Home / Romansa / Tergoda Gadis Muda / Polos yang menyakitkan

Share

Polos yang menyakitkan

Author: Nannys0903
last update Last Updated: 2021-07-29 10:13:45

Tergoda Wanita Muda

Bab 2

Pov Eni

 

 

Tiga hari aku di sini setiap hari Rini selalu memamerkan rambutnya yang basah dan sengaja mengibas-ngibaskan rambut ke arahku.

 

Norak sekali dia, aku juga ogah dikasih bekas dia ucapku dalam hati. Setiap malam kang Udin selalu tidur dengannya. Aku tak pedulikan mereka.

 

Rini selalu memamerkan kemesraannya di depanku tapi aku cuek dan tak peduli. 

 

"Akang, Rini mau makan nasi uduk di gang depan perut Rini lapar, semalem Akang main meong-meongan terus," ucapnya manja sambil melirik aku. 

 

"Nanti ya Rin, Akang belum punya uang, sabar ya Sayang," tolaknya halus dan lembut.

 

Aku hanya tertawa dalam hati dan aku segera melangkahkan kaki keluar.

 

Tiga bungkus nasi bungkus aku letakkan di meja makan ku panggil umi yang sedang bermain dengan Lala.

 

Kang Udin dan maduku sedang minum teh dan cemilan di meja. Ia melirik kantong kresek hitamku. 

 

"Akang, mba Eni sepertinya beli nasi uduk untuk aku," ucapnya sambil tersenyum bangga. 

 

Mimpi, untuk apa beliin dia. Rugi amat. Makan tuh cinta cibirku. Sifatnya yang memiliki kepercayaan tinggi membuat aku ingin tertawa muak.

 

Membuka tiga bungkus nasi uduk dengan ayam semur. Ku buka perlahan-lahan.

 

Maduku menatap dan tersenyum, aku tak membalas senyumnya. Aroma harum tercium di ruang makan. Bawang goreng yang di tabur di atas nasi uduk menggugah selera dengan sambal kacang dan kerupuk membuat siapa saja tergoda.

 

Begitu juga maduku ia terus menelan ludahnya melihat aku menata nasi uduk di meja makan. Umi dan anakku makan dengan lahap. 

 

Aku makan dengan nikmat sambil mengacungkan jempol ke Umi dan anakku. Rini masih tak bergeming. Aku menggigit paha ayam dengan lembut dan menggoda. Menggigit di sekitar bagian paha sampai tersisa tulangnya. 

 

"Bapak!" panggil Lala kepada Kang Udin.

Kang Udin menghampiri kami ke meja makan. Tatapan Rini masih fokus di meja makan. 

"Bapak, makan barengan sama Lala," ajak anakku. 

 

Suami dan anakku saling suap-suapan lalu aku menyuapin suami dengan manja. Umi pun aku suapin. Terlihat netra di mata Rini. Ia bangkit menghampiri kami ke meja makan. 

 

"Lala, punya teteh mana?" tanya maduku kepada anakku. 

 

"Kamu lapar, Rin?" tanya aku. 

 

"Iya Mba, aku lapar?" jawabnya polos. 

 

"Mau!" tawarku sambil memegang paha ayam punya Lala.

 

Dia pun menganggukkan kepala dan tersenyum memperlihatkan giginya. 

 

"Buka mulutnya," perintah aku.

 

"Aa ...Mba!" 

 

Aku memasukkan singkong ke dalam mulutnya yang terbuka. Ia menutup mulutnya dan mengambil singkong yang masuk setengah mulut. Umi dan Lala tertawa terpingkal-pingkal. 

 

Rini menghentakkan kakinya dan melangkahkan kakinya keluar rumah dengan cepat. Kang Udin mengejar Rini yang berlari keluar. 

 

Aku meringis melihat adegan kang Udin mengejar istri mudanya. Dulu aku pernah merajuk karena suami tak membawa mangga muda pesananku. 

 

Aku keluar rumah tapi ia tak mengejar. Meminta maaf saja tidak. Sikapnya dingin kepada istrinya.

