Beranda / Urban / Tergoda Pesona Ibu Mertua / Bab 4. Tamu Tak Diundang dan Sentuhan Mama Siska

Share

Bab 4. Tamu Tak Diundang dan Sentuhan Mama Siska

Penulis: Galaxybimasakti
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-17 19:07:50

Alicia langsung menatapku, tapi posisinya masih belum berubah. Setelah beberapa saat, baru dia bangkit dan duduk lagi di kursinya dengan santai.

“Oh, ini Raka, aku mau kasih konsep iklan untuk produk minuman yang kemarin,” katanya dengan santai, lalu menyerahkan satu map dokumen.

“Minggu depan desainnya harus selesai, dan kamu ikut aku untuk meeting dengan pihak mereka, ya. Aku kamu kamu jelaskan ke mereka soal desain kita,” lanjutnya lagi.

“Baik, Bu,” jawabku, lalu meraih dokumen itu.

Aku membuka tiap lembar dokumen dan mempelajarinya sekilas.

“Raka, kamu tahu proyek ini cukup besar, kan? Jadi, aku sangat mengandalkanmu sebagai desainer grafis senior di sini,” kata Alicia sambil menatapku dengan dalam.

Saat aku menatapnya balik, aku justru menemukan sesuatu yang janggal. Alicia tampak sedang sedikit menggigit bibir bawahnya, seperti sedang sengaja memainkannya. Lalu, entah kenapa tatapan Alicia kepadaku terasa semakin aneh. Matanya seperti menyiratkan sesuatu. Bahkan, aku tidak tahu sejak kapan satu kancing kemejanya yang paling atas sudah terbuka.

Aku menelan ludahku dan mengangguk pelan, berusaha tetap berpikir normal. “Iya, Bu. Saya mengerti.”

Bosku itu terkenal dengan profesionalitasnya, tetapi entah perasaanku saja atau bagaimana, setiap ada waktu untuk mengobrol berdua denganku, Alicia selalu terasa berbeda.

Dia mengangguk pelan. “Kalau gitu, silakan kembali bekerja.”

Alicia tersenyum, tapi senyuman itu benar-benar menyiratkan sesuatu.

Dari rumah sampai kantor, kenapa hari ini terasa sangat aneh?

**

Setelah seharian bekerja dan mendapat kejadian-kejadian aneh dari para wanita yang ada di kantorku, aku pulang dengan perasaan was-was. Aku berharap saat tiba di rumah, Mama Siska sudah tidur karena sekarang kebetulan sudah cukup larut. Aku tidak siap menghadapi tatapan seperti itu lagi. Kejadian hari ini benar-benar sudah membuatku merasa heran.

Tapi ternyata tidak.

Lampu ruang tamu masih menyala. Mama Siska duduk di sofa, gaun tidurnya yang tipis nyaris transparan di bawah cahaya lampu redup ruang tamu. Rambutnya tergerai sedikit berantakan, seperti baru saja bangun tidur—atau mungkin sengaja dibuat seperti itu.

Aku mencoba bersikap biasa. "Ma, belum tidur?"

Dia menoleh dan tersenyum kecil. "Belum. Mama nungguin kamu pulang."

Jantungku berdetak lebih cepat.

"Kenapa nunggu aku, Ma?" tanyaku, berusaha terdengar santai.

Dia mengangkat bahu. "Takutnya kamu gak bawa kunci rumah, nanti gak bisa masuk."

Aku mengangguk sambil melepas jaket. Memang benar bahwa aku tidak membawa kunci rumah. "Oh, kebetulan aku tadi memang lupa bawa kunci rumah, Ma. Tadi buru-buru soalnya kesiangan."

Mama Siska menatapku sejenak, lalu tersenyum tipis. "Untungnya Mama gak langsung tidur, kan?"

Aku hanya mengangguk. “Iya, makasih. Ma. Aku ke kamar dulu ya, mau bersih-bersih.”

Aku mencoba menuju kamar, tapi suara lembutnya menghentikanku.

"Kalau butuh apa-apa jangan sungkan bilang sama Mama ya, Raka. Atau kalau kamu pengen makan sesuatu, bilang aja sama Mama, nanti Mama masakin," katanya sambil tersenyum lembut.

