Beranda / Urban / Tergoda Pesona Ibu Mertua / Bab 37. Tawa pagi dan kue di kantor

Share

Bab 37. Tawa pagi dan kue di kantor

Penulis: Galaxybimasakti
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-17 22:13:01

“Mas, olahraga pagi, ya?” kata Tiara, suaranya manja, kepalanya bersandar di punggungku.

Aku yang baru selesai melakukan olahraga ringan dan sedang berdiri di depan jendela kamar langsung terkejut.

Tadi saat aku bangun, Tiara masih tertidur pulas, padahal biasanya dia bangun lebih dulu dariku.

Karena merasa sedikit tidak nyaman, aku mencoba melepaskan pelukan Tiara.

“Ti, badanku penuh keringat,” kataku, berusaha santai.

Tetapi dia malah tertawa kecil.

“Tidak apa-apa, Mas. Aroma keringatmu justru harum. Kamu lupa, ya, dulu aku suka begini?” katanya dengan nada genit, tangannya semakin erat.

Aku merasa geli—bukan geli senang, tetapi jijik. Dulu kami memang sering olahraga bersama, jogging pagi, gym, dan dia suka mencium aroma tubuhku setelah latihan. Tetapi sekarang? Sentuhannya membuatku tidak nyaman.

“Aku mandi dulu, Ti. Takut terlambat,” kataku cepat, melepaskan pelukannya, buru-buru ke kamar mandi.

Aku menoleh sekilas, wajahnya tampak sedikit kecewa, tetapi aku tidak peduli.

Selesai
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 38. Sandiwara Tiara di pesta

    “Raka, ke ruangan saya,” kata Bu Alicia yang baru saja datang, nadanya datar tetapi tegas. Sontak itu membuat pikiranku tentang Reza dan Liana hilang.Liana dan Reza juga langsung kembali ke meja mereka.Aku segera bangkit, mengikuti Bu Alicia dari belakang. Namun, entah mengapa aku merasa jantungku mulai berdebar.Di ruangan Bu Alicia, dia duduk di sofa yang ada di dalam ruangan itu, lalu juga menyuruhku untuk duduk. Tiba-tiba dia menyerahkan tas jinjing hitam yang tampak mewah.“Itu untuk kamu,” katanya sambil tersenyum tipis. “Buka saja.”Aku mengernyitkan dahi, merasa bingung. Namun, aku membukanya secara perlahan, sesuai dengan perintahnya.Saat melihat isinya mataku langsung terbelalak sempurna. Di dalam tas itu ada tuxedo hitam mengkilap, sepatu kulit, dan jam tangan dengan logo yang langsung membuatku tahu ini barang mahal. Bukan merek sembarangan, mungkin menabung setahun pun aku tidak akan mampu membelinya.“Ini… ini untuk apa?” tanyaku, masih tidak percaya.“Pakai itu untuk

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-18
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 39. Sandiwara Malam

    “Salam kenal, Pak,” kata Tiara sambil tersenyum, tidak menolak, malah bersandar pada lengan Alex. Aku mengambil ponsel, merekam mereka pelan, memperbesar ke wajah Tiara yang penuh kepalsuan.Setelah itu, aku mendekati mereka, tetapi masih bersembunyi di antara tamu. Padahal jarak kita sangat dekat, Tiara tepat berada di belakangku. Tiara tertawa, menceritakan sesuatu ke klien, tangannya bermain di lengan Alex.Setiap tawanya, setiap sentuhan, seperti menusuk dadaku. Aku teringat pagi tadi dia berkata “lembur”, pelukannya yang penuh kebohongan, janji kami yang dia injak-injak. Sakitnya nyata—seperti hatiku yang di cabik-cabik, tetapi aku tidak boleh lemah.Aku harus membalasnya.Aku maju, menepuk pundak Tiara pelan. Dia menatapku, dan wajahnya langsung pucat, seperti melihat hantu.“Wah, jadi ini ya istri Pak Alex? Cantik ya,” kataku, tersenyum lebar, berpura-pura santai.Tiara gelagapan, tangannya buru-buru melepaskan dari Alex.“Ma-Mas?” tanyanya dengan suara gemetar, matanya menatap

