Share

Rise

Tidak ada yang berubah dari Rise. Sekian tahun lamanya meninggalkan sebuah tempat yang penuh kenangan. Marlo menatap plang coffee shop itu dua kali, semuanya masih sama, hanya saja warna putihnya sudah berubah menjadi putih gading. Sambil mendorong pintu dengan sebelah tubuh, matanya kini meraba penghuni Rise dari sudut ke sudut, dari satu meja ke meja lainnya.

Jumlah meja yang bertambah membuat ruangan terasa semakin sempit. Kini di setiap meja diletakan satu buah vas bening kecil berisi setangkai bunga, didampingi dengan satu kubus kayu kecil bernomor.

Mesin kopi ganti dan tambahan beragam bentuk gelas. Marlo menyadarinya, dia hafal betul Rise dulu memakai sebuah mesin kopi berukuran kecil, berwarna hitam. Sekarang di tempat diletakannya mesin itu, berdiri gagah mesin kopi yang lebih besar berwarna silver dengan paduan warna merah metalik. Manual grinders kayu di sampingnya juga sudah tidak ada lagi. Bukan soal desain interior Rise, tetapi segalanya telah berubah. Dalam benaknya, Marlo mengingat banyak kenangan bersama cewek berambut panjang dan tidak menyukai kopi.

“Berapa orang?” Seorang pelayan menghampiri sambil membimbing tamunya itu ke sebuah meja kecil di sisi kiri. Tidak jauh dari letak mesin kopi.

Marlo tersenyum. “Satu aja.”

Sebelum pelayan itu sibuk mencarikan tempat untuknya Marlo melanjutkan, “Ah, dulu di sini ada yang namanya Miftah? Masih kerja di sini nggak ya? Udah lama, sih.”

“Oh, Miftah. Masih, kok, mau saya panggilkan?”

“Nggak, nggak usah. Terima kasih.” Marlo memberi senyum lebar. “Vanilla latte satu ya.”

“Panas atau dingin?”

“Panas.”

“Ditunggu ya, Kak.” Pelayan itu segera pergi ke balakang meja barista, berbisik kecil pada rekannya.

Marlo kembali menatap satu demi satu sudut yang menurut ingatannya tidak banyak berubah dari terakhir ia datangi. Aroma kopi dan suara mesin espresso nyaring terdengar. Dari dalam Rise, terlihat jalanan yang cukup padat. Jendela coffee shop ini berukuran cukup besar, pemandangan di luar sana bisa terlihat dari dalam dan juga sebaliknya.

“Hai.” Suara sapaan seorang wanita membuyarkan pandangan Marlo. Untuk sesaat hatinya berdebar tidak karuan. Kepalanya menoleh ke sana ke mari, mencari sumber suara. Setelah memastikan siapa pemilik suara itu, Marlo menggelengkan kepala.

Bodoh. Marlo menahan tawa.

Bagaimana bisa ia tiba-tiba mengingat Ailaa dan berpikir bahwa cewek itu sedang menghampirinya. Seperti sekian tahun lalu. Marlo mengingat bagaimana Ailaa menolak mentah-mentah bila ia menawarkan diri untuk menjemputnya. Ailaa tidak suka membuang-buang waktu, menurutnya jasa yang ditawarkan Marlo tidak efisien. Apalagi arah rumah Marlo dan Ailaa yang berlawanan. Satu di Barat, satu di Timur.

Setelah segelas vanilla latte sampai di hadapannya, Marlo meneguk perlahan. Perasaan asing dan bingung mulai ia rasakan. Segera menghabiskan kopi dan memutuskan kembali pulang. Sebelum meninggalkan Rise, ia mengecek ponsel dan mengetik sebuah kalimat pada kolom chat.

Marlo Wicaksana: Sibuk?

Tidak butuh waktu lama, satu pesan chat masuk.

Ailaa Leswara: Nggak, kok. Kenapa?

Marlo Wicaksana: Ikut reuni, kan? Let’s meet up!

Marlo membayar kopinya. Dia tetap menggenggam ponsel di tangan, berharap Ailaa memberi balasan seperti apa yang ia harapkan. Ponselnya bergetar, hanya satu kata yang tertulis di sana dan membuat perasaannya tidak nyaman.

Ailaa Leswara: Maybe.

Apa sampai sekarang dia masih marah? Marlo bertanya dalam hatinya. Mungkin saja Ailaa tidak mau ikut reuni karena tidak mau bertemu dengannya. Atau mungkin Ailaa saat ini sudah sibuk dengan kehidupan barunya. Tiba-tiba Marlo tersadar akan sesuatu. Apa dia sudah menikah dan berkeluarga? Pikiran Marlo berusaha mengingat kabar-kabar mengenai tema-temannya selama beberapa tahun terakhir. Dia tidak pernah mendengar tentang kabar Ailaa, termasuk kabar mengenai pernikahan semacamnya.

Setelah membuka pintu Rise dan melangkah ke luar, ingatan Marlo membawanya ke kenangan sederhana bersama Ailaa. Bagaimana saat pertama kali mereka menemukan coffee shop ini dan bagaimana mereka menjadikannya sebagai tempat favorit mereka berdua.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status