Home / Urban / Tergoda Pesona Ibu Mertua / Bab 156. Tiara yang angkuh

Share

Bab 156. Tiara yang angkuh

last update Last Updated: 2025-06-10 21:07:31

Aku mengangguk, tidak peduli. Aku justru lega bisa lepas dari Tiara. Tapi, aku curiga. Tiara sudah tidak bersama Alex, mungkin karena Alex sudah bangkrut. Entah kenapa aku merasa curiga pada pria itu, mungkin hanya perasaanku saja. Aku mengusir pikiran itu, fokus pada kebebasanku.

“Terima kasih banyak, Pak Faisal. Dari awal sampai akhir, Bapak banyak membantuku,” kataku.

“Sama-sama, Pak Raka. Saya senang bisa membantu, apalagi kita akhirnya bisa menang,” kata Pak Faisal. “Semoga Pak Raka segera dapat kebahagiaan dan jodoh yang tulus.”

“Aamiin, Pak. Terima kasih,” jawabku.

Aku harus ke kantor setelah ini, tapi aku ingin pulang dulu mengambil tas dan membawa motorku. Pak Herdi menawarkan untuk mengantarku, tapi aku menolak. Saat akan ke parkiran, aku panik karena Mama Siska tidak ada. Aku mencarinya, dan ternyata dia di parkiran, sedang berbicara dengan Tiara. Obrolan mereka tampak tegang. Aku buru-buru menghampiri mereka.

“Ayo, Ma, kita pulang!” kataku, mengabaikan Tiara.

Tiara menatap
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 158. Pria mencurigakan

    Aku dan Mama Siska bersiap pergi. Dia tampak memukau dengan dress midi berwarna dusty pink yang lembut, dipadukan dengan cardigan tipis abu-abu dan sepatu flat yang elegan. Rambutnya digerai, bergelombang alami, membuatnya terlihat anggun sekaligus terlihat muda, seperti gadis seusia Nayla. Aku tidak bisa berhenti memandangnya saat kami naik motor.“Kamu cantik banget, Ma,” pikirku, tersenyum sendiri."Kamu bisa saja," mukanya memerah.Aku begitu senang, akhirnya bisa jalan berdua. Sesekali, aku melirik Mama Siska lewat kaca spion. Dia benar-benar terlihat seperti gadis 20 tahunan, tangannya melingkar erat di pinggangku. Aku ingin setiap hari seperti ini, hanya kami berdua, tanpa beban. Angin malam menyapa, membawa aroma wangi parfumnya yang lembut.Kami tiba di kafe di pinggir kota, tempat yang kusebutkan tadi. Aku memarkir motor, lalu kami mencari tempat duduk. Aku memilih meja di area outdoor, dekat balkon yang menghadap pemandangan kota. Dari sini, gemerlap lampu kota terlihat ind

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 157. Dilema

    Aku menarik napas lega. Tidak jadi ke apartemennya hari ini. Tapi, besok pasti sibuk di kantor. Setidaknya, aku bisa pulang lebih awal sekarang. Aku menghidupkan mesin motor, tapi saat hendak pergi, sebuah mobil mewah terparkir di depan. Aku merasa mengenali mobil itu. Liana berlari ke arah mobil, dan seorang pria turun. Mereka tampak mesra, berpelukan.Reza menepuk pundakku, membuatku tersentak. “Kirain lo udah pulang. Kok masih di sini?”Aku masih memandang Liana dan pria itu. “Za, cowok itu siapa?”“Itu yang gua ceritain sama lo. Pacarnya Liana, yang polisi itu,” jawab Reza.Aku terkejut. “Ah, yang bener? Kok gua rasanya pernah ketemu sama orang itu.”“Ketemu di mana? Menurut Sarah, dia polisi kaya raya,” kata Reza.Liana masuk ke mobil, dan mereka pergi. Tiba-tiba, aku teringat. Pria itu sama dengan pria yang bersama Tiara di pengadilan kemarin! Mobilnya sama, aku masih ingat plat nomornya, wajahnya juga sama. Bukannya dia pacarnya Tiara? Aku tidak mungkin salah lihat. Jadi, dia p

