Home / Romansa / Tergoda Hasrat Ayah Mantanku / Bab 3: Padahal Semalam Sangat Agresif

Share

Bab 3: Padahal Semalam Sangat Agresif

last update Last Updated: 2025-09-08 15:29:30

Ia hanya menatap ke arah Klara, meski seluruh penjuru ruangan mengamati mereka. “Datanglah ke ruanganku segera.”

Dipandang seperti itu oleh Adrian, jantung Klara sontak berdegup kencang.

Setelahnya, Adrian pergi tanpa membiarkan penjelasan lebih lanjut. Klara mengerjap, diikuti teman-teman dan juga supervisornya yang kebingungan.

“Apa Paman Adrian tahu kalau aku menatapnya kesal, tadi?” batin Klara.

Namun ada satu hal yang mengganggunya. Tatapan Adrian tadi … kenapa mengingatkannya pada tatapan pria yang menyentuhnya semalam?

“Lihatlah, dia pasti akan kena tegur dengan Tuan Adrian.”

“Baguslah! Dia memang tidak cocok berada di sini!”

Cemoohan itu terdengar sayup-sayup di telinga Klara.

Alih-alih khawatir diceramahi karena pakaiannya, Klara lebih takut jika Adrian bertanya perihal hubungannya dengan Patryk.

Pria itu sungguh tidak tahu malu. Ia masih terus menghubungi Klara. Puluhan pesan dan panggilan bertubi masuk bergantian.

Namun, Klara bukan gadis bodoh yang mau memaafkan kesalahan sebesar perselingkuhan.

Mengesampingkan kalimat sinis karyawan, juga rasa enggan untuk membuat Adrian menunggu, Klara terpaksa menyeret kakinya menuju ruangan sang CEO.

Ia sudah bertekad, jika Adrian memanggilnya untuk memaksa ia memperbaiki hubungan dengan Patryk, maka dia akan langsung menolak detik itu juga.

Bahkan jika kegiatan pekerjaannya yang harus dia korbankan.

“Permisi,” ujarnya yang langsung disahuti Adrian untuk masuk.

Masih dalam kondisi berdiri di hadapan pria itu, ia bertanya, “Ada yang ingin disampaikan, Tuan?”

“Selamat ulang tahun, Klara,” ujar Adrian. “Jangan panggil aku dengan embel-embel ‘Tuan’. Kita akan bicara bukan soal pekerjaan.”

Wajah pria itu tidak tersenyum, tetapi ada sesuatu hal yang berbeda dari cara dia melihat Klara. Seperti ada binar meski masih agak tertahan.

“Terima kasih, tapi aku tidak ingin diingatkan pada momen ulang tahun paling buruk yang pernah aku alami, Paman.” Klara mendengus. Ia berusaha ramah, meski tidak bisa.

“Apa ini soal Patryk?” Kedua alis Adrian menukik. Dua tangannya menyatu dengan bertumpu siku di atas meja.

“Kurasa Paman sudah tahu apa yang pria itu lakukan!” Raut wajah Klara memerah. Letupan emosi kembali terlihat saat dia ingat perselingkuhan semalam.

“Dan kalau Paman mau membujukku untuk memaafkannya, aku tidak akan sudi!”

“Tidak akan, Klara. Kau pantas meninggalkannya.” Gantian, kini Adrian yang tersenyum kecut.

Setelahnya, dia mengambil sesuatu dari laci meja dan memperlihatkannya pada Klara. “Aku menyelidikinya. Mereka sudah berhubungan lama di belakangmu.”

Klara melangkah. Ia meletakkan ponselnya di atas meja, lalu mengambil satu per satu foto yang Adrian taruh di meja.

Giginya gemeretak saat melihat betapa rapi Patryk menyembunyikan hubungan menjijikkannya dengan Claudia selama ini.

Pemandangan itu tidak luput dari pengamatan Adrian yang jeli. “Apa aku menyakitimu semalam?” ujar Adrian tiba-tiba.

Langkah Klara berhenti dan memutar lagi tubuhnya menatap Adrian. “Maksud Paman?” Kerung di dahinya tercetak jelas.

“Kau terlihat menahan sakit saat berjalan, Klara,” terang Adrian lagi.

“Ke-kenapa Paman tahu?” tanya Klara bingung.

“Kau melupakannya?” Adrian terpekur sejenak sebelum memicingkan mata.

“Bajumu masih sama seperti semalam—Ah, aku ingat. Bukankah aku merobeknya di sana?” tunjuk pria itu ke arah dada.

Klara menegang! Dressnya di bagian dada memang robek sedikit.

Namun, bagaimana Adrian bisa tahu sedetail itu, padahal Klara sudah menutupinya dengan jaket hingga rapat?!

