Home / Romansa / Tergoda Suami Sewaan / Bab 01 - Jebakan

Share

Tergoda Suami Sewaan
Tergoda Suami Sewaan
Author: Olivia Yoyet

Bab 01 - Jebakan

Author: Olivia Yoyet
last update Last Updated: 2024-08-23 15:07:05

"Hey!" seru Hadrian Danadyakhsa, yang mengejutkan kedua lelaki yang sedang mengeroyok Kirman, ajudannya. 

"Akang kejar Non Zaara!" pekik Kirman sambil menendangi lawan-lawannya yang sempat termangu. 

"Dia di mana?" 

"Mobil sedan hitam. Ada stiker huruf C putih di kaca belakang!" 

Hadrian memutar badan dan lari menuju mobil inventaris khusus PG. Dia menekan remote untuk membuka kunci pintu MPV hitam, kemudian dia memasuki kendaraan dan segera menyalakan mesinnya. 

Hadrian mengemudi dengan kecepatan tinggi. Dia mengamati setiap sedan yang berada di lajur yang sama. Kala menemukan mobil dengan ciri-ciri yang disebutkan Kirman, Hadrian berusaha mendekati kendaraan tersebut dari sisi kiri. 

Hadrian memastikan perempuan yang sedang menyandar ke pintu mobil itu adalah Zaara. Dia memutar otak agar bisa memindahkan gadis tersebut ke mobilnya tanpa menimbulkan kehebohan pengendara lainnya. 

Hadrian mengulum senyuman saat tiba di perempatan yang cukup sepi. Tanpa ragu-ragu dia membanting setir ke kanan hingga mobilnya menyerempet mobil sedan. 

Hadrian berpura-pura hendak kabur dengan membelokkan kemudi ke kiri. Pancingannya berhasil karena pengendara mobil sedan benar-benar mengejarnya. 

Hadrian menghentikan mobil dan memasang rem tangan. Dia tidak mematikan mesin karena akan segera pergi setelah mendapatkan Zaara. 

Hadrian keluar sambil membuka jasnya dan melemparkan benda itu ke jok kursi tengah. Pria berparas tampan mengambil cincin besi andalannya dari saku celana, lalu memasang benda-benda itu di jemari kanan dan kiri. 

"Dasar, bodoh!" seru pria berkemeja marun menggunakan bahasa Inggris berlogat unik. 

Hadrian tidak menyahut, melainkan langsung maju dan menghantamkan tinjuan ke rahang lawannya. Pria bermata sipit mengumpat dalam bahasa Mandarin yang membuat Hadrian teringat akan keluarga Adhitama, sahabat-sahabatnya yang merupakan keturunan Tionghoa. 

Perkelahian terus berlanjut. Hadrian mengeluarkan semua kemampuan karatenya yang dibalas dengan wushu apik oleh lawannya. 

Pada satu kesempatan Hadrian berhasil menendang lelaki tersebut hingga menabrak mobil. Hadrian menarik kerah kemeja lawannya, sebelum menghantamkan kepala pria tersebut ke kaca mobil.

Kala tubuh pria berkemeja marun bergoyang, Hadrian mendorongnya hingga jatuh telentang di jalan dan tidak bergerak lagi. Hadrian memutari mobil dan membuka pintu bagian penumpang. 

Tubuh Zaara yang ternyata tidak mengenakan sabuk pengaman, meluncur turun. Hadrian segera menangkapnya dan menarik badan gadis bergaun hitam. Dia terpaksa menggendong Zaara yang ternyata cukup berat. 

Tanpa menutup pintu mobil sedan, Hadrian jalan secepat mungkin ke mobilnya. Dengan susah payah dia membuka pintu samping kiri dan mendudukkan Zaara. Kemudian Hadrian menutup pintu dan segera memutari depan mobil. 

Tidak berselang lama mobil MPV hitam telah melaju melintasi jalan lengang. Hadrian berusaha membangunkan Zaara yang hanya bergumam tanpa membuka mata. 

Pria berhidung mancung bingung hendak mengantarkan Zaara ke mana. Kemudian dia memutuskan mengajak gadis tersebut ke apartemennya, yang berada satu gedung dengan apartemen khusus milik PG. 

Setibanya di tempat tujuan, Hadrian membopong Zaara menuju lobi utama. Dia meminta bantuan petugas lobi buat mengantarkannya ke lantai 19, menggunakan lift. Hadrian menjelaskan siapa Zaara dan sang petugas tidak lagi bertanya apa pun. 

Sesampainya di unit pribadi, Hadrian menggendong Zaara ke kamar utama. Namun, belum sempat dia membaringkan gadis tersebut, Zaara tiba-tiba muntah hingga mengotori gaunnya. 

"Bisa tolong aku?" tanya Hadrian sembari mendudukkan Zaara di sofa. 

"Bantu apa, Pak?" tanya petugas lobi dengan bahasa Melayu.

