Share

Pelakor

Wanita Dibalik Pintu Mertua

Bab 5

Pov Author

Desa jenggot,

"Dasar pelakor gantel berani sekali kamu sama saya," teriak ibu Toto penjaga warung. Hatinya terasa panas melihat perempuan itu berdekatan dengan suaminya.

"Ampun Bi, saya tidak berbuat apa-apa." Menahan tangan bu Toto yang hendak menampar wajahnya. 

"Alah ... kamu bisa saja bicara begitu, saya liat perbuatan kamu merayu suami saya. Kamu jangan coba-coba menjadi pelakor rumah tangga saya atau kamu saya arak keliling kampung biar kapok dan jadi cibiran warga sini. Ayo Pak, masuk!" Menarik tangan suaminya masuk ke dalam. 

Bu Toto memarahi suaminya, lelaki itu diam tak menjawab omelan istrinya. 

Rini menundukkan kepalanya dan melangkahkan kakinya pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan tak ada satu orang warga yang menegurnya. 

"Udah punya laki masih aja godain laki orang," cibir warga yang sedang duduk di teras. 

Rini membuka pintu perlahan. Langkah kakinya terasa lemas tak bertenaga. Ia terkejut mertuanya sudah berdiri di balik pintu dengan wajah sangarnya. 

"Rini ..., " pekik umi sambil bertolak pinggang. Umi menarik tangan mantunya ke dalam ruang tamu. Ia tak ingin tetangga mendengar makiannya. 

Rini hanya pasrah. Bibirnya mengerucut seperti anak kecil yang hendak dihukum orang tuanya.

"Apa yang kamu lakukan di warung bu Toto," tanya umi dengan menahan emosinya. Suaranya tertahan di tenggorokan. Tak menyangka mantu keduanya berprilaku seperti itun

"Rini hanya meminta tolong untuk dicarikan kerja sama pak Toto. Kata pak Toto ada lowongan kerja untuk Rini saking senangnya Rini peluk tubuh pak Toto," ucapnya menjelaskan kejadiannya. Keinginan Rini untuk bekerja di tempat yang belum pernah dikunjunginya. 

"Astaghfirullahaladzim. Kamu itu punya otak kaga, sih!" Umi mengelus dadanya dan mengelengkan kepalanya. "Baru saja satu minggu di tinggal pergi Udin kamu sudah buat ulah lagi. Sudah Umi bilang hati-hati dengan orang kampung sini. Mereka tidak suka dengan kamu. Karena kamu telah merebut suami orang. Kamu juga salah pake acara peluk segala," ujar umi kepada mantunya.

"Salah Rini apa Umi?" tanyanya sambil terisak. Tetesan air mata membasahi pipinya. Ia mengusap dengan lengan bajunya. 

"Kan sudah Umi jelasin kamu itu merebut Udin dari Eni. Masa kayak gitu kaga tahu, sih," jawabnya lantang. Ia geram ingin mencabik dan mencakar wanita yang telah dinikahi anaknya. 

"Rini gak salah Umi karena kami saling mencintai," jawabnya polos. Tanpa berperasaan. Hanya memikirkan nafsu semata saja. 

"Tapi, cinta tak harus memiliki, kamu menyakiti perasaan wanita lain karena keegoisanmu. Seharusnya sebagai wanita tak melakukan hal itu. Bagaimana perasaanmu jika, suamimu menduakan?" 

"Banyak lelaki yang memiliki istri dua malah tiga contoh aja ustad yang di Tv Umi. Agama tidak melarang, kok ," ujarnya. 

"Sok tahu kamu, sholat aja enggak pake ngomong agama. Agama KTP doang kamu," sindir umi sambil meninggalkan mantunya. 

