Beranda / Urban / Tergoda Pesona Ibu Mertua / Bab 7. Pengkhianatan di Balik Malam

Share

Bab 7. Pengkhianatan di Balik Malam

Penulis: Galaxybimasakti
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-19 18:52:50

Aku pura-pura tidak mendengar ucapannya dan langsung membantunya berdiri.

"Ayo saya antar.”  Akhirnya aku menggandeng tubuhnya yang lemas, kita berjalan menuju pintu keluar.

Namun, ada satu masalah.

Aku tidak tahu di mana rumah Alicia.

“Bu, di mana alamat rumahmu?” Aku berusaha bertanya padanya.

Namun, seperti dugaanku, percuma bertanya kepadanya karena kondisinya yang sudah terlalu mabuk untuk memberi tahu alamat rumahnya. Aku akhirnya memutuskan untuk menyewa satu kamar agar Alicia bisa beristirahat.

Sesampainya di kamar, aku menuntun Alicia untuk berbaring di ranjang. Ia menatapku dengan mata setengah sadar.

 "Raka..." panggilnya dengan suara serak, ia menahan lenganku hingga membuatku tetap menunduk di atasnya

"Ada apa, Bu?" tanyaku dengan berusaha tetap biasa saja.

Alicia tersenyum miring dan dengan gerakan pelan, satu tangannya mulai membuka kancing blazernya satu persatu.

 "Apa kamu benar-benar tidak tertarik padaku?" tanyanya, suaranya menggoda. Satu tangannya yang lain mulai membelai dadaku.

Aku menghela napas panjang, lalu segera menepis tangan Alicia. Aku berdiri tegak dan melangkah mundur. "Bu Alicia, Anda mabuk. Anda perlu istirahat."

Namun, Alicia justru berdiri dan berjalan ke arahku, nyaris kehilangan keseimbangan. 

"Raka... malam ini biarkan aku jadi perempuan biasa. Tanpa jabatan, tanpa aturan," bisiknya.

Namun, aku tidak bergerak. Aku menggertakkan gigi, berusaha menahan diri. Aku tuntun dia untuk kembali berbaring di kasur. Aku buka sepatunya, dan ketika aku hendak bangun, tiba-tiba dia menarik tubuhku hingga aku terjatuh di atas tubuhnya.

"Ayo Raka malam ini kita bersenang-senang, puaskan aku!" ajaknya, nada bicaranya berat semakin tidak jelas.

"Anda sebaiknya istirahat Bu, Anda mabuk berat."

Aku berusaha bangun dan menjauhinya. Aku tidak ingin terkena masalah lagi, masalahku sudah cukup banyak.

Akhirnya Bu Alicia tidak meracau lagi, sepertinya dia sudah benar-benar tertidur. Aku menyelimutinya, sebelum aku meninggalkannya.

Tanpa menunggu reaksi lebih jauh, aku langsung keluar dari kamar dan menutup pintu dengan cepat. Aku menghembuskan napas panjang.

"Gila. Nyaris saja."

Namun, saat aku berjalan melewati lorong hotel, mataku tiba-tiba menangkap sosok yang sangat aku kenal.

Tiara.

Aku berhenti di tempat.

Aku melihat Tiara berjalan di samping seorang pria yang jelas-jelas itu adalah bosnya, tapi keduanya tampak sangat akrab. Bahkan, Tiara terus memeluk lengan bosnya itu.

Mereka berhenti di depan sebuah kamar, dan tanpa ragu, pria itu membuka pintu dan menggandeng Tiara masuk ke dalam.

Jantungku berdetak kencang.

"Tidak mungkin."

Tanganku mengepal. Tiara bilang ia sedang dinas di luar kota. Tidak mungkin ia ada di sini, apalagi bersama pria lain.

Namun, aku juga tidak mungkin salah mengenali istriku sendiri.

Aku butuh kepastian. Aku ingin meyakinkan diri, aku takut jika aku salah lihat. Aku berjalan ke depan pintu kamar mereka. Aku bisa mendengar samar-samar suara tawa Tiara di dalam sana.

Aku segera mengambil ponsel dan menekan nomor Tiara. Dari luar pintu kamar itu, ternyata aku mendengar suara dering ponselnya.

Mataku membelalak.

Tidak mungkin.

"Halo, Mas..." kata Tiara dari sambungan telepon. Namun, aku juga bisa mendengar dengan samar suara itu berasal dari dalam kamar ini.

Aku menggertakkan gigi.

"Kamu di mana? Aku kangen sama kamu,” kataku berusaha menahan emosi.

