Tidak lama kemudian, sebuah mobil Mercedes-Benz S-Class hitam mengkilap parkir di depan rumah, memancarkan kemewahan. Seorang pria muda keluar, berpakaian rapi, membukakan pintu belakang dengan sopan. โTuan Raka, silakan masuk,โ katanya, suara penuh hormat.Aku terpana, merasa seperti bangsawan. โEhm, makasih,โ kataku, masuk ke dalam, kulit jok mobil terasa mewah di bawahku.Pria itu, yang memperkenalkan diri sebagai Herdi, mengemudi dengan hati-hati..โTuan, kita akan ke kantor pusat. Pak Budi dan Pak Hendra sudah menunggu,โ katanya, ramah. Aku tersenyum kaku, โHerdi, panggil Raka saja, jangan panggil aku tuan.โTapi dia tertawa, โMaaf, Tuan, ini perintah dari Pak Budi.โAku menggeleng, teringat ketika aku berada di apartemennya Ayah, di perlakuan serupa.Perjalanan hampir satu jam membawaku ke pusat kota, di depan gedung pencakar langit megah bertuliskan "PT Nusantara Group". Aku terbelalak, perusahaan ini salah satu perusahaan terbesar di Indonesia, sering jadi berita karena proye
Aku duduk di sofa, pikiranku berputar. Mereka sepertinya sedang menyembunyikan sesuatu, apa Alex mengancam mereka?Malam tiba, kami makan malam bersama, tapi suasana terasa canggung. Nayla lebih pendiam, hanya sesekali cerita soal kampus.Aku coba menggodanya, โNayla, sekarang wartawan masih ngejar-ngejar lagi gak? Keren, sekarang kamu jadi artis kampus, nih!โDia tersenyum kecil, tapi tidak seceria kemarin."Nggak Bang, sudah gak lagi." jawabnya singkat.Setelah makan selesai, Mama Siska dan Nayla melarangku untuk membantunya.โRaka, sebaiknya kamu istirahat saja! Kamu belum sembuh betul!โ kata Mama Siska.Aku menggeleng, โMa, aku beneran sudah sembuh!โTapi mereka bersikeras, Nayla bahkan mendorongku ke kamar. โAbang, kata dokternya juga harus banyak istirahat kan, jadi jangan bandel!โ katanya, bikin aku tergelak.Baru beberapa menit berbaring, suara berisik di luar menggangguku. Aku membuka gorden jendela, melihat Bambang, Tejo, dan Supri sedang ngobrol keras dengan seorang pria as
Aku menelan ludah, takjub tapi ragu. โPak, saya hanya ingin melindungi keluargaku. Tentang Alex sendiri, saya sedang mengumpulkan bukti bisnis ilegalnya yang memang sedang di intai oleh kenalannya Ayah."Budi mengangguk, โBagus, Raka. Tapi untuk sekarang ini biar kami yang bertindak, nanti akan aku perintahkan kenalanku untuk mengintai mereka. Tentang perceraianmu juga kamu terima beres saja,โAku tersentuh, tapi juga merasa sungkan. โPak, sebenarnya saya tidak terbiasa hidup seperti ini, tapiโฆ makasih banyak, demi keselamatanku aku bersedia,โ kataku. Pak Hendra tersenyum, โKamu itu anaknya Henri. Jadi sudah aku anggap seperti keluarga sendiri.โPak Budi menambahkan, "Besok, kami akan mengirim orang untuk jemput kamu, akan kami kenalkan pada ke teman-temannya Ayahmu untuk membantumu juga. Tapi itu juga kalau kamu sudah sembuh, kalau masih sakit lain kali saja.โAku mengangguk, โSaya sudah baikan ko, Pak. Kepalaku sudah sembuh tidak terasa sakit lagi.โMereka tersenyum, lalu setelah i
Nayla bahkan menutup pintu dapur dan mengatakan, โAbang, jangan ikut masuk ke dapur, lebih baik Abang istirahat!โAku tertawa, takjub pada perhatian mereka. Mereka bersikeras aku harus segera istirahat, meski aku mengatakan belum mengantuk. Tapi akhirnya aku pergi ke kamarku, aku berbaring memegang kepala belakangku yang masih terasa sakit.Hingga setelah beberapa saat, pintu kamarku terbuka.โBang, sudah, tidur! Besok harus sehat!โ kata Nayla, tangan di pinggang.Mama Siska mengangguk, โBetul kata Nayla, Raka. Kamu harus banyak istirahat, selamat tidur ya!โ"Cepat sembuh ya, Bang!" Nayla menutup kembali pintunya.Aku sudah mendapatkan keluarga yang utuh. Aku bertemu dengan keluargaku dan sekarang, aku ingin Mama Siska dan Nayla juga menjadi bagian dari keluargaku. Tinggal satu masalah yang kuhadapi, tapi ini masalah yang besar.Mataku sudah mulai mengantuk, aku mematikan lampunya lalu setelah itu aku tertidur.Pagi hari tiba, sinar matahari menyelinap lewat jendela, membawa sedikit k
Cahaya terang menyelinap ke mataku, disertai rasa sakit di kepala yang masih berdenyut. Aku membuka mata perlahan, menyadari aku terbaring di ranjang rumah sakit, kepala diperban. Di sampingku, Mama Siska duduk dengan wajah pucat, matanya merah karena menangis. Alicia berdiri di dekat pintu, wajahnya tegang tapi penuh perhatian.โRaka, akhirnya kamu sadar!โ seru Mama Siska, langsung memelukku erat, air matanya membasahi bahuku.Aku mengusap punggungnya, suara serak, โMa, aku nggak apa-apa. Cuma pusing dikit, kepalaku masih sakit, tapi udah baikan.โAlicia mendekat, tangannya menyentuh ranjang. โRaka, aku yakin ini pasti ulah Alex. Memang belum ada bukti, tapi siapa lagi yang ingin mencelakai kamu kalau bukan Alex? Kamu yang bikin hidupnya hancur dan mempermalukannya di depan publik,โ katanya, nada penuh keyakinan.Aku mengangguk pelan, merasakan nyeri di belakang kepala. โIya aku juga sudah menduganya, sekali lagi terima kasih banyak sudah membantuku. Apa polisi sudah menyelidikinyai?