Aku sekali lagi mengangguk. “Iya, Ma.”

Aku pun langsung pergi ke kamarku. Aku rebahkan tubuhku di atas kasur. Tatapan Mama Siska semakin hari semakin berani dan menantang.

Tiba-tiba ponselku berbunyi karena ada pesan masuk dan setelah aku lihat ternyata dari Tiara.

[Sayang, kamu sudah pulang?]

[Sudah, aku baru saja pulang. Kamu sendiri sudah selesai kerjaannya?]

[Sudah, aku lagi di jalan ke apartemen. Aku kangen banget sama kamu, pengen cepat pulang.]

[Aku juga, kamu di sana jaga kesehatan ya jangan terlalu capek.]

[Maafin aku ya, padahal kita baru saja menikah tapi aku harus pergi meninggalkanmu. Kamu pasti kesepian, tapi mau gimana lagi ini semua bukan keinginanku.]

Aku ingin balas jika aku disini baik-baik saja, walaupun sebenarnya aku tidak baik-baik saja. Ketika aku sedang asik chatan sama Tiara, tiba-tiba aku mendengar suara jeritan dan itu suara Mama Siska.

Aku langsung berlari keluar. Di ruang tengah, kulihat Mama Siska berdiri ketakutan, tubuhnya gemetar. Seorang pria bertopeng mencengkram kuat tangan Mama Siska, rupanya ada maling masuk rumah.

"Hei!" Aku berteriak, membuat pria itu melepaskan cengkramannya pada tangan Mama Siska.

Pria itu langsung menoleh ke arahku. Dia kembali menarik Mama Siska dan menekan leher Mama Siska dengan lengannya. “Kalau kamu bergerak, aku lukai ibumu!”

Aku menghentikan langkahku. Kalau aku gegabah, bisa-bisa Mama Siska celaka.

Ketika aku lihat pria itu sedang mencari celah untuk kabur, aku langsung melangkah cepat ke arahnya dan memukul wajahnya hingga dekapannya pada Mama Siska terlepas.

Bugh!

Pria itu terkejut dan langsung berlari mencoba kabur, tapi aku terus mengejarnya meskipun dia berhasil keluar dari rumah. Sebelum dia keluar dari pagar rumah, aku lemparkan pot yang kebetulan ada di depanku. Sasaran ku tepat mengenai tubuhnya, hingga dia terjatuh tapi dia berusaha untuk kabur.

“Maling sialan!” umpatku.

Aku berlari dan berhasil menangkap lengannya, menariknya keras hingga ia tersungkur. Ia mencoba melawan, tapi aku menghantam wajahnya dengan pukulan telak.

Bugh! Bugh!

“Jangan kembali ke rumah ini, sialan!”

Keributan itu membuat satpam di area kompleks rumah datang. Ketika satpam itu melihatku baku hantam dengan maling itu, dia langsung mengambil alih dan membawanya ke kantor polisi.

Setelah itu, aku berlari dan kembali masuk ke dalam rumah, ternyata Mama Siska masih berdiri di ruang tengah, wajahnya pucat.

"Ma, nggak apa-apa?" tanyaku, mendekatinya.

Ia mengangguk, masih terengah-engah. "Mama … Mama kaget."

Aku menelan ludah, mencoba menenangkan diri. "Ayo duduk dulu, Ma."

Saat aku menggenggam lengannya untuk membimbingnya duduk di sofa, aku bisa merasakan tubuhnya sedikit gemetar.

"Mama tunggu sebentar."

Aku segera pergi ke dapur, aku menuangkan segelas air untuknya. Lalu, segera kembali ke ruang tengah. Aku berikan segelas air putih untuknya, ia menerimanya dengan tangan gemetar.

"Tadi benar-benar menakutkan," katanya pelan, suaranya sedikit bergetar.

Aku mengangguk. "Untung aku langsung datang. Mama gak terluka, kan?"

Mama Siska menggeleng pelan. Dia menatapku dengan ekspresi yang sulit diartikan. Ada ketakutan di matanya, tapi juga sesuatu yang lain—sesuatu yang lebih dalam.

"Kamu… benar-benar menyelamatkan Mama," katanya lirih.

Aku tersenyum kecil. "Sudah tugasku untuk menjaga keluarga, Ma."

