Demian sedang asik bermain dengan kedua buah hatinya. Langit senja menyinari tubuh atletisnya sehingga terbentuk siluet yang menggoda.Dia melihat kedua anaknya yang saling berebut bola di tepi pantai. Sesekali keduanya terjatuh. Keduanya menampakkan kegembiraan.Senyuman keduanya mengingatkannya pada saat pertama bertemu dengan Flora. Saat itu dia membeli sebotol minuman dan melempar senyum cerah.Baru pertama kali dia melihat senyuman indah itu. Sudah 5 tahun dia menekuni profesi sebagai pedagang asongan. Dan hanya Flora yang tersenyum ramah kepadanya.Karena senyum itu mereka jadi dekat. Dan mulai menjalani hubungan. Dia masih ingat betapa hancur hatinya saat menerima penolakan dari orang tua Flora.Dunianya gelap gulita karena kehilangan senyum mataharinya. Namun Flora tetap tidak putus asa. Dia meyakinkan kedua orang tuanya agar menyetujui hubungannya ini.Demian sadar posisinya. Mana mungkin orang tua tega melihat anaknya menikahi pria dengan masa depan suram sepertinya.Hingga
Flora duduk di kursi kebesarannya, di sampingnya berdiri seorang pria yang sabar menunggu keputusan boss nya saat ini. Jemari Flora kaku dan tidak bisa di gerakkan, begitu sulit baginya untuk menorehkan tanda tangannya di kertas tersebut.Di sana tertulis nama Demian Anggara dan Flora Aprilia. Surat permohonan perceraian harus segera di kumpulkan di pengadilan."Kau pasti bisa! kau sudah melewatinya sejauh ini." ucap Revan. Sekertaris yang sudah bersamanya sejak lima tahun terakhir.Dia juga saksi hidup betapa dulu Flora mati-matian memperjuangkan hubungan ini. Hubungan pernikahan yang harus kandas secepat ini.Dulu dia juga pernah bilang kalau dirinya adalah wanita arogan dan keras kepala. Butuh seorang pria yang cukup sabar untuk menerima kekurangannya.'Demian tidak bisa mengertimu jauh sepertiku, cepat tanda tangani surat itu dan datang padaku,' Revan penuh harap.Flora meletakkan penanya dan memijat kening yang mulai nyeri. Sebuah batu besar seolah menimpa kepalanya saat ini.And
Flora segera berlarian menuju kedua malaikat kecilnya. Mereka menangis karena terkejut dan ketakutan. Mobil yang melaju kencang dari kejauhan tiba-tiba menabrak mobil yang terparkir tepat di samping mereka.Terdengar suara sirine mobil yang tertabrak. Mobil yang menabrak segera mudur dan kembali melesat dengan kecepatan penuh.Di sisi lain, tepatnya di dalam kantor. Demian dan Revan segera berlari ke arah jalan raya setelah mendengar dentuman keras.Mereka melihat Flora memeluk Rey dan Key. Di samping mereka terlihat sebuah mobil yang bagian belakangnya sudah penyok.Demian berlari mendekati mereka. Rey dan Key masih menangis ketakutan."Ada apa?" tanya Demian meraih Key dan menggendongnya."Ada mobil yang sengaja ingin menabrak mereka." jawab Flora yang melihat mobil itu melaju cepat.Sayangnya dia tidak sempat melihat plat nomor mobil tersebut. Sialnya lagi, bahkan dia tidak bisa melihat dengan jelas siapa pengemudinya.Pikiran nya tertuju pada wanita yang saat ini menjadi pemisah a
Flora tersentak dia segera menggeser posisinya dan sedikit mendorong Demian dengan sikutnya. Dia merasa sedikit canggung."Baiklah selamat bersenang-senang dengan Dady, Momy akan menunggu telepon dari kalian." Flora kembali mengecup kedua buah hatinya dan turun dari mobil."Aku harap kau bisa menjaga sikapmu pada anak-anak, aku tidak mau mereka ..." Demian berbisik."Kau yang jaga sikap. Mereka sudah bisa di beri pengertian tanpa harus akting seperti ini," sahut Flora ketus.Demian tersenyum kecil, entah mengapa baginya reaksi Flora kali ini menggemaskan. Untuk menghindari pertengkaran lebih lanjut dia segera naik ke mobil dan bersiap untuk melaju meninggalkan area kantor.Dari kejauhan terlihat seseorang yang berlarian menuju mobil yang masih berbunyi nyaring. Dan seperti biasa, Revan segera menghampiri pria tersebut dan menyelesaikan semua masalah.Revan ingin Flora melihat dirinya sebagai pria tangguh yang mampu di andalkan. Meskipun kenyataannya sangat jauh. Selama ini tanpa Flora