 

Padahal aku sedang hamil muda sejak itu aku tak pernah meminta apa-apa kepada kang Udin ,berusaha sendiri mencari apa yang kuinginkan.

 

"Kamu mau ke mana, dek?" tanya suamiku.

 

"Mau pulang, lagian ngapin lama-lama di sini liat pemandangan orang udik yang lagi pengantin baruan," jawabku asal.

 

"Akang gak bisa pulang ke rumah," ujar suamiku.

 

"Terserah, ada atau enggak ada kamu sama aja, Akang," sindirku.

 

"Loh, kok begitu?" ujarnya tidak suka.

 

"Lah, emang," jawabku santai.

 

Kulihat dua buah kaki di depan pintu kamar. Tubuhnya tertutup hordeng pintu tetapi aku bisa melihat dari bayangan dan kakinya. 

 

Aku mendekati kang Udin. 

"Akang, jangan marah, dong!" rayuku manja sambil memeluknya. 

Kang Udin terlihat gelagapan. 

 

"Akang cinta gak sama aku," tanyaku manja masih dalam posisi dekat. 

 

"Akang cinta sama, ade. Cinta Akang gak akan berubah dan semakin dalam," jawab suamiku dengan tersenyum.

 

"Ayo, kang tutup pintu!" ajakku dengan mengodanya. 

Ia menutup pintu perlahan kulihat bayangan sang pengintip masih ada. Di balik pintu aku membisikkan kalimat kepada suamiku dan ia menuruti perintahku.

 

"Akang ... terus ... iya yang itu ... terus Kang ..." Suaraku kubuat sesexy mungkin. Aku yakin pengintip itu akan terbakar seperti kayu dan api menghasilkan arang yang hitam. Aku menahan tawaku agar tak ketahuan suamiku. 

 

"Enak, De?" tanya suamiku.

 

"Enak banget, top suamiku," jawab aku masih posisi berdiri dekat pintu. 

 

Aku mendengar pukulan ke tembok di dekat pintu kamarku. 

 

Menyuruh suamiku untuk berhenti.

"Sudah Kang, makasih ya sudah pijitin aku," bisik aku kepadanya.

 

**

 

Aku mengambil minum ke dapur tapi aku melihat Rini berada di dalam kamar Umi, mendekati kamar tersebut kuintip mereka dari balik pintu yang tertutup setengah.

 

"Umi, Rini cuma minta 20 ribu aja gak banyak kok." rengeknya manja.

 

Umi mengambil dompetnya di lemari kayu berwarna coklat. Ia memberikan uang tersebut kepada Rini. Dengan riang seperti anak kecil Rini memeluk Umi tapi tidak di balas pelukkannya raut mertuaku terlihat masam.

 

Aku segera berjalan ke dapur dan melihat maduku keluar kamar.

"Berani sekali dia meminta uang kepada mertuaku," bathinku berkata.

 

Aku menghampiri Umi di kamar. Wajah umi pucat seperti sakit. 

"Umi kenapa, sakit?" tanyaku mengkhawatirkan dirinya.

 

"Aku menyentuh dahinya, panas." Kulangkahkan kaki ke dapur mengambil obat demam dan air putih.

 

Rini mendekatiku dengan membawa satu bungkusan kecil. Tercium dari aromanya, ia membeli bakso. Rini mengambil mangkuk dan membukanya. Kuah bakso yang berwarna merah mencolok terlihat pedas ia tuangkan kedalam mangkuk bergambar ayam jago.

 

"Rini .... " Suara suamiku memanggil maduku dari depan rumah. 

Rini menghampirinya. Aku melihat ia keluar, tanpa berlama-lama mengambil mecin satu bungkus dengan harga seribuan yang masih utuh, aku buka dan memasukkan semuanya. "Berani sekali dia minta uang ke umi untuk beli bakso," dalam hatiku kesal. Aku aduk sebentar agar tak terlihat.

 

Aku langsung meninggalkan bakso tersebut berharap maduku jera. 

