Home / Romansa / Tergoda Hasrat Ayah Mantanku / Bab 4: Jadilah Sugar Baby-ku

Share

Bab 4: Jadilah Sugar Baby-ku

last update Last Updated: 2025-09-08 15:29:35

“Tidak mungkin aku tidur dengan Paman!” suara Klara meninggi dan gemetar di ujung kata. Napasnya tersengal, wajahnya memanas oleh panik dan rasa tidak percaya.

“Paman adalah ayahnya Patryk, itu tidak mungkin,” ulangnya lagi dengan suara parau, seperti orang yang mencoba menolak kenyataan paling menyesakkan dalam hidupnya.

Adrian hanya duduk bersandar di kursi kerjanya, satu tangan menopang dagu menatap gadis di hadapannya dengan tenang.

Tatapan itu bukan tatapan penyangkalan—melainkan pengakuan yang tidak perlu lagi diucapkan. Senyum tipis muncul di sudut bibirnya, cukup untuk membuat jantung Klara semakin berdegup kacau.

“Akulah yang bersamamu semalam, Klara,” tegas Adrian dengan nada serak, berat, dan dalam. “Apa perlu kita ulangi agar kau benar-benar ingat?”

Pertanyaan itu menusuk langsung ke pusat kesadaran Klara. Tubuhnya langsung tegang mendengarnya.

Seketika kulitnya meremang dan dingin, tapi pangkal pahanya berdenyut halus di antara rasa takut dan ingatan samar akan kehangatan yang pernah menguasainya.

“I-ini salah, Paman,” lirih Klara. Ia menggeleng dengan keras, masih berpikir jika semua itu tidak nyata. “Aku … aku mabuk berat semalam. Aku tidak bermaksud menggoda Paman Adrian. Bisakah kita lupakan saja kejadian itu?”

“Melupakannya?” ulang Adrian dan suaranya tiba-tiba berubah menjadi dingin.

Wajahnya menegang, kedua matanya menatap tajam seperti ingin menembus pertahanan gadis di depannya.

“Bagaimana kalau kau hamil?” tanyanya nyaris berbisik, tapi justru membuat tubuh Klara merinding. “Kau tahu, Klara, kita tidak hanya melakukannya sekali. Dan aku tidak menggunakan pengaman apa pun.”

Tubuh Klara sontak bergetar. Ia menatap Adrian tanpa mampu berkata. Bayangan malam itu kembali berkelebat—desahan, tangan, sentuhan, dan panas tubuh asing yang membuatnya tak berdaya.

“Tidak,” bisiknya lirih, setengah histeris.

Akal sehatnya berontak, tapi perasaan tubuhnya justru menolak menepis kenangan yang terasa terlalu nyata. Putus dari anaknya, lalu berakhir di pelukan sang ayah? Dunia seperti sedang mempermainkannya.

“Tidak, Paman. Usia kita jauh berbeda. Lagipula, Paman adalah ayahnya Patryk!” ucapnya dengan tegas. “Bagaimana mungkin aku menjalin hubungan denganmu?”

Adrian menatapnya dengan lekat. Tatapannya tidak sekadar memandang—dia menelanjangi, mengupas, dan menghancurkan setiap lapisan logika Klara.

Tanpa menjawab, dia membuka laci kerjanya lalu melemparkan beberapa foto ke atas meja.

“Patryk sudah lama mengkhianatimu,” ucapnya datar, namun ada bara tersembunyi di nada suaranya. “Mereka berdua sering check in tanpa sepengetahuanmu.”

Klara membeku. Ia menatap foto-foto itu—Patryk dan Claudia tersenyum di lobi hotel, tangan mereka saling bertaut.

Mulut Klara terbuka lebar, dadanya terasa sesak. “Dari mana Paman dapat ini?” tanyanya, suaranya serak dan bergetar.

Adrian mencondongkan tubuhnya ke depan. “Itu hal yang sangat mudah, Klara.”

Matanya menatap lurus, sorot dingin bercampur sesuatu yang tak bisa ia definisikan—keinginan, mungkin.

