Home / Urban / Tergoda Pesona Ibu Mertua / Bab 101. Pembalasan akhir

Share

Bab 101. Pembalasan akhir

last update Last Updated: 2025-05-12 11:05:18

Pagi tiba, dan Alex masih belum merespon apapun, membuatku berharap dia mundur, tapi aku tidak lengah.

Aku tetap jalankan misi: membongkar perselingkuhannya dan bisnis ilegalnya.

Di kantor, suasana sibuk—hari ini hari terakhir Claire, Laurent, dan Pierre di Indonesia. Aku selesaikan desain iklan terakhir, dan semua mengagumiku.

“Raka, ini luar biasa! Beberapa klien baru menawarkan kerja sama setelah melihat hasil kerjamu,” kata Alicia, tersenyum bangga.

Aku tersipu malu, hatiku merasa senang, kerja kerasku selama ini membuahkan hasil.

Siang ini, Claire dan teman-temannya datang, memeriksa desainku yang terakhir.

“Raka, kamu membuat kami bangga dengan hasil karyamu. Proyek iklan kita tidak terasa sudah selesai, nanti kami akan kembali ke Paris." kata Claire, memelukku singkat.

Aku berbisik, “Jaga dirimu, Claire. Sampaikan salamku untuk Ayah dan Ibu juga Lila.”

Dia mengangguk, matanya penuh dukungan. Merekapun pergi untuk bersiap-siap mempersiapkan kepulangan mereka ke Paris.

Rencanan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 102. Sandiwara terakhir, desahan mertuaku

    Hari demi hari terus berlalu seperti kabut yang menyelimuti Jakarta, cepat namun penuh ketegangan. Aku selalu waspada, memeriksa spion motorku setiap beberapa menit, menghindari jalan sepi, dan merasakan pisau lipat di saku jaketku. Aku berharap tidak pernah menggunakannya, tapi dunia ini mengajarkanku untuk selalu siap dan waspada.Bersama Alicia, aku terus memantau gerak-gerik Alex, tapi dia tetap diam, seperti hantu yang mengintai dalam bayang-bayang, menunggu momen sempurna untuk bergerak.Aku bekerja sama dengan orang-orang Ayah, tim yang menyelidiki gudang Alex. Bukti transaksi ilegal mulai terkuak—penyelundupan obat terlarang dan minyak mentah—tapi datanya masih mentah, butuh waktu untuk menyempurnakannya. Aku sabar, tahu momen besar sudah di depan mata: ulang tahun Tiara, besok.Tiara merencanakan pesta mewah di restoran elit di pusat kota, mengundang rekan kerjanya, termasuk Alex. Mama Siska menasihatinya, suaranya lembut namun tegas, “Tiara, lebih baik di tabung saja uangny

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 101. Pembalasan akhir

    Pagi tiba, dan Alex masih belum merespon apapun, membuatku berharap dia mundur, tapi aku tidak lengah.Aku tetap jalankan misi: membongkar perselingkuhannya dan bisnis ilegalnya. Di kantor, suasana sibuk—hari ini hari terakhir Claire, Laurent, dan Pierre di Indonesia. Aku selesaikan desain iklan terakhir, dan semua mengagumiku. “Raka, ini luar biasa! Beberapa klien baru menawarkan kerja sama setelah melihat hasil kerjamu,” kata Alicia, tersenyum bangga.Aku tersipu malu, hatiku merasa senang, kerja kerasku selama ini membuahkan hasil.Siang ini, Claire dan teman-temannya datang, memeriksa desainku yang terakhir.“Raka, kamu membuat kami bangga dengan hasil karyamu. Proyek iklan kita tidak terasa sudah selesai, nanti kami akan kembali ke Paris." kata Claire, memelukku singkat.Aku berbisik, “Jaga dirimu, Claire. Sampaikan salamku untuk Ayah dan Ibu juga Lila.”Dia mengangguk, matanya penuh dukungan. Merekapun pergi untuk bersiap-siap mempersiapkan kepulangan mereka ke Paris.Rencanan