โBang, nanti jemput aku lagi sore, ya. Takut wartawan dateng lagi,โ katanya, suara khas.Aku mengangguk, โPasti, Nay. Tenang aja, Abang pasti jemput dan ada Mas Tejo juga yang akan melindungi kita.โ Dari spion, aku lihat Tejo mengikuti dengan motornya, matanya tajam memindai jalan.Di kampus, Nayla mencium tanganku, bersikap sopan seperti biasa, lalu berlari ke gerbang. Aku segera kembali ke rumah, Tejo di belakangku. Rasanya seperti buronan, kebebasanku terkungkung oleh ancaman Alex dan sorotan media.Tiba di rumah, Mama Siska sedang menyiram tanaman. Aku membantu membersihkan rumah, menyapu dan mengepel, sembari menceritakan nanti akan pergi.โMa, nanti jam sembilan aku ke kantor pengadilan, mau memproses perceraian. Bu Alicia mau bantu, dia punya kenal hakim di sana,โ kataku, suara tegas.Mama Siska berhenti menyiram tanaman ceretnya dia simpan, wajahnya tiba-tiba muram. โRaka, kamu serius mau cerai sama Tiara?โ tanyanya, nada penuh luka.Aku menghela nafas panjang, kesal karena pe
Kemudian aku tuntun, hingga Mama Siska berbaring di kasur. Aku telusuri lekuk tubuhnya dari ujung kaki hingga kepala, aku singkap gaun tidurnya sampai buah dadanya terlihat jelas begitu menggoda.Kembali aku daratkan ciuman di bibirnya, tangannya menggerayangi tubuhnya hingga menemukan buah dadanya yang kenyal. Lalu aku turun ke bawah, aku nikmati buah dadanya yang hangat dan kenyal. Aku remas dengan kedua tanganku, hingga dia mendesah keras.Aku kembali turun menelusuri perutnya, hingga bertemu dengan celana dalamnya. Aku buka semuanya, sampai dia tidak memakai sehelai benangpun. Kulitnya begitu putih mulus, tidak ada cacat sedikitpun di kulitnya.Mendadak, aku merasa gerah dan aku buka semua pakaianku. Aku berdiri di atas kasur, aku sengaja memamerkan ototku padanya. Aku berpose seperti seorang binaragawan, walaupun ototku tidak terlalu besar. Aku tunjukkan otot bicepku padanya, membuatnya tertawa. Dan berakhir dengan pose membagongkan, aku mengelus benda pusakaku dengan gerakan men
Aku berusaha tetap bersikap santai, โOh ya, ayo kalau gitu. Aku sudah lapar nih.โ Dia mengangguk, tapi sikapnya sedikit kaku.Kami makan malam bersama di ruang makan, Nayla terlihat segar setelah selesai mandi.Dia bercerita, โTadi temen-temenku pada heboh, Bang, tanya soal Abang. Tapi teman-temanku yang waktu itu pernah kesini, justru pada seneng karena status Abang jadi duda katanya. Mereka jadi ada kesempatan buat deketin Abang, tapi aku menolak mereka dengan murka, masa aku punya kakak ipar yang umurnya seumuran denganku?" katanya, suaranya terlihat kesal.Kami tertawa, tapi aku baru sadar ternyata sebentar lagi statusku akan berubah dan resmi jadi seorang duda. Mama Siska ikut tertawa, tapi matanya penuh kekhawatiran. โNayla, kamu ini ada-ada saja. Ko bisa kepikiran sampai situ? Mama juga tadi khawatir dengan keadaanmu, takut kamu kenapa-kenapa." lalu Mama Siska memikirkan sesuatu, "Mama juga khawatir sama Tiara, apa dia baik-baik saja? Mama tidak tahu, sekarang dia ada dimana.
Pembawa berita mengatakan, โSkandal ini mengguncang dunia bisnis. Alex Baskara, seorang pengusaha ternama, kehilangan kredibilitasnya dan besar kemungkinan karirnya akan meredup. Sampai saat ini, Pak Alex masih susah untuk dimintai keterangan, masih mengurung diri di rumahnya. Sementara Raka, yang menjatuhkan talak pada Tiara jadi sorotan."Aku menatap Mama Siska yang masih ketakutan, aku memegang tangannya. "Cepat atau lambat, semuanya akan kembali seperti semula, Ma. Mama tenang saja, aku akan segera menyelesaikan masalah ini." "Yang Mama takutkan, mereka akan nekad karena pasti tidak akan menyerah.""Mama percaya sama aku, itu semua tidak akan terjadi."Ketika kami sedang fokus nonton TV, ponselku berdering dan ternyata dari Nayla.โBang, cepat jemput aku! Banyak wartawan di kampus, tanya-tanya soal Abang sama Kak Tiara!โJantungku berdegup kencang. Media memang tidak pernah mengenal lelah, dan Alex, sebagai pengusaha besar, membuat skandal ini jadi sensasi. โTenang, Nayla. Aku s