 

"Akang, rasa kuah bakso kok aneh, ya," tanyanya kepada kang Udin.

"Aneh bagaimana? Kamu kepedesan itu kelihatan dari warnanya," jawab suamiku.

 

Ku lihat kuah mangkuk tidak tersisa diletakkan di atas meja dapur. Aku tersenyum sinis. "Dasar anak mecin," lirihku. 

 

Seharusnya hari ini aku pulang ke rumah tapi melihat umi yang demam tidak tega rasanya. Aku undur kepulanganku besok. 

"Umi, makan dulu!" ucap aku.

Aku menyuapi mertuaku bubur nasi yang aku buat. Hanya tiga sendok umi makan.

"Lagi Umi," rayuku.

Umi menggelengkan kepala. 

 

"Umi minta maaf kepadamu dengan sikap Udin. Umi salah mendidiknya. Kenapa ia tega menyakiti perasaan kamu dan Umi?"

 

Aku tersenyum menitikkan air mata. Terlihat umi menyayangiku. Aku ingat ketika umi melamarku untuk anaknya kami berpacaran cukup lama sikap kang Udin kepadaku memang dingin.

 

Aku yang selalu mengejar cintanya. Dan dengan kegigihanku akhirnya kang Udin mau menikah denganku dengan bujukkan umi. 

 

Ternyata kang Udin menghianatiku. Ia belum menjelaskan kenapa menikah tanpa izin dariku. Aku menundukkan kepala, umi menarik tubuhku dan memeluknya. Kami menangis saling berpelukkan. Ucapan maaf terucap berkali-kali di bibirnya. Umi menceritakan pertama kali bertemu Rini.

 

 

**

Flashback 

 

 

 

"Assalamualaikum." Suara Udin memberi salam dari depan pintu. Bergegas umi membuka pintu dengan rasa rindu yang menggebu.

 

"Waalaikumsalam." Mereka berpelukkan dan saling melepas rindu. 

 

Udin hanya tiga hari di sini selama di sini ia sering bertelepon dan memainkan gawainya sampai tengah malam. Sinyal telepon di sini tidak seperti dulu lemot. Terkadang ia keluar rumah pulang besok pagi.

 

Dia pamit untuk tinggal di kampung sebelah. 

"Kamu tinggal di kampung sebelah sama siapa?" tanya umi waktu itu.

 

"Sama teman Umi," jawabnya sambil menunduk. 

 

"Istri dan anak kamu bagaimana?" tanyanya.

 

"Baik-baik saja kok umi. Udin hanya sementara aja di sini. Jenuh liat kota," alasannya. 

 

Udin pergi meninggalkan rumah umi dengan membawa semua bajunya. 

Empat hari berlalu udin kembali ke rumah umi. Umi membukakan pintu rumahnya dan terkejut ketika anaknya membawa perempuan lain. Mereka saling menyatukan jemari tangannya. Dada umi terasa nyeri melihat anaknya. 

 

Rini mencium tangan umi. 

"Umi ini istri Udin yang baru," ucap Udin menjelaskan. 

 

Dina pernah bercerita kalau kakaknya telah menikah dan tinggal di kampung sebelah yang lumayan jauh dari sini. Sempat tak percaya tapi hari ini umi mendengar sendiri ucapan putra sulungnya.

 

Rini terlihat manja dan seperti anak kecil yang masih sekolah. Udin berumur tiga puluh dua tahun sedangkan Rini tujuh belas tahun. Mereka menikah siri. Umi hanya berdiam diri di kamar, ia muak melihat wajah menantu barunya.

 

 Keesok harinya datang mantu kesayangannya. Perasaan iba dan menyesal menyelimuti hati umi. Terlihat Eni menantu kesayangannya tegar menghadapi cobaan rumah tangganya. 