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-19
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 40. Api di Hati dan Kepedulian di Pagi

    “Mas, tapi…” katanya lagi. Aku tidak menjawab dan hanya menutup mata, berpura-pura tidur. Dalam hati, aku sangat marah, aku sangat muak dengan sikapnya. Tiara mempermasalahkan kedekatanku dengan Alicia, tetapi dia sendiri berselingkuh dengan Alex. Sungguh sangat munafik. Dia seolah tidak menyadari kesalahannya sendiri, tapi justru menyalahkan orang lain. Pagi tiba, Tiara bangun lebih dulu, sudah menyiapkan baju kantorku yang di ranjang. “Pagi, Mas,” sapanya sambil tersenyum manis, suaranya sangat lembut. Tiara masih mengenakan handuk, rambutnya basah, baru selesai mandi. Aku hanya mengangguk. Tampaknya dia sudah melupakan kejadian semalam, atau mungkin ini semua sandiwaranya saja karena perselingkuhannya hampir terbongkar? Aku bangkit, meregangkan otot, seperti biasa aku berolahraga ringan dulu sebelum mandi. Sekilas aku melirik Tiara sedang memperhatikan aku dari meja rias. “Mas, badanmu semakin keren, lho. Wajahmu juga lebih cerah, kamu semakin tampan,” katanya, nadanya gen

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-19
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 41. Rahasia di Pagi hari

    Pagi ini aku sampai kantor lebih awal karena ada proyek desain yang harus selesai hari ini. Ketika masuk kantor, langkahku terhenti saat melihat sesuatu yang membuatku tersenyum kecil. Namun, aku tidak ingin menegurnya dan membuatnya merasa malu.Aku menunggu sebentar hingga orang itu selesai melakukan aksinya, baru setelah itu aku masuk.“Tumben lu datang pagi banget?” tanya Reza tiba-tiba saat melihatku datang.“Iya, ada proyek harus selesai hari ini. Tapi, gua tetep gak bisa ngalahin lu yang selalu datang pagi sih,” balasku sambil tertawa kecil.Reza ikut tertawa.“Iya dong, kerja itu harus kan harus semangat! Eh, mau kopi gak? Gua mau buat biar sekalian,” tawarnya, lalu berjalan ke pantry.“Boleh-boleh,” kataku, tetapi aku juga ikut menyusulnya.Di pantry, aku membuka obrolan, “Za, gua mau tanya.”Reza menoleh, sambil membawa cangkir. “Nanya apa?”“Waktu itu lu bilang ada perempuan yang lu suka. Sebenarnya cewek yang lu maksud siapa?” tanyaku, langsung ke intinya.Reza berhenti k

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-20
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 42. Godaan di Dapur

    Jam makan siang tiba, Reza mengajakku makan siang diluar.“Bro, ayo kita makan soto di depan,” ajaknya sambil tersenyum lebar.Aku mengerti maksud Reza.Namun, saat aku hendak menjawab, Liana tiba-tiba mendekat.“Raka, makan bareng, yuk!” katanya sambil tersenyum manis, tangannya memegang kotak bekal.Aku menatap Reza, melihat matanya yang gugup, lalu menjawab halus, “Maaf, Li, aku dan Reza ada urusan.”Liana sedikit cemberut.“Yah, ya udah deh kalau gitu. Tapi, lain kali kita makan bareng lagi, ya,” katanya, lalu kembali ke mejanya bersama Sarah.Aku dan Reza buru-buru keluar, naik motornya agar Liana tidak curiga.Di warung soto, aroma kuah panas membuat perutku keroncongan. Kami memesan, duduk di pojokan, dan Reza langsung membuka obrolan.“Serius deh, gua udah lama coba mendekati Liana, tapi kayaknya dia sukanya sama lu,” katanya, nadanya campur frustrasi dan malu.Namun, tak lama kemudian, soto yang kami pesan datang, terlihat masih panas. “Terima kasih, Bu,” kataku pada ibu pen