"Aku di apartemen. Baru pulang kerja, capek banget hari ini, Mas."

Aku merasakan kemarahan yang semakin membakar dadaku. Aku hampir tertawa miris. “Oh begitu ya?"

Tiara mendesah kecil. "Iya, Mas. Aku capek banget, mau mandi terus langsung tidur. Nanti aku telepon lagi ya."

Tanpa menunggu jawaban, Tiara menutup panggilannya.

Aku berdiri kaku di depan pintu kamar itu.

Hatiku terasa hancur.

Selama ini, aku menahan godaan dari Mama Siska. Aku menolak perhatian lebih dari Liana. Bahkan aku tidak tergoda oleh Alicia yang jelas-jelas ingin tidur denganku.

Namun, di saat aku menjaga kesetiaanku…

Tiara justru mengkhianatiku.

“Suamimu, Tiara?”

Belum sempat aku melangkah pergi, aku kembali mendengar suara pria itu di dalam kamar. Meskipun hanya samar, tetapi aku masih bisa mendengarnya dengan jelas ia menyebut nama Tiara.

“Iya, Mas.”

Mas?

Tiara memanggilnya Mas?

“Kenapa kamu sampai mau menikah dengannya padahal dia bukan orang kaya. Kamu gak akan bahagia kalau hidup sama dia. Kalian menikah belum ada satu bulan, batalkan saja janji pernikahan kalian.”

“Aku cuma ngerasa gak enak dan kasihan sama dia. Semua orang tahu kalau dia cinta mati sama aku, dia selalu kejar aku, dan mau lakuin semua yang aku minta. Jadi, ya menurutku gak ada ruginya juga aku menikah sama dia karena dia bisa aku suruh-suruh. Lagipula, hubungan kita juga gak tahu bisa bertahan sampai kapan, kan?”

“Ini alasan aku suka sama kamu. Karena kamu tahu batas main kita dan kamu juga paling bisa mempermainkan pria, haha.”

“Ahh, Mas. Hahaha pelan-pelan.”

Tanganku mengepal dengan kuat. Semua ucapan Tiara dan bosnya benar-benar bisa terdengar jelas di telingaku. Tawa dan desahan Tiara membuatku semakin terbakar emosi dan rasa jijik.

Tanpa berkata apa-apa lagi, aku berbalik. Aku berjalan keluar hotel dengan langkah berat.

Rasanya ingin ku berteriak sekeras mungkin. Aku tidak menyangka, Tiara tega bermain di belakangku, bahkan memanfaatkanku. Padahal aku sangat mencintainya, aku berusaha menjadi pasangan yang baik untuknya.

Saat dia pergi meninggalkanku demi karirnya, aku menjaga diri untuk tidak tergoda perempuan lain. Tapi nyatanya, justru dia tega mengkhianatiku, padahal pernikahan ini baru berjalan 3 minggu.

Aku tersenyum getir. Aku benar-benar tidak menyangka, Tiara yang aku yakini sebagai perempuan paling tepat, perempuan paling baik dan sempurna untukku, ternyata malah merusak semuanya. Ia mencabik-cabik hatiku sampai hancur.

Begitu aku tiba di rumah, aku melihat lampu ruang tamu masih menyala. Aku menemukan Mama Siska masih terjaga di ruang tamu.

"Raka? Kamu baru pulang?" tanyanya lembut.

Aku hanya mengangguk, lalu duduk di sofa dengan tatapan kosong.

Mama Siska menatapku, menyadari ada sesuatu yang tidak beres. "Kamu kenapa?"

Aku tidak menjawab. Aku hanya menatap ke depan, mencoba menenangkan amarah dan sakit hatiku.

Malam itu, aku sadar. Terkadang, kesetiaan tidak cukup untuk mempertahankan sebuah hubungan.

"Raka, coba cerita sama Mama. Apa yang sebenarnya terjadi?"

Aku menatap wajahnya, malam ini Mama Siska memakai gaun tidurnya yang sangat seksi. Aku memperhatikan belahan dadanya yang begitu menggoda. Pahanya juga sangat mulus dan putih, hingga aku menatap wajahnya dalam-dalam. Ia begitu cantik, seketika gairahku naik.

“Aku gak apa-apa, Ma,” jawabku pelan. Pandanganku beralih menyusuri rumah yang terasa sepi. “Nayla belum pulang, Ma?”

Mama Siska menggelengkan kepalanya. “Belum, katanya besok siang dia baru pulang.”

Aku mengangguk pelan.