 

 

Flash end

 

 

***

 

 

Keadaan umi sudah membaik, aku memutuskan pulang ke rumah dan kembali bekerja. Lala terlihat murung karena bapaknya tidak pulang ikut bersamanya. Terlihat anakku paham dengan kondisi rumah tangga orang tuanya. Ia terlihat sinis melihat Rini. Kami berpamitan. Kang Udin memelukku cukup lama aku segera menghapus air mataku di dadanya. 

 

"Maafin Akang," ucapnya di telingaku.

Ia mencium keningku dan kedua pipiku. Terlihat kecemburuan di mata maduku. Pelukkan kang Udin memberikanku kenyaman dan kehangatan. Aku membalas peluknya dengan erat berharap semua baik-baik saja.

 

Lala mencium tangan neneknya dan bapaknya.

"Lala, sama Teteh gak pamit?" ujarnya sambil menyodorkan tangannya. 

"Pelakor cuma nyakitin," ucap anakku sinis sambil berjalan melewatinya.

 

Terlihat raut kesal di wajah Rini dan menatapku. Aku meninggalkan mereka kembali pulang. Entah apa yang akan terjadi nanti, aku akan bertahan dan kuat. Untuk mendapatkan cinta suamiku begitu sulit sedangkan Rini dengan mudahnya mendapatkan cinta kang Udin. 

 

 

****

 

#Nannys0903

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tergoda Gadis Muda   Ending

    Tergoda Gadis MudaHari pernikahan telah tiba. Lala mengenakan kebaya putih untuk melakukan akad nikah. Makeup menambah kecantikan Lala.Aura terlihat cerah, sebelum menikah Lala melakukan puasa selama tiga hari. Membaluri tubuh dengan lulur kunyit yang dipercaya mencerahkan kulit tubuh.Sedangkan, Arka memakai jas hitam. Tampan dan berwibawa. Arka memandang dirinya dari pantulan kaca."Sebentar lagi, tittle dudamu akan berganti menjadi suami orang," ucapnya pada diri sendiri..Arka tak ingin menunda lagi. Memiliki Lala seutuhnya. Mumpung masih berada di Di Indonesia. Ini adalah kesempatan emas bagi lelaki beranak satu."Papa!" sapa Rafatar ketika melihat Arka."Hei, jagoan papa. Ganteng banget," puji Arka mencium pipi gembul anaknya."Anak siapa dulu, dong!" ucapnya bangga."Kamu sudah siap?" tanya Susi mengendong anaknya."Pasti Mbak."

  • Tergoda Gadis Muda   Lamaran

    Tergoda Gadis MudaLala menatap Arka penuh selidik. Dari mana lelaki itu mendapatkan foto dan video tersebut. Lala hendak berdiri. Namun, Baron mencegah tubuh Lala agar duduk kembali, menenangkan diri. Menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya."Sabar, Bos. Kita lihat dulu."Wajah Lala memerah, semua orang yang berada di sana tertawa. Foto Lala sejak kecil hingga masuk sekolah.Foto Lala tanpa busana sewaktu kecil. Bermain tanah dan lumpur. Wajah Lala marah saat di ambil gambarnya.Lala yang jutek dan galak sejak kecil terlihat jelas di wajah, kulitnya tropis karena ia senang bermain bola dan layangan.Lala ketika berlomba 17 Agustus merayakan ulang tahun kemerdekaan. Pakaian dan wajahnya terkena lumpur mengikuti panjat pinang.Tawa mereka masih mengema. Video Lala ketika masuk sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan SMA 80, tempat Arka mengajar dan bertemu Lala.Vide

  • Tergoda Gadis Muda   Surprise

    Tergoda Gadis MudaLala mendapatkan kabar kalau ibunya telah melahirkan. Berita baik ini membuat Lala semakin bahagia. Davin yang memberi informasi tersebut."Mas, ibu sudah lahiran." Lala menghampiri apartemen kekasihnya yang baru saja sampai."Alhamdulillah.""Adikku kembar. Laki-laki dan perempuan.""Apa kamu berniat untuk ke sana?" Menepuk sofa agar kekasihnya duduk."Maunya. Tapi ....""Sebentar lagi liburan musim semi. Sebulan lumayan itu. Bagaimana kalau kita pulang ke Indonesia. Aku kangen Rafatar.""Benarkah! Asik! Kita bisa ke Indonesia."Lala mempersiapkan semua kebutuhannya yang akan di bawa ke sana. Nancy mendekatinya."Kamu jadi ke Indonesia?""Tentu. Sekolah telah libur sebulan. Aku ingin bertemu adikku.""Ehm, enak sekali. Aku sendirian dong.""Kan ada Abdul. Dia bisa nemenin kam