“Sekarang, apa yang akan kau lakukan?” lanjutnya, suaranya menurun seperti godaan. “Kau masih mau diam, atau punya rencana lain?”

Klara mengepalkan tangannya. “Tentu saja aku ingin balas dendam, Paman! Aku ingin membuat Patryk menyesal karena sudah selingkuh!”

Matanya memerah dan ibirnya bergetar menahan amarah. “Aku ingin dia tahu bagaimana rasanya dihancurkan!”

Adrian berdiri perlahan, tubuhnya menjulang tinggi, bayangannya menutupi separuh cahaya ruangan.

“Balas dendam seperti apa yang ingin kau lakukan, hm?” tanyanya dengan suara serak nan dalam.

Nada itu membuat kulit Klara merinding. Ia menelan ludah keras-keras. “Selama ini dia hanya memanfaatkanku,” suaranya melemah. “Claudia bilang aku tidak menarik, tidak pantas dibawa ke pesta, dia membuatku terlihat hina!”

Adrian mendengarkan tanpa menyela, tapi bola matanya menajam saat Klara berteriak lirih, “Sial! Selama ini aku telah ditipu oleh anakmu, Paman! Aku ingin membuatnya menyesal, apa pun caranya!”

Keheningan menggantung di udara.

Adrian melangkah perlahan mengitari meja lalu menatap Klara dengan lekat.  “Aku bisa membantumu,” katanya tiba-tiba.

Klara mendongak dengan mata membulat. “Membantuku?”

“Ya,” Adrian berhenti tepat di depannya hingga jarak mereka kini hanya sejengkal. Udara di antara mereka berdenyut, panas, padat oleh sesuatu yang tak terucap.

“Jadilah sugarbaby-ku dan tunjukkan pada Patryk kalau kau lebih bahagia denganku.”

Kata-kata itu menghantam Klara seperti sambaran petir. Wajahnya pucat dan lututnya hampir lemas. “Apa Paman gila?!” suaranya meninggi, tapi terdengar lebih seperti kepanikan yang disamarkan.

Adrian hanya tersenyum kecil, nyaris tak terlihat, lalu melangkah semakin dekat hingga gadis itu bisa mencium aroma khas cologne-nya yang pekat dan maskulin.

“Tidak,” ucapnya rendah. “Aku justru ingin menyelamatkanmu.”

Jemarinya terulur, menyentuh dagu Klara dengan lembut, mengangkat wajah gadis itu agar menatapnya. Sentuhan itu ringan, tapi membuat detak jantung Klara berlari liar.

“Kau bisa balas dendam,” lanjutnya, suaranya rendah dan berat, menekan setiap kata dengan penuh kontrol. “Dan aku bisa bertanggung jawab atas kesalahan kita semalam.”

Nada pada kata kesalahan terdengar ambigu—antara penyesalan dan godaan yang mengundang dosa.

Namun yang Klara lihat di mata pria itu bukan rasa bersalah. Yang dia lihat adalah hasrat. Hasrat yang terlalu berani untuk seorang pria seusia Adrian.

“Bagaimana, Klara?” suara itu memanggilnya lagi, lembut tapi menguasai.

Pria itu kini berdiri tepat di hadapannya, tatapan tajamnya menelusuri setiap detail wajah Klara, dari mata yang basah hingga bibir yang bergetar.

Klara tak bergerak. Dunia seperti berhenti.

Adrian mencondongkan tubuhnya sedikit, suaranya turun menjadi bisikan yang nyaris sensual.

“Jadilah sugarbaby-ku, Klara,” ujarnya pelan, jemarinya menyapu pipi gadis itu dengan lembut. “Aku akan berikan apa pun yang kau mau.”

Sentuhannya membuat napas Klara tercekat. Kulitnya merinding. Tubuhnya menolak tapi matanya tak bisa berpaling.