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-21
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 43. Malam Penuh Cinta dan Gairah

    “Yes, oke sayang,” kataku dengan penuh kegembiraan.Sambil menunggu Mama Siska mandi, aku berkeliling rumah, memastikan semua pintu terkunci, jendela tertutup rapat, dan takutnya sewaktu-waktu ada orang yang masuk.Malam ini aku ingin berduaan dengan Mama Siska, tanpa ada gangguan dari orang lain. Aku duduk di meja makan, aku merasa jantungku berdebar, campur bahagia dan merasa gugup.Aroma ayam goreng masih tercium menggugah selera, membuatku tidak sabar ingin menyantapnya.Akhirnya Mama Siska datang, rambutnya basah, mengenakan kaus longgar dan celana pendek, wajahnya polos tanpa riasan, tetapi entah mengapa dia tampak… memikat.“Maaf, ya, lama. Pasti kamu sudah lapar,” katanya, senyumnya lembut, membuat hatiku meleleh.Aku tersenyum, “Nggak apa-apa, sayang. Mau seabad pun aku bisa tunggu.”Rasanya masih kaku saat aku mengatakan kata 'sayang', tetapi itu justru membuat pipi Mama Siska memerah.Dia tertawa kecil, lalu mencubit hidungku pelan.“Kamu makin nakal, ya!” katanya dengan ma

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-21
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 44. Cinta di pagi dan janji di hati

    “Maksud kamu apa, Raka?” tanyanya, suaranya pelan, membuat jantungku berdebar.Mama Siska menatapku, matanya penuh tanya.Aku tidak menjawab, hanya menarik napas, mencondongkan kepalaku, dan mencium bibirnya lembut, penuh perasaan, seperti menyampaikan semua cinta yang kusimpan.Dia membalas ciumanku, tangannya pelan menyentuh leherku, dan kami larut dalam gairah yang memburu.Sekarang posisiku di atas tubuhnya, aku genggam erat kedua tangannya. Lalu aku mencium keningnya, turun ke matanya dan kembali aku daratkan di bibirnya. Semakin lama ciumannya semakin liar dan agresif.Aku menarik tubuhnya hingga posisi kami duduk. Pakaiannya sudah tidak menentu hingga aku melepaskannya sampai tubuhnya kini hanya tertutupi oleh celana dalam.Dia duduk di pangkuanku, menari-nari begitu sensual dan erotis. Gerakan sangat lincah. Dia menggoyang-goyang pinggulnya kedua tangannya memegang rambutnya yang tergerai berantakan.Lalu dia mendorong tubuhku sampai aku terbaring di kasur, dia kembali menggoy

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-22
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 45. Kejutan di dapur dan akhir permainan singkat

    “Sayang, kenapa?” tanyaku panik.Saat ini, aku dan Mama Siska baru saja selesai sarapan, tetapi saat membersihkan meja makan, Mama Siska justru terlihat sedang meremas perutnya. Wajahnya juga memucat.Dia mencoba tersenyum, “Tidak apa-apa, hanya sedikit kram.”Namun, dia bahkan hampir saja terjatuh. Aku buru-buru menggendongnya, membaringkannya di sofa."Sayang, jangan dipaksakan! Aku buatkan teh hangat, ya,” kataku, bergegas ke dapur.Aku membuat teh, mengambil sapu tangan, merendamnya dengan air hangat untuk kompres. Kemudian aku memberikan teh padanya, membantunya minum secara perlahan.“Obat kemarin dari Nayla mana? Minum lagi saja biar kramnya hilang,” kataku.Dia hanya mengangguk pelan. Namun, matanya sama sekali tidak lepas dariku.Aku mengambil obat, membantunya minum, lalu mengompres perutnya dengan air hangat. Aku memijat kaki dan tangannya pelan, mencoba membuatnya rileks. Sedangkan dia terus menatapku, matanya lembut.“Raka, kok kamu tahu sekali apa yang harus dilakukan?”