Aku akan membalasmu malam ini, Tiara!

Kuletakkan tanganku di atas paha Mama Siska dan merabanya, bukan hanya meraba biasa, tapi lebih intens.

“R–Raka …”

Mama Siska menatapku dengan sedikit kebingungan, tapi aku bisa melihat bahwa dia juga tidak menolak sentuhanku.

Mungkin malam ini aku harus melampiaskannya, percuma saja terus menahan diri, jika Tiara sudah tidak peduli lagi padaku.

“Mama bilang, kalau aku butuh apa-apa, aku bisa kasih tahu Mama dan Mama akan berikan, kan?” Aku menatapnya dengan intens dan tanganku bergerak semakin berani.

“I–iya …” Mama Siska tampak kebingungan, tetapi wajahnya semakin memerah.

Aku tersenyum samar. “Kalau aku bilang malam ini aku butuh kehangatan Mama, Mama bersedia kasih itu ke aku?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (5)
goodnovel comment avatar
mesya Mutia
bagus raka kamu ganteng jangan kan mertua mu bos mu aj suka. tpi hati" ya raka mainnya yg cantik kaya istri mu.. hahaha
goodnovel comment avatar
o.vian
Mantap selingkuh di balas selingkuh
goodnovel comment avatar
Suwarno
konflik yang kompleks
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 231. Calon menantu

    Sementara itu, villa menjadi sepi. Claire dan Mike pamit untuk membeli oleh-oleh di **Pasar Seni Sukawati**, ingin membawa kain batik dan ukiran kayu untuk keluarganya di Prancis. Tinggal Mr. Henri, Mrs. Sariani, Raka, dan Siska di villa. Mereka pindah ke halaman belakang, duduk di gazebo kayu yang dikelilingi kebun bunga kamboja dan anggrek liar. Meja kecil di gazebo dipenuhi teh jahe hangat dan kue jaja uli yang manis.Mrs. Sariani dan Siska langsung akrab, ngobrol tentang resep masakan Bali.“Siska, kamu katanya kemarin bisa bikin bebek betutu, ya? Nanti ajarin Ibu ya cara bikinnya,” kata Mrs. Sariani, tersenyum.Siska tersenyum malu, “Bisa, Bu. Tapi masakan Ibu pasti lebih enak. Kemarin bebek betutunya sangat lezat.”"Ah nggak ko, itu karena di bantu chef makanya enak." obrolkan mereka semakin seru.Sementara itu, Mr. Henri dan Raka berjalan ke kolam ikan koi di sudut kebun, meninggalkan Siska dan Mrs. Sariani.Mr. Henri menatap Raka serius, “Raka, semalam Ayah sama Ibu ngobrol pa

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 230. Rencana pesta ulang tahun Raka

    Keringat mulai bercucuran, untungnya setiap kamar memiliki kedap suara jadi suara desahan mereka tidak akan terdengar oleh orang lain. Nayla kembali di baringkan di atas kasur dan Tom semakin mempercepat gerakannya, tubuhnya mulai bergetar dan dia sudah berada di titik puncak."Ahhhh sayang, aku sampai..." Akhirnya semuanya berakhir, Tom segera membersihkan badannya ke kamar mandi diikuti oleh Nayla."Tom, kamu harus segera kembali ke kamarmu. Aku takut nanti ada yang lihat." kata Nayla menatap wajah Tom gelisah."Tenang sayang, gak akan ada yang tahu ko. Semua orang sudah tidur, habis ini aku langsung kembali ke kamarku. Makasih sayang, sekarang aku merasa lega," Tom mencium kening Nayla.Setelah mereka bersih-bersih, Tom kembali berpakaian dan kembali ke kamarnya. Nayla juga kembali tidur, ia merasa puas tapi juga was-was takut Siska atau Raka mengetahuinya.Sementara itu, Raka sudah terlebih dahulu kembali ke kamarnya. Tanpa mereka sadari, keduanya sama-sama melakukan hubungan int

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 229. Erangan dari dua kamar