“Apa ada barang yang dia ambil?” tanyaku lagi.

Mama Siska kembali menggeleng pelan. “Gak ada, tadi dia mau ambil hp Mama, tapi keburu kamu datang.”

“Syukurlah kalau gak ada yang diambil juga.” Aku menghela napas lega.

Sepertinya, keputusanku untuk tidak ikut pergi dengan teman kantor yang lain malam ini memang benar. Kalau tidak, pasti mertuaku bisa celaka, atau bahkan rumah ini bisa habis dirampok.

Mama Siska terdiam sejenak, lalu tiba-tiba menggenggam tanganku erat. "Raka…"

Aku terkejut.

"Mama masih takut," bisiknya. "Malam ini… bisa kamu menemani Mama?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
hans
***** Lanjut
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 358. Permainan liar Pak Bambang

    "Ahhh enak banget Pak, terus Pak!" desah Nayla, meremas lengan Pak Bambang.Akibat aktivitas yang penuh gairah ini, membuat Pak Bambang kegerahan. Keringat mulai menetes dari dahinya, hingga Pak Bambang bangkit dan membuka kaos t-shirt nya. Ia membersihkan keringat di wajahnya dengan kaosnya sendiri. Setelah itu, kembali menyantap buah dada Nayla.Cukup lama Pak Bambang memainkan buah dada Nayla, hingga ia beralih ke bawah. Pak Bambang begitu sangat bernafsu melihat tubuh Nayla yang putih dan mulus. Bagian inti Nayla sangat bersih, ludahnya mendarat di bagian inti Nayla."Tubuhmu benar-benar wangi dan seksi non, malam ini akan Bapak buat kamu puas. Kamu sekarang jadi hiper kan? kalau gitu kita main sampai pagi." kata Pak Bambang sambil membuka celana panjang seragam security-nya hingga celana dalamnya.Nayla melotot, melihat benda pusaka Pak Bambang yang berukuran jumbo."Waw sangat besar sekali Pak, pasti lebih enak."Pak Bambang tersenyum mesum, "Pasti non, sekali coba pasti terus k

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 357. Hasrat liar Nayla

    Tengah malam, seperti biasa Tom masuk kedalam kamar Nayla untuk memberikan susu kentalnya. Begitu juga dengan Lila, Liam masuk ke kamarnya. Selama satu jam lamanya permainan berlangsung, Liam lebih dulu ke kamarnya dan selang dua puluh menit kemudian, giliran Tom yang kembali ke kamarnya.Sebelum kembali, Tom mengecup kening Nayla, "Sekarang kamu tidur ya sayang, mimpi indah!" pesan Tom beranjak turun dari ranjang."Iya Tom, kamu juga ya. Sampai jumpa besok!" jawab Nayla, melambaikan tangannya."Iya sayang, langsung tidur ya!" Tom berjalan menuju pintu, tersenyum hingga menghilang dibalik pintu.Nayla pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, dia memang merasa puas tapi masih penasaran dengan Pak Bambang. Setelah selesai mandi, Nayla segera tidur karena besok ada kuliah pagi. Tapi ternyata, Nayla tidak bisa tidur, dia terus berguling-guling hingga dia bangkit dan meraih ponsel di atas laci."Sudah pukul dua belas malam, apa aku chat Pak Bambang aja? Kemarin malam aku sudah ngasih

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 356. Mengekspor ke Karawang

    Sam, yang masih agak pendiam, mengangguk. “Siap. Aku juga bawa kamera mirrorless buat candid shots.”Setelah sarapan, mereka bersiap. Nayla memakai kaus oversize putih, celana pendek denim, dan sepatu sneakers, rambutnya dikuncir ponytail tinggi. Lila memilih dress floral pendek yang flowy, cocok untuk foto Instagramable.Mereka naik dua mobil: Tom, Nayla, dan Ethan di SUV hitam yang dikemudikan Pak Hardi, sementara Liam, Lila, Jack, dan Sam di van putih yang dikendarai Pak Jamal.Perjalanan ke Karawang memakan waktu sekitar dua jam lewat tol Cikampek, suasana di mobil penuh tawa dan playlist pop upbeat.Di mobil SUV, Nayla duduk di samping Tom, tangannya digenggam erat. Tom memahami kegelisahan samar di wajah Nayla.“Kamu baik-baik aja, Sayang? Kelihatan agak… lemas,” tanyanya lembut, matanya penuh perhatian.Nayla tersenyum kecil, “Cuma kurang tidur, Tom. Tapi aku sangat bersemangat buat hari ini. Karawang kedengerannya seru!”Tom mencium keningnya, “Pasti seru. Kalau capek, bilang