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-22

Bab terbaru

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 92. Kembali ke Paris

    Jam makan siang tiba, dan Alicia mendekatiku di kantor, suaranya pelan.“Raka, kita makan siang di luar, aku mau bahas tentang Daniel. Bilang saja mau meeting, agar mereka tidak curiga.” Aku mengangguk, masalah ini cukup kita berdua saja yang tahu dan mungkin Alex masih mengawasi jika aku terlihat mencurigakan. Kami pamit pada mereka termasuk Claire, berpura-pura membawa dokumen proyek, dan melaju ke restoran kecil di pinggir kota, tersembunyi dengan bilik-bilik privat. Suasananya sepi, hanya beberapa pelanggan, cocok untuk obrolan rahasia.Kami memesan makanan dan jus, lalu Alicia mulai bercerita, matanya berbinar.“Semalem usahaku sukses, Raka. Aku sengaja memancing Daniel—aku bilang jika aku ingin putus, dan dia marah besar, ngomong kasar, bahkan mencoba menarik tanganku. Orangtuaku, yang sembunyi di ruang sebelah, langsung keluar. Daniel kaget, nggak bisa mengelak lagi. Ayahku marah, langsung putusin pertunangan. Daniel pergi dengan muka merah,” katanya, tersenyum lega.Aku ikut

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 91. Lanjut di kamar mandi, hampir saja ketahuan!

    Mama Siska tertawa kecil, "Dasar anak muda, nafsunya besar."Aku tersenyum nakal, "Jadi gimana aku dikasih gak?"Dia hanya tersenyum, itu menandakan jika dia juga menginginkannya. Aku segera membuka pakaianku, aku cium bibirnya dan aku remas buah dadanya. Badannya licin oleh sabun, benda pusakaku sudah sangat berontak sangat keras seperti baja.Aku membungkuk mencari sarang, aku masukkan benda pusakaku ke dalam sarangnya. Karena badannya penuh oleh sabun, hanya satu gerakan saja kita sudah menyatu."Ahh punya kamu gede banget Raka," Mama Siska merintih, tangannya mencengkram erat lenganku."Tapi kamu suka kan? Yang gede lebih enak dan puas." kataku tertawa puas.Dia pun tertawa kecil dan mencubit hidungku. Posisinya kurang nyaman, mungkin karena aku lebih tinggi. Akhirnya aku angkat tubuhnya, aku dorong tubuhnya sampai menyentuh dinding. Aku gerakan pinggulku secara perlahan sambil mencium bibirnya. Suara kucuran air, membuat suara hentakanku tersamarkan. Kita harus segera menyelesai

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 90. Tidur di kamar mertuaku

    Malam ini, aku melaju pulang dari apartemen orangtuaku, angin Jakarta menyapu wajahku, membawa perasaan lega yang lama tak kurasakan. Menceritakan soal Tiara dan Alex kepada Ayah, Ibu, dan Lila seperti melepaskan beban berat dari pundakku. Dukungan mereka—kekhawatiran Ayah, pelukan Ibu, dan semangat Lila—membuatku yakin masalah ini akan selesai. Dengan koneksi Ayah, Alex tidak akan lolos, dan Tiara akan menyesal di ulang tahunnya nanti. Tapi pikiranku melayang ke pertanyaan mereka soal Alicia. Nada ingin tahu Ibu dan godaan Ayah seolah mengira aku punya hubungan dengannya. Aku menggeleng sendiri di bawah helm—yang kucintai hanyalah Mama Siska.Mama Siska, wanita yang selalu jadi pilar hidupku, yang pemaaf dan penuh kasih. Tapi aku tersentak membayangkan apa jadinya jika Ayah dan Ibu tahu aku mencintai mertuaku sendiri, yang usianya jauh lebih tua dariku. Apakah mereka akan merestuinya? Aku tahu Mama Siska berbeda—hatinya tulus, kehangatannya tak tergantikan—tapi dunia ini penuh penil