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 100. Goyangan atasanku

    Entah kenapa rasanya semakin tegang, tidak ada kata yang terucap. Aku memperhatikan Alicia yang tingkahnya tidak bisa diam. Dia membuka kancing bajunya, sampai belahan dadanya terlihat jelas. "Raka, apa kamu tidak merasa gerah?" tanyanya menggoda, tapi tetap berwibawa."I-iya Bu, eh Alicia." jawabku gelagapan.Dia berdiri dan duduk di lahunanku, lalu tangannya meraba dadaku "Kenapa kamu jadi gugup? Bukan baru pertama kali kan? Sepertinya situasinya mendukung, aku ingin menghangatkan tubuhku." Aku menelan ludah, buah dadanya tepat di depan mataku. Aroma parfum mahal dan aroma tubuhnya, menusuk hidungku. Dia membuka ikatan rambutnya, dia biarkan rambutnya tergerai. Dia sengaja menekan-nekan bagian intiku, pinggulnya bergesekan membuat bagian intiku seketika terbangun.Dia menggigit bibir bawahnya, tatapannya seperti ingin memangsaku. Lalu tanganku dia tuntun, agar meremas buah dadanya. Aku remas dengan gerakan pelan, aku putar-putar dengan jempol tanganku bagian titik dadanya."Sssshh

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 99. Perang di mulai

    Setelah selesai mencetak foto-foto Tiara dan Alex menggunakan printer Reza, aku memilih hanya beberapa foto yang paling penting saja. Foto mereka sedang berpelukan di kafe, Alex menggenggam tangan Tiara di mobil dan beberapa foto lainnya. Aku segera memasukkan fotonya ke dalam tas, takut Reza melihatnya. Untungnya, ada kertas foto di meja, meskipun aku lupa mengguntingnya. Tapi nanti akan aku gunting di kantor. Selain foto, aku punya ide lain: aku ahli dalam mengedit foto dan video, jadi aku akan buat karya spesial untuk Alex, sesuatu yang bikin dia terkejut.Kami sarapan roti bakar dengan selai stroberi, cepat dan sederhana, khas Reza yang selalu dia buat hampir setiap hari katanya.“Pantes lo selalu duluan sampai kantor, Za. Hidup lo nggak ada drama paginya seperti gua,” candaku, dan dia terkekeh, mengangguk. "Eh gak gitu juga, justru gua kesepian selalu sendiri. Makan sendiri, tidur sendiri apa-apanya sendiri kayak lagu Caca Handika." ucapnya tertawa."Bisa aja lu," aku teringat p

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 98. Nonton film biru secara live

    Aku tidak membalas pesan dari Tiara, mungkin disuruh Nayla dan Mama Siska agar aku pulang. Aku mengabaikannya, lalu Nayla dan Mama Siska juga mengirim pesan. Dengan tangan gemetar, aku matikan ponsel, butuh ketenangan tanpa gangguan. Aku tidak ingin mereka semakin khawatir, tapi aku juga tidak sanggup berbicara sekarang.Rumah Reza cukup minimalis dengan cat putih sederhana, walaupun rumahnya masih nyicil, tapi terasa hangat dan nyaman. Aku kagum pada Reza, dia sudah bisa membeli rumah sendiri dari hasil kerja kerasnya.“Mandi dulu, bro. Ganti baju, lo kayak abis lari marathon,” katanya, nyengir, sambil berjalan ke kamarnya.Aku tersenyum kecil, tersentuh dengan kebaikannya. Dari dulu, Reza selalu baik dia selalu ada di saat aku terpuruk.Setelah mandi, aku hendak ke kamar kosong yang biasa kutempati dulu saat menginap, tapi Reza menghentikanku.“Tidur di kamar gua aja, Bro. Lebih nyaman,” katanya, nadanya santai tapi ada ketegangan di matanya. Aku mengerutkan dahi, heran, tapi menur

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 97. Kesabaranku habis

    Aku tiba di rumah pukul sepuluh malam, tubuhku terasa lelah setelah diskusi panjang dengan Claire dan ancaman terbaru Alex. Kalung Dupont di leherku terasa berat, mengingatkanku pada tanggung jawab sebagai pewaris keluarga. Tapi yang mengejutkan, Tiara ada di ruang tamu, duduk di sofa dengan wajah canggung, bukan kebiasaannya menungguku.“Mas, kenapa baru pulang?” tanyanya, nadanya biasa tapi matanya penuh curiga.“Habis meeting,” jawabku singkat, melepas sepatu, berharap dia tidak bertanya lebih.Tapi Tiara berdiri, mendekat, suaranya kini tajam.“Tadi jam tujuh aku lewat kantormu, gerbangnya sudah di tutup. Pedagang soto di depan bilang, kamu sudah pulang dari sore. Meeting di mana, Mas? Sama siapa?” tanyanya, nadanya menuntut.Aku menahan napas, amarah mulai membuncah. Dia, yang selalu membohongiku, berselingkuh dengan Alex, berani menuduhku?“Aku meeting di luar, Ti. Biasa, urusan design iklan,” kataku, berusaha tenang.Tapi Tiara menggeleng, matanya menyipit.“Jangan bohong, Mas.