    “Nayla, yang sedang mereka lakukan itu ritual apa? Apa ini budaya orang Bali?" tanya Sam.Pertanyaan Sam, membuat semuanya tertawa.“Itu bukan ritual namanya Tarian Kecak, Sam. Ceritanya dari Ramayana, tentang Rama dan Sita. Kamu harus nonton yang besar di Uluwatu nanti!” jawab Nayla, terkikik."Jadi penasaran, kapan kita ke Uluwatu?" tanya Sam penasaran.Lila menimpali, "Nanti aja gimana Ayah, besok kan ada acara ulang tahun kak Raka."Malam itu, setelah puas jalan-jalan, mereka kembali ke villa. Semua mandi di kamar masing-masing, merasa lelah setelah seharian jalan-jalan. Mereka menikmati kamar mandi marmer yang mewah dengan sabun beraroma melati. Makan malam di paviliun kembali meriah, dengan hidangan seperti ikan pepes, ayam betutu, dan dessert jaja uli yang manis. Raka dan Nayla kembali bertingkah saling jail, membuat semua tergelak.“Nay, kamu ingat nggak waktu kamu sembunyiin sepatu Abang di lemari dapur?” canda Raka.Nayla nyengir, “Itu karena Abang yang jail duluan, sembunyi

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 228. Jalan-jalan

    Mr. Henri menjelaskan rencana, suaranya penuh antusiasme, “Kita di Bali sekitar satu minggu. Besok ulang tahun Raka, kita rayain di villa ini, undang beberapa rekan bisnis dan tamu penting. Claire, Mike, apa kalian yakin akan pulang ke Prancis setelah pesta? Mending disini dulu, jangan dulu pulang,"Claire mengangguk, rambut coklatnya bergoyang. “Iya, pengennya sih lebih lama tapi masih banyak kerjaan nunggu. Tapi nanti kita balik lagi kesini buat bikin proyek desain iklan bareng Raka.”Raka tersenyum, menimpali, “Aku sudah tidak sabar, tapi aku masih perlu belajar. Claire. Kita bikin proyek ini berkembang pesat!”Mrs. Sariani menambahkan, matanya berbinar, “Besok akan menjadi hari spesial buat Raka. Dan jadi yang pertama kalinya ulang tahun bersama kami, sekaligus jadi yang spesial yang akan membuat mereka terkejut."Nayla melirik Raka, merasa ada sesuatu yang disembunyikan, tapi ia tak bertanya. Siska, yang belum tahu rencana pengumuman hubungannya dengan Raka, hanya tersenyum, meni

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 227. Keakraban mereka

    Di bawah sinar matahari tropis Bali yang hangat, mobil yang membawa Nayla, Tom, Jack, Liam, dan Ethan tiba di halaman villa megah keluarga Dupont di Seminyak. Vila itu berdiri bak istana modern, dengan kolam infinity yang memantulkan langit biru cerah, dikelilingi taman penuh bunga kamboja berwarna putih dan merah muda yang harumnya menyapa hidung. Pohon-pohon palem bergoyang lembut dihembus angin laut, dan suara gemericik air dari air mancur kecil di sudut taman menambah kesan damai.Di paviliun terbuka, meja makan panjang dari kayu jati sudah disiapkan dengan hidangan mewah yang menggoda: sate lilit ikan tuna dengan aroma serai, bebek betutu yang empuk dengan bumbu rempah pedas, lawar ayam dengan kelapa sangrai, lobster bakar disiram saus mentega bawang putih, dan aneka dessert seperti klepon berlapis gula merah cair, panna cotta mangga dengan potongan buah segar, dan es campur Bali dengan cincau dan kelapa muda. Aroma makanan memenuhi udara, bercampur dengan wangi bunga kamboja, me

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 226. Bertemu di Seminyak

    Saat santai di tepi Atuh Beach, Nayla melakukan panggilan video dengan Siska dan Raka. Di layar, Siska dan Raka sedang berjalan di taman villa mewah di Jakarta, dengan pemandangan pepohonan rindang dan bunga mawar di latar belakang.“Nayla, besok pagi kami akan ke Bali sama keluarganya Abangmu. Nanti kita ketemu di sana ya? Mama kangen banget pengen ketemu kamu," kata Siska, suaranya penuh rindu.“Iya, Ma, aku juga kangen banget! Besok kami akan ke sana, oh ya Bali nya dimana?” jawab Nayla, tersenyum lebar.Raka menimpali, “Abang juga belum tahu sih, nanti kalau sudah tiba di kabari. Jaga diri baik-baik ya, Nay. Ibu Abang juga pengen segera ketemu kamu katanya.”Nayla mengangguk, sedikit nervous tapi antusias."Iya Bang, Abang dan Mama juga baik-baik di sana, sehat-sehat."Panggilan video pun berakhir, Nayla sudah sangat rindu ingin segera bertemu dengan Siska dan Raka. Malam itu, mereka tidak kembali lagi ke homestay yang berada di Kelingking karena ingin menjelajahi lebih banyak tem

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status