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 89. Orangtuaku tahu semuanya

    Langit Jakarta sore itu berwarna jingga, dan aku melaju ke apartemen orangtuaku, hati penuh kehangatan setelah baikan dengan Mama Siska pagi tadi. Motor berhenti di menara kaca yang megah, sekuriti menyapa dengan sebutan “Tuan Muda Raka,” membuatku tersenyum canggung.Di penthouse, Lila menyambutku dengan pelukan ceria. “Kak Raka, akhirnya dateng! Ibu sama Ayah udah nunggu!” katanya, menarikku ke ruang tamu.Aroma kopi dan kue Prancis memenuhi udara, sofa kulit dan jendela panorama menambah kemewahan.Ayah duduk di kursi besar, kemeja linennya rapi, sementara Ibu menyapa dengan senyum lembut, memelukku erat.“Raka, kamu pasti capek kerja seharian,” katanya, tangannya membelai pipiku.Aku tersenyum, merasa seperti anak kecil yang dimanjakan. Lila asyik menunjukkan foto-foto vila kemarin di ponselnya, dan aku duduk, menikmati kebersamaan yang masih terasa seperti mimpi.Ayah menatapku, matanya serius tapi hangat. “Raka, mungkin kita disini hanya tiga hari saja di Indonesia. Bisnis di Pa

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 88. Kembali baikan dan strategi baru

    Seperti malam kemarin, aku sulit untuk tidur. Hatiku belum tenang sebelum meminta maaf pada Mama Siska, aku harus mencari waktu yang tepat agar bisa berduaan dengannya.Pagi ini aku bangun tidur lebih awal dari biasanya, pukul lima pagi aku segera keluar dari kamar dan berniat ingin berolahraga dulu sebentar. Aku melangkah keluar kamar, berharap menemukan momen untuk bicara. Di dapur, cahaya lampu temaram menyala, dan Mama Siska sudah bangun, mengaduk teh di cangkir, wajahnya lembut tapi penuh beban. Ini kesempatanku.“Ma, bisa bicara sebentar?” tanyaku, suaraku pelan, berdiri di ambang pintu.Dia menoleh, matanya ragu, tapi mengangguk, menunjuk kursi di depannya. Aku duduk, menarik napas dalam, dan mulai berbicara. “Ma, soal di pasar… aku tahu Mama lihat aku pelukan dengan seorang wanita. Itu Bu Alicia, bosku. Mama mungkin belum pernah bertemu dengan dia. Dia nggak lebih dari atasan dan temen biasa, Ma. Hari itu, dia lagi patah hati—pacarnya ketahuan selingkuh. Dia menangis, Ma, dan

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 87. Kekayaan keluarga Dupont

    Aku berdiri di penthouse apartemen keluarga Dupont, jas Armani biru tua membalut tubuhku, kemeja Gucci terasa lembut di kulit, dan aroma Creed Aventus masih menempel. Rolex di pergelangan tanganku berkilau, sepatu Ferragamo mengkilap, dan kacamata hitam Ray-Ban terselip di saku. Aku memandang cermin, nyaris tidak mengenali pria tampan di depan—bukan Raka dari panti asuhan, tapi seseorang yang seperti keluar dari majalah model.Lila bertepuk tangan, “Kak Raka, kayak aktor Hollywood!” katanya, matanya berbinar. Ayah dan ibu tersenyum bangga, dan aku hanya tersipu, masih canggung dengan kemewahan ini.“Ayo, kita jalan-jalan sekarang melihat bisnis keluarga,” kata Ayah, mengambil kunci mobil. Aku menarik napas dalam, berbisik padanya, “Ayah, tolong cuma tunjukan saja tempatnya, jangan mengenalkan aku pada orang lain. Identitas ini masih rahasia, aku takut nanti mereka akan tahu sebelum waktunya.” Ayah mengangguk, matanya penuh pengertian, dan kami turun ke lobi, di mana Rolls-Royce Pha