  • Tergoda Gadis Muda   Katakan Cinta

    Tergoda Gadis MudaLala hendak melayangkan tangan lentik yang selalu dirawatnya hingga putih dan bersih ke arah pipi Arka. Lelaki berkaos hitam dengan jaket coklat menahan jemari Lala dengan tangan kekarnya. Lala hendak memberontak namun, kekuatan Arka tak sebanding dengannya. "Kamu masa lupa kalau kita melakukannya." Memeringkan sedikit kepala. Menyadari semakin cantik wajah Lala."Kapan?!" Membulatkan mata tak percaya."Ehm, waktu di gudang sekolah. Iya, gudang sekolah." Arka tak berani mengatakan yang sesungguhnya. Lelaki itu telah mencuri ciuman pertama Lala."Bohong!" hardiknya."Ehm, suer." Senyum terpaksa di bibir mantan guru Lala."Kita gak melakukannya dan itu gak kena bibir. Aku masih ingat." "Eh. Kamu masih ingat kejadian itu." Menaikkan salah satu alis. Mengoda Lala gemas. "Ehm, gak juga." Menarik lengannya dari

  • Tergoda Gadis Muda   Asrama

    Tergoda Gadis Muda"La, tadi aku ke temu cowok ganteng banget! Meleleh liatnya." Nancy masuk tanpa mengucapkan salam.Melatakkan buku dan tas di atas meja belajar. Kamar mereka cukup luas. Lala tidur di kamar sebelah kanan dan Nancy sebelah kiri. "Ck, nih orang. Ucapain salam dulu baru ngomong." "Abis itu om-om ganteng banget." Memeluk boneka Lala gemas. "Oh, om-om aku kira anak muda. Kenapa gak kenalan?" Lala kembali fokus di buku pelajarannya. "Gak. Cuma bisa lihat dari jauh. Kayaknya dia nyasar La. Kasihan. Wajahnya bingung banget. Pasti pertama kali ke Inggris. Pengen nolongin tapi takut." "Mau nolong apa nyolong sampe takut segala." Terkekeh geli. "Ih, kamu itu. Emangnya aku cewek apaan nyamperin cowok." "Lah, kan mau kasih pertolongan bukan keperawanan, Nancy." "Tapi, kayaknya dia dari Indonesia. Mungkin orang jawa. Seandainya aja aku kenal sama dia. Past

  • Tergoda Gadis Muda   Setelah Menikah

    Tergoda Gadis MudaLala berusaha beradaptasi dengan teman-temannya. Untung saja Lala memiliki teman satu negara. Ia bernama Nancy. Gadis dengan rambut sebahu memiliki lesung pipit menambah kecantikan alami.Banyak lelaki di kampus mengincar Nancy berwajah asia. Gadis itu menolak tawaran para pemuda dengan halus dan lembut agar mereka tak sakit hati cintanya di tolak."Nancy, aku pinjam catatanmu, dong," pinta Lala. Mendekati meja belajar milik Nancy.Mereka satu jurusan dan satu kelas. Nancy lebih pintar darinya. Sudah hampir sebulan Lala berada di Inggris.Setiap hari Eni selalu melakukan video call dengan putrinya."Ibu kalau pagi-pagi gak lihat kamu. Pasti mual dan muntah." Ucapannya terdengar manja. Wajah Eni khas bangun tidur langsung mengubungi sang anak."Kayaknya, debaynya mirip Lala." Terkekeh menatap sang ibu yang terlihat sedikit merajuk."Lala, ibu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status