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 156. Tiara yang angkuh

    Aku mengangguk, tidak peduli. Aku justru lega bisa lepas dari Tiara. Tapi, aku curiga. Tiara sudah tidak bersama Alex, mungkin karena Alex sudah bangkrut. Entah kenapa aku merasa curiga pada pria itu, mungkin hanya perasaanku saja. Aku mengusir pikiran itu, fokus pada kebebasanku.“Terima kasih banyak, Pak Faisal. Dari awal sampai akhir, Bapak banyak membantuku,” kataku.“Sama-sama, Pak Raka. Saya senang bisa membantu, apalagi kita akhirnya bisa menang,” kata Pak Faisal. “Semoga Pak Raka segera dapat kebahagiaan dan jodoh yang tulus.”“Aamiin, Pak. Terima kasih,” jawabku.Aku harus ke kantor setelah ini, tapi aku ingin pulang dulu mengambil tas dan membawa motorku. Pak Herdi menawarkan untuk mengantarku, tapi aku menolak. Saat akan ke parkiran, aku panik karena Mama Siska tidak ada. Aku mencarinya, dan ternyata dia di parkiran, sedang berbicara dengan Tiara. Obrolan mereka tampak tegang. Aku buru-buru menghampiri mereka.“Ayo, Ma, kita pulang!” kataku, mengabaikan Tiara.Tiara menatap

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 155. Akhir persidangan

    Setelah siap, aku menunggu di ruang tamu, duduk di sofa sambil memeriksa ponsel. Jantungku masih berdegup kencang, memikirkan sidang perceraian yang akan menentukan langkah hidupku selanjutnya. Tak lama, Mama Siska muncul dari kamarnya. Dia tampak memukau, mengenakan blazer navy yang elegan dipadukan dengan rok midi berwarna krem, serta syal sutra tipis yang menambah kesan anggun. Rambutnya ditata rapi dalam sanggul rendah, dan sedikit riasan wajah membuatnya terlihat segar namun tetap sopan.“Kamu cantik banget, Ma,” kataku, tidak bisa menyembunyikan kagum. “Jarang banget lihat kamu berdandan begini. Sekarang terlihat beda.”Mama Siska tersenyum malu, pipinya sedikit merona. “Kamu bisa saja, Raka. Pak Herdi belum datang?”“Katanya lagi di jalan, Ma. Tadi meneleponku, katanya sebentar lagi sampai,” jawabku.Tak lama, suara mobil terdengar di depan rumah. Pak Herdi tiba, memarkir mobilnya dengan rapi. Dia turun, membuka pintu belakang dengan sikap ramah.“Maaf, Tuan Raka, saya telat. S

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 154. Masih lanjut belum menyerah

    Aku membantunya, aku gerakan pinggulku dengan kecepatan penuh. "Ahhhh aaaahhhhh," desahannya semakin keras ketika aku hentakan dengan sangat keras.Kerena takut di dengar Nayla, aku menutup mulutnya agar dia tidak berteriak keras. Aku pelankan, agar dia bisa mengatur nafasnya. Keringatku semakin bercucuran, aku peluk tubuhnya lalu mencium bibirnya. Aku kencangkan tanganku memegang tubuhnya. Aku mulai berdiri menggendongnya dari depan, kembali aku hentakan pinggulku dengan kecepatan penuh. Mama Siska semakin mendesah keras, aku takut Nayla akan mendengarnya. Aku berjalan menuju dapur, karena jika terus berada di ruang tengah ini jaraknya cukup dekat dengan kamar Nayla. Lampunya kembali di hidupkan, aku baringkan tubuhnya di atas meja makan. Kedua kakinya terbuka lebar, bagian intinya sampai memerah mungkin karena aku terlalu keras menumbuknya. Tapi justru membuatku ketagihan, kembali aku masukan bagian intiku yang masih sangat keras. Dalam sekali hentakan saja, semuanya telah amblas.

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 153. Adegan panas dari cerita novel

    Ya Tuhan, sampai kapan aku harus berbohong? Aku masih terikat dengan Alicia karena bantuannya, tapi aku ingin setia pada Mama Siska. Tanpa Alicia, mungkin perceraianku dengan Tiara akan berlarut-larut. Tapi aku tidak bisa terus begini. Aku ingin hidup baru, bebas dari masa laluku dan tekanan Alicia.Makan malam berlangsung hangat, tapi pikiranku tidak bisa lepas dari foto di media sosial yang Reza tunjukkan. Siapa yang mengambilnya? Apa ini ulah Alex atau siapa? Atau memang ada seseorang yang tahu? Aku tahu, besok sidang perceraianku mungkin akan jadi penutup, tapi firasatku mengatakan masalah ini belum selesai. Aku harus waspada, untuk Mama Siska, Nayla, dan masa depanku sendiri.Setelah selesai makan malam, kami berkumpul di ruang tengah, suasana hangat dengan tawa dan obrolan ringan. Nayla bercerita tentang tugas kuliahnya, sementara Mama Siska sesekali menimpali dengan saran. Tak terasa, jam dinding sudah menunjukkan pukul sembilan malam.Nayla menguap lebar. “Aku tidur duluan, ya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status