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 86. Keajaiban

    Hari Minggu pagi terasa berat, meski langit Jakarta cerah. Aku duduk di ruang makan, menyeruput kopi, pikiranku terpaku pada Mama Siska. Dia masih marah atas kejadian kemarin—dia melihatku memeluk Alicia—masih menghantui, dan sikapnya yang dingin membuatku gelisah. Aku ingin meminta maaf, menjelaskan bahwa itu bukan seperti yang dia pikir, tapi rumah terasa penuh hambatan. Tiara bersiap pergi, rambutnya diikat rapi, wajahnya penuh senyum palsu.“Mas, aku ada meeting sama klien, mungkin sampai sore,” katanya, mencium pipiku.Aku hanya mengangguk, tidak peduli lagi dengan kebohongannya. Aku tahu dia mungkin bertemu Alex.“Hati-hati, Ti,” kataku, suaraku datar.Nayla, yang libur kuliah, sibuk mengetik di ponsel, berkata akan mengundang teman-temannya ke rumah.“Bang, teman-temanku mau datang, loh! Kita mau bikin pizza bareng,” katanya, ceria."Wah pasti seru, nanti jangan lupa sisain buat Abang." kataku menggodanya."Tenang saja, gak bakal habis di makan semua juga ko."Aku melirik Mama

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 85. Momen haru bersama keluargaku

    "Ma, aku pamit dulu, kalau nanti Tiara tanya bilang saja aku sedang meeting bersama Reza." kataku berharap Mama Siska memaafkanku."Iya nanti di bilangin," katanya nadanya datar, tetap sibuk memasak.Nayla sedang ada di kamarnya, tapi tadi aku sudah memberitahunya jadi tidak perlu mengatakannya lagi. Akupun segera pergi, aku memanaskan mesin motorku dan pergi menuju apartemennya Claire yang sudah menunggu di tempat biasa. Ketika aku sudah sampai, dia sedang duduk menungguku tersenyum ketika aku datang. Aku memberikan helm padanya, kita segera pergi menuju bandara.Langit Jakarta malam ini berkilau, tapi hatiku tidak menentu bercampur, rasa haru menanti keluargaku, dan luka karena Mama Siska yang masih belum memaafkanku. Aku berdiri menunggu kedatangan orangtuaku di Bandara Soekarno-Hatta, di samping Claire, yang tidak bisa berhenti tersenyum.“Raka, sebentar lagi kamu bertemu dengan orangtuamu! Lila juga ikut, lho,” katanya, matanya berbinar.Aku mengangguk, tanganku menggenggam gant

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 84. Hati yang sepi

    Aku duduk di meja makan, aroma rendang buatan Mama Siska menggoda, tapi suasana malam ini terasa berat. Mama Siska, yang biasanya ceria dan penuh cerita, kini pendiam, hanya menunduk menyendok nasi. Matanya menghindari pandanganku, dan setiap gerakannya terasa dingin, seperti dinding tak terlihat yang memisahkan kami. Tiara dan Nayla, sebaliknya, ngobrol ceria, tertawa tentang drama Korea yang mereka tonton tadi siang.“Bang, kamu harus lihat episode terbarunya, seru banget!” kata Nayla, matanya berbinar.Aku tersenyum kecil, menimpali seadanya, tapi pikiranku hanya pada Mama Siska. Aku kembali teringat kejadian tadi, dia berlari di pasar dengan wajah datar, melihatku memeluk Alicia, terus menghantui pikiranku. Salah paham itu pasti menyakitinya, dan aku benci diriku karena tidak langsung mengejar. Aku ingin menjelaskan, dan mengatakan jika aku dan Alicia tidak ada hubungan apa-apa, tapi Tiara dan Nayla di meja membuatku terkurung dalam diam.“Ma, rendangnya enak banget,” kataku, berh

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status