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 96. Saatnya pembalasan

    Jam makan siang tiba, dan aku bergegas ke ruangan Alicia, membawa paket misterius yang kini terasa seperti bom waktu. Setelah ancaman Alex semalam—foto-foto itu dan serangan di gang—aku tahu ini darinya. Alicia mengunci pintu, wajahnya tegang saat aku membuka paket. Di dalamnya, ada tumpukan foto—aku dan Alicia, tapi wajah kami dicoret-coret dengan tinta merah, seolah penuh dendam.Ada juga kertas dengan tulisan tangan:[“Raka, sebaiknya kamu segera mengundurkan diri dari pekerjaanmu sekarang, atau kalau tidak cepat atau lambat hubunganmu dengan Alicia akan terekspos ke publik.”]Alicia mengepalkan tangan, wajahnya memerah. “Ini keterlaluan! Alex pikir dia bisa main kotor begini?!” serunya, mengambil foto-foto itu dan meremasnya. “Ini nggak cuma nyerang kamu, Raka—nama baikku juga dipertaruhkan! Kalau foto ini disebar, aku bisa kehilangan kredibilitas, apalagi dengan masalah Daniel!”Aku mengangguk, merasa bersalah karena Alicia terseret lebih dalam.“Alicia, biar aku yang atur semuan

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 95. Ancaman baru

    Makan malam selesai, dan suasana rumah terasa hangat dengan canda Nayla dan senyum Mama Siska. Tapi saat kami hendak membereskan bekas makan, tiba-tiba terdengar ketukan keras di pintu depan.“Siapa tamu malam-malam begini?” tanya Mama Siska, tapi aku segera menghentikannya, jantungku berdegup kencang. Setelah pesan ancaman Alex kemarin, mungkin itu ulah Alex dan aku tidak ingin Mama Siska celaka.“Biar aku saja yang membukanya, Ma,” kataku, berjalan ke pintu. Aku membuka pintu secara perlahan, tapi tidak ada siapa-siapa. Jalanan di luar sepi, hanya suara angin dan lampu jalan yang redup.Aku memanggil-manggil, “Halo? Apa ada orang?” tapi tidak ada jawaban.Saat aku hendak menutup pintu, mataku menangkap kotak kecil di lantai, mirip paket ancaman dari Alex di kantor dulu. Tulisan tangan di atasnya bertuliskan namaku.Aku mengambil kotak itu, tanganku gemetar, dan menutup pintunya takut mereka melihatnya. Di dalamnya ada foto-foto—aku dan Alicia, tapi bukan foto biasa. Gambar-gambar

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 94. Permainan di mulai

    Pagi di kantor terasa berbeda saat aku melihat Liana di mejanya, rambutnya terikat rapi, tapi matanya masih menyimpan duka. Sarah mengatakan dia telah kembali setelah ayahnya meninggal, dan aku merasa bersalah karena mengabaikannya akhir-akhir ini.Aku mendekat, suaraku pelan, “Li, kamu baik-baik saja? Aku turut berduka cita atas kepergian Ayahmu.”Dia menoleh, tersenyum kecil, wajahnya terlihat lelah tapi tetap terlihat tegar.“Makasih, Raka. Ayah… tiba-tiba saja pergi. Ayah tekena serangan jantung,” katanya, suaranya gemetar. Dia bercerita bagaimana dia pulang ke kampung halamannya, merawat ibunya yang patah hati, dan menahan tangis di pemakaman sang Ayah. Aku mendengarkan, hati ini begitu tersentuh—kehilangan orang tua pasti sangat berat, dan aku tahu rasanya hidup tanpa keluarga. Selama bertahun-tahun ini aku sendiri, hingga aku menemukan keluargaku. “Aku yakin pasti kamu kuat, Li. Kalau kamu perlu apa-apa, bilang aku aja, ya,” kataku, tulus.Liana mengangguk, matanya berkaca-ka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status