“P-Paman, aku ….”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Terima aja klara, lebih enak itu cintai dengan royal daripada mencintai yang selalu merujung dimanfaatkan
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
wow sugar baby hemmm baru ini ada bapak yang mendukung mantan pacar anaknya buat balasdendam sambil nyelam minum air ya paman Adrian
goodnovel comment avatar
Icha Qazara Putri
Terima Klara, kamu kan ingin balas dendam, Adrian bisa membantumu untuk membalas kan dendam mu ke Patryk dan Claudia..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Tergoda Hasrat Ayah Mantanku   Bab 76: Bukan Orang Baru

    Suasana malam yang tadinya tenang di balkon villa itu kini berubah tegang dalam sekejap.Klara masih berdiri di tempat dengan tubuh membeku, mencoba memahami ucapan terakhir Adrian yang terdengar begitu berat.Namun sebelum sempat dia bicara, Adrian bangkit dari duduknya dengan langkah cepat, wajahnya menegang, dan suara telepon masih terdengar samar dari genggamannya.“Siapa?” tanyanya tajam ke arah ponsel, suaranya mengandung nada dingin yang membuat udara seolah ikut menegang. “Apa orang yang selama ini kita curigai?”Di seberang sana, suara Alex terdengar berat. “Ya, sepertinya begitu. James. Pengusaha yang dulu pernah konflik denganmu itu.”Nama itu langsung membuat rahang Adrian mengeras. Ia melangkah ke tepi balkon, menatap langit gelap, lalu mengembuskan napas kasar. “James? Astaga ... kenapa dia lagi?”Alex menjawab dengan nada yang terdengar ragu, “Aku juga heran, Adrian. Bukankah kasusmu dengan dia sudah selesai lima tahun lalu? Waktu itu, dia bahkan menandatangani perjanji

  • Tergoda Hasrat Ayah Mantanku   Bab 75: I Need You

    “Tommy, atur meeting dengan Alex tanpa aku. Dua hari ke depan aku off dari semua jadwal,” ucapnya tegas.Klara yang tengah merapikan koper kecilnya menoleh perlahan dengan kening berkerut. Dua hari? Itu bukan waktu yang singkat.Biasanya Adrian tidak bisa jauh dari kantor lebih dari beberapa jam, bahkan saat demam pun dia masih sempat memeriksa laporan.“Aneh,” gumamnya dengan pelan.Tak lama, Adrian menutup panggilannya, lalu meletakkan ponsel di meja dan menatap Klara yang berdiri di sana, menatapnya dengan bingung. Tatapan itu membuatnya tersenyum samar.“Tanyakan saja kalau ada yang ingin ditanyakan,” ujarnya ringan sambil meraih jaket kulitnya.Klara menyilangkan tangan di dada menatap Adrian. “Aku hanya ingin tahu, kita mau ke mana?” tanyanya dengan nada setengah curiga.Adrian tersenyum tanpa menjawab langsung, lalu menepuk lembut pundaknya. “Kejutan. Tapi yang jelas, aku ingin kita berdua saja. Tidak ada panggilan kerja, tidak ada rapat, tidak ada email. Dua hari penuh untuk k

  • Tergoda Hasrat Ayah Mantanku   Bab 74: Tak Menyangka Dia ada di Sini

    Cahaya matahari menembus tirai jendela yang setengah terbuka, menyentuh wajah seorang pria yang masih terbaring lemas di ranjangnya.Udara pagi bercampur aroma kopi dan roti panggang menyusup lembut ke dalam kamar, memaksa kelopak mata Adrian yang berat untuk perlahan membuka.Ia mengerjap beberapa kali, berusaha menyesuaikan pandangannya dengan cahaya yang masuk.Kepalanya terasa berat seperti dipukul benda tumpul, dan tenggorokannya kering seperti padang pasir. Dengan geraman pelan, ia menepuk dahinya sendiri.“Sial …,” gumamnya serak. “Aku pasti mabuk berat semalam.”Ia menegakkan tubuh perlahan dan mengusap wajah dengan kedua tangannya, lalu menarik napas dalam.Di sela pening yang masih menggantung, hidungnya menangkap aroma yang begitu familiar, aroma masakan rumahan, hangat dan menenangkan.Dahi Adrian berkerut. Siapa yang masak di apartemenku pagi-pagi begini?Ia menurunkan kakinya dari ranjang, lalu melangkah gontai keluar kamar.Setiap langkah terdengar berat dan malas, hing