Tidak kunjung ada jawaban dari Klara, membuat Adrian semakin tertantang.

“Kau terlihat begitu terkejut.” Ia tersenyum sesaat sebelum kembali menatap Klara.

“Padahal semalam kau begitu agresif sampai membuatku nyaris kewalahan.”

Suara Adrian yang berat dan dalam, membuat Klara semakin meremang.

Tubuhnya terasa dingin, tetapi keringat sebiji jagung mulai muncul di pelipis gadis itu. “M-maksud Paman, apa?” cicitnya pelan.

“Di sana ….” Adrian menunjuk ke arah dada Klara. “Apakah ada bekas kemerahan? Kurasa aku terlalu buas bermain di area itu.”

Di hadapannya, Klara sudah tidak sanggup berkata-kata. Bayangan semalam, saat dia menghabiskan malam panas dengan pria tampan yang begitu membuainya tiba-tiba menyela.

Suara Adrian, persis seperti suara pria semalam.

Perkataan Adrian yang sangat tepat bisa menyebutkan bekas kemerahan akibat kebuasan semalam, benar-benar meyakinkan bahwa memang ialah si pria semalam.

Wajah Klara kian pucat. Ia menggelengkan kepala. “Tidak mungkin!” Klara terhuyung. “Jadi, semalam ….”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tergoda Hasrat Ayah Mantanku   Bab 9: Bukan Simpanan, Tapi ....

    Pagi itu, kantor pusat Wojcik Group tampak seperti biasa: sibuk, penuh karyawan yang berlalu-lalang dengan tumpukan berkas, suara langkah sepatu, dan bunyi pintu lift yang terus berdenting.Klara berjalan dengan cepat menuju meja kerjanya sembari mencoba menata diri. Malam sebelumnya masih membekas di kepalanya, bagaimana Adrian hampir saja mencium bibirnya, lalu diselamatkan oleh dering telepon.Wajahnya merona setiap kali bayangan itu kembali. Ia menggeleng, berusaha mengusir rasa kacau yang mengganggu konsentrasinya.“Ah, sial! Aku tidak bisa melupakan malam itu lagi,” gerutunya pada dirinya sendiri.Belum sempat dia duduk, suasana kantor mendadak tegang. Beberapa staf saling melirik dan berbisik-bisik. Klara mengikuti arah pandangan mereka—Patryk.Pria itu berdiri tegak di lobby kantor mengenakan setelan jasnya rapi, tapi sorot matanya penuh amarah.Ia berjalan cepat seolah siap menerobos ke ruangan CEO. Dan benar saja, tanpa basa-basi, Patryk langsung menuju pintu ruangan Adrian,

  • Tergoda Hasrat Ayah Mantanku   Bab 8: Akan Terus Merayu Klara

    “Ak-aku ….” Klara menelan ludahnya mendengar bisikan Adrian yang berhasil membuat degup jantungnya semakin kencang. Klara tak sanggup berkata lagi karena tubuhnya sudah lebih dulu tegang. “Kenapa wajahmu tegang sekali?” suara baritonnya pecah dalam keheningan sehingga terdengar begitu rendah dan menggetarkan. Klara kembali menelan ludahnya dengan susah payah. “Jangan bicara tentang malam itu lagi, Paman—”“Just call me Adrian. Kita sudah resmi jadi sepasang kekasih, bukan? Kenapa kau masih memanggilku dengan embel-embel itu?” bisiknya dengan wajah yang begitu dekat menatap Klara. Klara menghela napasnya lalu mengangguk pasrah. “Baiklah, Adrian. Jangan bahas soal malam itu lagi.”Bukannya merespon, Adrian justru menggeser tubuhnya dan mendekat hingga jarak mereka hanya tinggal helaan napas. Aroma parfumnya yang maskulin menyergap indera Klara hingga membuatnya sulit bernapas. Tangan Adrian nyaris menyentuh punggung tangannya, namun Klara dengan cepat menarik diri.“Aku hanya ingin

  • Tergoda Hasrat Ayah Mantanku   Bab 7: Ingin lebih dari Ini?

