. Mengingatkan kembali saat pertama kali mereka bertemu.Dulu matanya sangat teduh. Bibirnya selalu mengembangkan senyum ramah. Flora selalu hanyut akan ketampanan Demian saat itu.Entah apa yang membuatnya menjadi seperti sekarang. Kalau Demian menginginkan kekuasaan, harusnya dari dulu dia merebutnya dari Flora.Namun kenyataannya. Kenapa semua terjadi saat keduanya sudah memiliki buah hati yang haus akan kasih sayang mereka.Mata Flora berkaca. Dia tidak mampu menahan semua pedihnya. Dia juga wanita biasa yang tidak setegar di pikiran orang.Demian melepaskan cengkeramannya dan menghapus buliran bening yang menetes perlahan."Aku mohon Flo, lupakan semua ini. Aku aka
"Stop! Aku tidak bisa," Demian menjauhkan wajahnya.Dia tidak bisa untuk tetap baik-baik saja. Semua racun putus asa sudah menggerogoti hatinya. Dia tidak bisa berdiri di bayang-bayang Flora."Aku akan mengundurkan diri dari perusahaan. begitupun dengan pernikahan ini," lanjut Demian.Bagai badai di siang bolong. Flora tak percaya dengan apa yang dia dengar. Rencananya berjalan mulus tanpa dia harus kerja keras.Flora pikir dia akan merasa kesulitan meminta perceraian. Tetapi semua berbanding terbalik."Kau serius?" Flora masih tak percaya dengan ucapan Demian."Kau bisa bersama sekertaris mu itu! Aku tidak akan mengganggumu," lanjut Demian pergi meninggalkan Flora.Demian melangkah menuju kamar tidur. Sedangkan Flora masih termenung di ruang tamu.Harusnya saat ini dia bisa bahagia. Tetapi semua menjadi berbeda. Hatinya begitu perih dan sesak. Tanpa terasa buliran bening menetes perlahan dari ujung matanya.Kenapa dia tidak bisa memahami apa yang dia mau? Semuanya begitu sulit."Halo
Demian sedang asik bermain dengan kedua buah hatinya. Langit senja menyinari tubuh atletisnya sehingga terbentuk siluet yang menggoda.Dia melihat kedua anaknya yang saling berebut bola di tepi pantai. Sesekali keduanya terjatuh. Keduanya menampakkan kegembiraan.Senyuman keduanya mengingatkannya pada saat pertama bertemu dengan Flora. Saat itu dia membeli sebotol minuman dan melempar senyum cerah.Baru pertama kali dia melihat senyuman indah itu. Sudah 5 tahun dia menekuni profesi sebagai pedagang asongan. Dan hanya Flora yang tersenyum ramah kepadanya.Karena senyum itu mereka jadi dekat. Dan mulai menjalani hubungan. Dia masih ingat betapa hancur hatinya saat menerima penolakan dari orang tua Flora.Dunianya gelap gulita karena kehilangan senyum mataharinya. Namun Flora tetap tidak putus asa. Dia meyakinkan kedua orang tuanya agar menyetujui hubungannya ini.Demian sadar posisinya. Mana mungkin orang tua tega melihat anaknya menikahi pria dengan masa depan suram sepertinya.Hingga
Flora duduk di kursi kebesarannya, di sampingnya berdiri seorang pria yang sabar menunggu keputusan boss nya saat ini. Jemari Flora kaku dan tidak bisa di gerakkan, begitu sulit baginya untuk menorehkan tanda tangannya di kertas tersebut.Di sana tertulis nama Demian Anggara dan Flora Aprilia. Surat permohonan perceraian harus segera di kumpulkan di pengadilan."Kau pasti bisa! kau sudah melewatinya sejauh ini." ucap Revan. Sekertaris yang sudah bersamanya sejak lima tahun terakhir.Dia juga saksi hidup betapa dulu Flora mati-matian memperjuangkan hubungan ini. Hubungan pernikahan yang harus kandas secepat ini.Dulu dia juga pernah bilang kalau dirinya adalah wanita arogan dan keras kepala. Butuh seorang pria yang cukup sabar untuk menerima kekurangannya.'Demian tidak bisa mengertimu jauh sepertiku, cepat tanda tangani surat itu dan datang padaku,' Revan penuh harap.Flora meletakkan penanya dan memijat kening yang mulai nyeri. Sebuah batu besar seolah menimpa kepalanya saat ini.And
Flora segera berlarian menuju kedua malaikat kecilnya. Mereka menangis karena terkejut dan ketakutan. Mobil yang melaju kencang dari kejauhan tiba-tiba menabrak mobil yang terparkir tepat di samping mereka.Terdengar suara sirine mobil yang tertabrak. Mobil yang menabrak segera mudur dan kembali melesat dengan kecepatan penuh.Di sisi lain, tepatnya di dalam kantor. Demian dan Revan segera berlari ke arah jalan raya setelah mendengar dentuman keras.Mereka melihat Flora memeluk Rey dan Key. Di samping mereka terlihat sebuah mobil yang bagian belakangnya sudah penyok.Demian berlari mendekati mereka. Rey dan Key masih menangis ketakutan."Ada apa?" tanya Demian meraih Key dan menggendongnya."Ada mobil yang sengaja ingin menabrak mereka." jawab Flora yang melihat mobil itu melaju cepat.Sayangnya dia tidak sempat melihat plat nomor mobil tersebut. Sialnya lagi, bahkan dia tidak bisa melihat dengan jelas siapa pengemudinya.Pikiran nya tertuju pada wanita yang saat ini menjadi pemisah a