  • Tergoda Hasrat Ayah Mantanku   Bab 73: Kalah oleh Satu Perempuan

    Lampu-lampu kota berpendar di balik kaca mobil yang melaju pelan di antara gerimis tipis malam itu.Hujan baru saja reda, meninggalkan aroma tanah basah yang samar menembus kabin.Dari kursi belakang, Alex mendengar suara berat, parau, dan berantakan—suara yang sudah terlalu sering ia dengar dalam keadaan seperti ini.“Kla ... ra ….” Adrian bergumam, nadanya lirih namun penuh kerinduan yang menyayat.Alex menatapnya dari kaca spion lalu menggeleng lemah. “Astaga, Adrian. Kau benar-benar tidak berubah. Setiap kali jatuh cinta, kau seperti orang kehilangan akal.”Di kursi belakang, Adrian bersandar dengan mata setengah terbuka. Dasi di lehernya terlepas, kemejanya kusut, dan aroma alkohol begitu kuat memenuhi udara. Matanya yang merah menatap kosong ke luar jendela.“Kau tahu, Alex ... dia itu ... luar biasa,” ucap Adrian dengan suara serak, nyaris seperti gumaman. “Klara ... dia ... seperti cahaya di hidupku. Tapi kenapa ... dia masih ragu padaku?”Alex menghela napas berat sambil mena

  • Tergoda Hasrat Ayah Mantanku   Bab 72: Harapan Alana untuk Klara

    Waktu sudah menunjuk angka lima sore ketika Klara tiba di rumah sang mama—Alana.Klara menatap sekeliling rumah yang sudah lama tak ia kunjungi. Aroma khas kayu tua dan wangi melati dari vas di meja mengingatkannya pada masa kecilnya. Suara langkah kaki membuatnya menoleh.“Klara?” suara lembut itu terdengar begitu akrab disertai sedikit nada tak percaya.Klara berbalik. Di ambang pintu, berdiri seorang wanita yang tengah menatapnya penuh haru.“Mama,” ucap Klara pelan sebelum bibir Alana tertarik dalam senyum yang penuh rindu.Alana melangkah cepat, memeluk putrinya dengan erat. “Akhirnya kau pulang juga, Nak. Mama pikir kau benar-benar sudah melupakan rumah ini.”Klara terkekeh kecil sambil membalas pelukan itu. “Aku hanya butuh waktu, Ma.”“Waktu untuk apa?” tanya Alana sambil menatap wajah Klara dengan penuh keingintahuan. “Waktu untuk sembuh, atau waktu untuk lari dari sesuatu?”Klara menghela napas kasar. “Mungkin dua-duanya.”Mereka lalu duduk di ruang tamu. Alana menuangkan te

  • Tergoda Hasrat Ayah Mantanku   Bab 71: Aku juga Butuh Waktu

    Pagi itu, langit kota tampak cerah dan menyilaukan, tapi suasana hati Klara justru mendung.Di tangannya tergenggam segelas kopi panas yang sudah dingin sebelum sempat dihabiskan.Langkahnya melangkah menyusuri koridor Wijck Group dengan pandangan kosong, melewati barisan karyawan yang sibuk dengan rutinitas mereka masing-masing.Sudah tiga hari Adrian tak memberi kabar apa pun sejak panggilan terakhir mereka. Tidak ada pesan, tidak ada telepon, bahkan tanda-tanda keberadaannya pun lenyap.Ia hanya menerima kabar dari Alex bahwa Adrian masih di luar negeri mengurus proyek yang bermasalah. Tapi, rasa rindu dan cemas yang menumpuk di dada Klara tak bisa ia redam begitu saja.Namun, langkahnya mendadak terhenti.Sosok tinggi dengan setelan jas gelap itu baru saja keluar dari ruang meeting bersama beberapa petinggi perusahaan.Senyum tipis terlukis di wajah pria itu—senyum yang selama ini membuat jantung Klara berdetak tak beraturan. Adrian Wijck.Ia sudah pulang.Tapi, kenapa pria itu bi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status