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 355. Kegelisahan Nayla

    Tom, Liam, Jack, Ethan, George, dan Sam menyeret langkah lelah mereka ke dalam apartemen penthouse Dupont yang megah. Bau asap dari kebakaran SCBD masih menempel di baju mereka, meski wajah mereka penuh kepuasan setelah liputan live mereka sukses besar dengan puluhan ribu penonton.Lift membawa mereka ke lantai atas, suara dengung mesin lift bercampur dengan tawa pelan Ethan yang masih antusias membahas klip drone-nya.“Bro, drone shot tadi keren banget! Api oranye kontras sama asap hitam, kayak film Hollywood!” seru Ethan, matanya berbinar meski kantung matanya mulai terlihat.Jack menyikutnya sambil tertawa, “Iya, tapi muka lo di live tadi kayak reporter amatiran yang keabisan kopi. Besok kita edit ulang, biar lebih fresh.”Tom dan Liam saling pandang, senyum lelah tapi hangat. “Gue cuma mikirin Nayla sekarang. Dia pasti gelisah nunggu,” kata Tom, tangannya menggosok tengkuknya.“Sama, bro. Lila pasti udah tidur, tapi gue mau cek dulu,” balas Liam, suaranya lembut penuh perhatian.M

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 354. Janji hasrat

    Nayla begitu sangat menikmati pemandangan hasrat liar Pak Bambang. Hingga secara tidak sengaja, kakinya tersandung karpet yang menimbulkan suara yang membuat Pak Bambang berhenti."Siapa di sana?" serunya, berdiri telanjang bulat lalu memakai celana dalamnya.Nayla terkejut, ia bersembunyi di balik tembok. Entah kenapa kakinya terasa berat untuk melangkah, hingga pintu terbuka Pak Bambang keluar dari kamar dan begitu terkejut melihat Nayla berdiri di balik tembok.Wajah Pak Bambang pucat, ia merasa bersalah karena telah ceroboh. Selama ini aksinya tidak pernah diketahui oleh siapapun, ia merasa hidupnya berakhir."No-non Nayla, sa-saya," suara Pak Bambang tergagap, ia menundukkan kepalanya, kedua tangannya menutupi benda pusakanya.Nayla merasa ini kesempatan bagus, Pak Bambang pasti sangat ketakutan karena aksinya telah tertangkap basah. "Pak Bambang lagi ngapain sama Bi Mawar?" tanya Nayla dengan nada mengintimidasi."Sa-saya, maafkan saya non, tolong jangan beritahu Tuan Henri," k

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 353. Mengintip di ujung koridor

    Nayla menambahkan, "Kami ke mall, membeli buku dan es krim. Kuliah hari ini makin banyak tugas, untungnya ada temen-temen."Lila dan Liam juga gak mau kalah, "Kalau kami ke La Riviera PIK 2 mirip seperti di Amsterdam mini! Naik perahu, syuting konten, beli stroopwafel ini. Ethan hampir jatuh ke kanal!"Ethan putar video blooper di ponselnya, semua tertawa penuh kebahagiaanJack yang sedang fokus pada ponselnya, matanya berbinar dan berkata, "Lihat viewersnya udah ribuan, guys!"Sam mengangguk, "Spot fotonya memang keren, vibes Eropa nya sangat berasa."Mr. Henri dan Mrs. Sariani bercerita ketika berada di kebun, "Kalau kami selama seharian ini menanam mawar baru di atap!"Mereka saling bercerita tentang keseharian masing-masing, suara mereka bergema di ruang makan, piring-piring kosong, gelas air tinggal setengah. Malam itu seperti pesta kecil, penuh kehangatan yang menyembuhkan luka masa lalu.Tapi kedamaian itu terganggu saat malam semakin larut. Sekitar pukul 9 malam, Pak Bambang m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status