    Ruangan VIP itu jauh dari hiruk pikuk pesta. Lampu redup, aroma kayu manis dari lilin aromaterapi memenuhi udara, menenangkan sekaligus memancing detak jantung yang tak menentu.Musik lembut dari grand piano di sudut ruangan terdengar samar, seakan menjadi saksi bisu bagi gejolak yang sebentar lagi meledak.Klara duduk di sofa kulit berwarna marun, tubuhnya masih tegang. Gaun putihnya yang anggun kini terasa terlalu sesak di dada.Tangannya meremas ujung roknya, matanya menatap kosong pada permukaan meja kaca di depannya.Adrian menuangkan minuman ke dua gelas kristal. Cairan amber berkilau terkena pantulan cahaya lampu. Gerakan pria itu tenang, elegan, dan menghipnotis.“Minumlah.” Adrian menyodorkan satu gelas pada Klara. Suara baritonnya lembut, tapi penuh perintah.Klara menoleh dan menatap gelas itu sebentar, lalu menerimanya.Ia meneguknya perlahan, membiarkan rasa hangat alkohol merambat ke tenggorokannya. “Aku … masih tidak percaya, Paman,” ucapnya lirih.Adrian mengangkat ali

  • Tergoda Hasrat Ayah Mantanku   Bab 6: Dendam Patryk

    Suasana pesta yang semula riuh dengan musik jazz dan tawa ringan para tamu mendadak menjadi tegang. Beberapa kepala mulai menoleh ke arah mereka.Tatapan mata para undangan yang semula hanya mengagumi penampilan Adrian dan Klara kini berubah penuh rasa ingin tahu.Ada yang berbisik, ada yang saling menyikut, bahkan ada yang diam-diam mengangkat ponsel untuk merekam.Klara merasakan degup jantungnya menggema di telinga. Ia tidak pernah menyangka akan ada drama seperti ini di depan publik.Tangannya yang tadi sempat digenggam kasar oleh Patryk masih terasa berdenyut.Namun genggaman protektif Adrian yang kokoh membuatnya seolah berada di benteng yang tak tergoyahkan.“Lepaskan dia, Son!” suara Adrian meninggi, begitu tajam hingga membuat beberapa pelayan tertegun di tempat.Tatapan matanya dingin, menusuk, penuh ancaman.Patryk, dengan wajah merah padam, tidak juga melepaskan Klara. “Dad, kau sudah gila! Dia itu mantan kekasihku! Bagaimana bisa kau–kau—” suaranya tercekat, nyaris patah

  • Tergoda Hasrat Ayah Mantanku   Bab 5: Kita Sama Gilanya

    “Aku bersedia, Paman.”Katakan Adrian adalah pria gila dan nekad. Akan tetapi, Klara yang berakhir bersedia menjadi sugar baby sang ayah mantan itu sudah sama gilanya.Tatapan mata, sentuhan lembut, dan bahkan suara Adrian membuat Klara seolah tersihir hingga ia dengan mudah menyetujui penawaran itu. Senyum di bibir Adrian seketika merekah mendengar jawaban Klara, “Good girl,” ucap Adrian. Setelahnya, pria itu mengecup bibir Klara dengan cepat.“Bersiaplah, nanti malam ada acara ulang tahun perusahaan. Temani aku, dan jadilah gadis manis yang memesona. Tunjukkan pada Patryk bahwa kau pantas hadir di acara pesta itu.”Sekujur tubuh Klara meremang bukan main. Namun anehnya, ia tidak bisa marah ketika Adrian tadi mencuri kecupan dari bibirnya.Dan puncaknya adalah … ia menuruti Adrian untuk menjelma menjadi gadis yang memesona malam ini.Dengan sebuah backless dress putih yang mengikuti lekuk tubuhnya, Klara tampak sederhana, tetapi anggun.Potongan one-shoulder yang dipadukan dengan ke

  • Tergoda Hasrat Ayah Mantanku   Bab 4: Jadilah Sugar Baby-ku

    “Tidak mungkin aku tidur dengan Paman!” Klara nyaris berteriak saking kagetnya.“Paman adalah ayahnya Patryk, tidak mungkin,” ulangnya lagi seperti orang linglung.Adrian duduk di kursi kerjanya dan menatap Klara dengan sorot mata yang tenang.Tidak ada sedikit pun keraguan atau penyangkalan. Namun, senyum tipisnya justru membuat Klara semakin panik.“Akulah yang bersamamu semalam, Klara,” tegas Adrian lagi. “Apa perlu kita ulangi agar kau ingat?”Seketika, tubuh Klara meremang tak karuan. Pangkal pahanya pun berdenyut, membayangkan hubungan tabu yang mereka lakukan semalam.“I-ini salah, Paman.” Klara menggelengkan kepalanya. Matanya sudah mengembun, karena didera panik.“Maafkan aku. Aku mabuk berat semalam. Aku tidak bermaksud menggoda Paman Adrian. Bisakah kita lupakan saja kejadian semalam?”“Melupakannya?” ulang Adrian. Wajahnya mengeras. Ia tampak tidak setuju.“Bagaimana kalau kau hamil? Kau tahu … kita tidak hanya melakukannya sekali, dan aku tidak menggunakan pengaman apa pu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status