Di tempat yang berbeda, rapatnya di jalan ramai lancar. Sebuah mobil sedang melaju dengan kecepatan sedang. Di dalamnya hanya ada kesunyian.Mobil ini tidak seramai biasanya. Anak-anak di kursi belakang sedang sibuk dengan ponsel mereka masing-masing.Demian berulang kali mengajak mereka ngobrol. Namun hanya jawaban singkat yang dia terima. Dan kini, stok pertanyaannya sudah habis, sehingga hanya kesunyian yang menemani perjalanan ini.Demian memutar musik. Berharap penghuni bangku belakang bisa bersenandung ria. Sama persis seperti yang di lakukan Flora biasanya.Nihil. Hanya itu yang Demian dapat."Halo guys, apakah Dady sedang jadi obat nyamuk di sini?" tanya Demian melirik penghuni bangku belakang lewat spion.Secara bersamaan Key dan Rey menaruh ponselnya. Mereka melempar pandangan ke arah Demian. Datar, begitulah pandangan mereka."Apakah Dady ingin menyampaikan sesuatu?" tanya Key singkat.Sepertinya putri kecilnya ini sedang tidak mode baik-baik saja. Biasanya dia dengan seman
Mobil Demian yang membawa anak-anak telah sampai di rumah barunya. Rumah yang nantinya akan melukis kehidupan baru bersama Rebecca.Wanita yang telah berhasil merebut kepercayaannya dan meninggalkan orang yang telah menemani masa sulitnya.Rey dan Key turun dari mobil. Mata mereka tertuju pada mobil yang terparkir di halaman rumah baru Dady nya. Sepertinya mobil itu tidak asing.Demian turun, wajahnya merona bahagia. Dengan semangat dia menuntun kedua anaknya untuk masuk ke rumah.Rumah ini tidak sebesar istana yang sebelumnya. Hanya hunian sederhana dengan dua lantai. Cukup sejuk karena ada taman kecil di depan rumah.Mereka melangkah menuju rumah. Namun dia pasangan mata bocah itu tetap tidak berpaling. Mereka masih penasaran dengan mobil yang terparkir itu.Keduanya semakin curiga saat melihat bagian depan mobil sedikit penyok, seperti habis menabrak sesuatu."Dad, ini mobil siapa?" tanya Reynard."Ini mobil Tante baik, ayo ..." ucapan Demian terhenti saat melihat bagian depan mobi
Flora melaju meninggalkan kantor. Hari ini cukup melelahkan. Mungkin ini yang membuat Demian selalu berwajah masam saat pulang kerja.Bayangkan saja begitu banyak costumer yang bawel. Mulai dari protes akibat barang yang sedikit lecet dan beberapa orang yang masih belum membayar tanggungan mereka.Udah Flora bergerak pada barang furniture rumah. Mulai dari perlengkapan rumah tangga seperti meja, kursi, lemari, dan beberapa lainnya.Hanya beberapa bulan lalu dia dan Demian mencoba peruntungan baru. Mereka mulai menambahkan barang elektronik pada usaha mereka.Sayangnya hanya Demian yang tau bagaimana memuaskan pelanggan. Sikap Flora yang tegas tidak dapat berbaur dan mendapatkan hati mereka. Sehingga beginilah kejadiannya, banyak komplain dari mereka.Flora tidak menyalakan mereka. Produknya memang sedikit memiliki kekurangan. Barang mereka memang mudah lecet. Namun tidak lada kualitas.Kualitas barang mereka tetap nomor satu, sehingga kalau lecet pun masih bisa di pergunakan dengan ba
Tubuhnya terasa lelah tak berdaya. Entah mengapa dia tidak bisa mengerti yang dia mau. Dulunya dia sangat ingin sebuah perpisahan. Namun saat semua di lancarkan, malah pedih yang menggerogoti jiwanya.Ingatannya kembali pada malaikat kembar penyemangat hidupnya. Dia meraih ponsel dan mencoba menghubungi nomor mantan suami.Jari lentiknya segera memencet kontak dan menggeser tombol hijau. Terdengar dering sambungan berbunyi.Sayangnya sampai operator seluler bersuara, sambungan tak kunjung bersambung. Flora tidak menyerah. Dia mencoba lagi dan lagi.Matanya berbinar ketika indra pendengarnya mendengar sambungan terhubung."Halo, Rey, Key," ucap Flora penuh semangat.Tak ada jawaban. Flora kembali melihat layar ponsel. Terlihat menit panggilan masih berjalan. Namun, tidak ada respon sama sekali."Demian, di mana anak-anak?" ulang Flora mengecek sambungan."Demian kau sudah berjanji kan, tidak mempersulit semua ini," Flora mulai cemas.Masih tetap tak ada jawaban. Flora merasa dirinya di