"Salah lagi' kan," ungkapnya dengan nada kecewa. 

~~~

Rini terlihat uring-uringan, perasaan kangen dengan suaminya tak tertahan lagi. Rini menghubungi suaminya tapi pulsa di ponsel habis. Ia menghembuskan napasnya kasar.

Ia berusaha membujuk mertuanya agar diberi ongkos untuk menyusul suami yang sangat dirindukan.

"Kamu ngapain nyusul Udin ke sana," tanya umi.

"Rini kangen Umi?" jawabnya sambil meneteskan air mata.

"Baru beberapa minggu Udin pergi, nanti juga pulang tunggu saja?" bujuk Umi sambil menggosok pakaiannya.

"Tapi kapan?" 

"Nanti."

Aku harus baik-baikin umi agar ia mengizinkanku menyusul kang Udin batinnya berkata.

"Umi biar Rini saja yang gosok nanti cape," rayunya.

Umi berhenti dari kegiatannya.

"Kamu bisa gosok?"tanya umi dengan perasaan tidak yakin.

"Bisa dong!" jawabnya.

Rini memulai dengan menggosok baju yang kecil. Cuma lima baju gampang lirihnya sambil terkekeh. 

Brak ... 

Umi membawa baju satu keranjang penuh yang belum selesai di gosok olehnya. 

Rini terkejut dengan tumpukan baju yang meninggi di dalam keranjang.

"Mantu Umi, ini sekalian ya cantik," rayu umi sambil mengelus punggung Rini. 

"Astaghfirullahaladzim Umi, ini baju apa gunung tinggi banget. Berapa lama gak di gosok?" tanyanya.

"Sebulan," jawabnya malu-malu.

Rini mengerucutkan bibirnya. 

Kalau tahu begini gak usah bantuin deh hatinya berkata.

Umi meninggalkan Rini lalu masuk ke kamarnya. 

"Biar sadar kalau jadi wanita gak mesti ranjang sama duit aja." Menutup mulutnya sambil tertawa pelan.

~~~

Pov Eni

Seminggu sejak kepulangan kang Udin kehidupan rumah tanggaku berubah. Kang Udin lebih perhatian kepadaku. Sering menelepon atau video call denganku. Suamiku juga sudah mendapatkan pekerjaan sebagai pemborong bangunan. 

Aku telah melupakan Rini istri kedua suamiku. Dengan sikap kang Udin yang romantis membuat aku semakin yakin bahwa lelaki yang aku nikahi lebih dari sepuluh tahun. Alasannya khilaf seperti yang dijelaskan kang Udin.

"Maafin Akang khilaf menikahi Rini tergoda oleh wajahnya. Orang tua Rini yang memaksa Akang untuk menikahinya. Akang bisa apa? Akang dijebak."

Kang udin menjelaskan ia dijebak oleh orang tua Rini sehingga kang Udin terpaksa bertanggung jawab.

Kang Udin berjanji tidak akan berulah lagi dan hanya mencintaiku. Aku percaya dan memaafkannya. Cintaku pada suami tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Bagi aku, kang Udin berbeda dari laki-laki lain.

Pemuda lain banyak yang mengejar cintaku karena parasku yang cantik. Mereka mengejar karena nafsu sesaat. Aku memilih mencintai dari pada dicintai. 

Aku dan keluarga kecilku sedang menikmati makan malam di warung pecel lele. Kami juga pergi ke mall untuk membeli handphone untuk anak gadisku. 

"Bapak, Lala mau handphone yang ini." Tangannya menunjukkan handphone merek SM berwarna merah. 

"Harganya berapa Mas?" tanya Udin kepada pemilik toko.

"Sejuta dua ratus Pak."

"De, Akang cuma punya lima ratus ribu," ungkapnya kepadaku.

"Enggak apa-apa Kang nanti aku tambahin," ujarku.

Lala sangat senang dengan handphone barunya. Penghasilan kang Udin juga lumayan. Semenjak kang Udin menjadi pemborong bangunan ia mempunyai penghasilan yang besar. Kami pun kembali mesra. Terkadang ada rasa takut di hati ini. Jika kang Udin pulang kampung ia akan lupa padaku.

Apakah aku egois ingin memiliki kang Udin seutuhnya. Kang Udin suamiku sedangkan Rini hanya wanita yang dinikahi siri. Aku hanya ingin menikmati keindahan rumah tangga ini lebih lama. Tanpa ada gangguan sedikitpun. 

****

Terima kasih sudah membaca karya saya. Baca juga karyaku yang lain. "Malam Tanpa Noda" 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status