"Carikan secwan. Maksudku, pegawai perempuan. Baju Zaara harus diganti," terang Hadrian sembari mengambil tisu dari meja untuk membersihkan kotoran di gaun Zaara. 

"Baik. Segera saya carikan." 

Sang petugas berbalik dan segera keluar. Dia menutup pintu unit, kemudian memasuki lift. Sementara Hadrian masih sibuk membersihkan gaun Zaara yang tengah terisak-isak. 

"Ra, aku cariin susu, ya. Mungkin bisa menetralisir alkohol di badanmu," tutur Hadrian sembari mengusap tisu ke wajah gadis yang balas menatapnya dengan mata berkabut. 

"Kang, antarkan aku ke toilet," cicit Zaara. 

Hadrian hendak bertanya, tetapi diurungkan saat menyadari jika Zaara kemungkinan akan kembali muntah. Pria berkemeja hijau muda bangkit dan menuntun Zaara yang jalan terhuyung-huyung. 

Mereka tiba di toilet dan Zaara benar-benar kembali mengeluarkan isi perutnya di lantai. Mengesampingkan rasa jijik, Hadrian menyambar selang shower kecil dan menyiram kotoran dengan tangan kiri. Sementara tangan kanannya memijat belakang leher Zaara yang tengah merunduk di kloset. 

Seusai mengeluarkan semua isi perut, Zaara kembali menangis. Dia malu pada Hadrian karena tengah berada dalam kondisi yang memprihatinkan. 

"Ra, stop dulu nangisnya," pinta Hadrian. "Lebih baik bajumu segera diganti. Kalau nggak kamu akan muntah lagi," lanjutnya. "Tunggu, aku carikan pakaian ganti," sambungnya sembari keluar, bertepatan dengan bunyi bel pintu depan. 

Zaara menatap pantulan wajahnya di cermin, kemudian mengumpati Leroy Cheng, pria yang ternyata telah menjebaknya. Zaara benar-benar kesal pada lelaki yang awalnya dikira gentleman, tetapi kenyataannya Leroy adalah orang yang licik. 

Zaara ingin menelepon kedua temannya di hotel untuk mengabarkan posisinya. Dia memindai sekitar sebelum mendengkus kuat kala menyadari sejak tadi dia tidak melihat tas hitamnya. 

Setelah pintu unit dibukakan Hadrian, perempuan berseragam pegawai melangkah masuk. Dia menutup pintu, kemudian mengikuti arahan Hadrian dan bergegas mendatangi Zaara. 

Sekian menit berlalu, Zaara dan Sophia keluar dari toilet. Mereka meneruskan langkah menuju ruangan depan di mana Hadrian baru selesai menelepon Kirman. 

Sophia berpamitan dan Hadrian memberinya tips. Zaara duduk miring di sofa sambil memeluk kedua lututnya. Rasa mual di perut masih terasa, tetapi ditahannya agar tidak kembali muntah. 

"Ra, kamu nginap di mana? Kuantarkan," tutur Hadrian sambil duduk di kursi seberang. 

"Hotel Meridien," sahut Zaara. "Tapi, kalau aku pulang dalam kondisi begini, teman-temanku akan panik. Mungkin nanti mereka akan laporan ke Ayah, dan aku nggak boleh lagi keluyuran tanpa pengawal," jelasnya. 

"Wait. Tanpa pengawal?" 

"Hu um." 

"Kok, bisa?" 

"Aku bujuk Ayah dan Ibu. Kebetulan Mas Ivan lagi nggak ada. Jadi lolos, deh." 

"Hmm, ya, Mas Ivan lagi di Bali sama tim." Hadrian mengamati perempuan muda yang wajahnya masih pucat. "Lalu, aku nganterin kamu ke mana?" tanyanya. 

"Aku boleh nginap di sini? Besok pagi-pagi aku balik ke hotel." 

Hadrian terdiam sejenak. Dia ragu-ragu untuk mengizinkan gadis berpipi tembam untuk menginap. "Atau begini aja. Kamu nginap di unit PG lantai 15," usulnya.

"Aku nggak mau sendirian." 

"Ehm, Kirman nanti nemenin kamu." 

Zaara spontan menggeleng. "Aku nggak kenal sama dia." 

"Kirman itu pengawal sekaligus asistenku. Dijamin aman." 

"Tetap nggak mau. Bagiku dia tetap orang asing." 

Hadrian tertegun, kemudian dia melengos. Dia tidak menduga bila gadis berparas manis di hadapannya, ternyata sama keras kepalanya dengan Ivan. 

Hadrian menyandar dan menempelkan kepalanya ke sandaran kursi. Dia memijat dahi yang tiba-tiba berdenyut, sambil memikirkan sesuatu. 

Tiba-tiba Zaara bangkit dan lari ke dapur mini. Dia kembali muntah di wastafel dan menjadikan Hadrian mengeluh dalam hati, karena harus mengizinkan gadis itu menginap sekaligus merawatnya. 

Hadrian bangkit untuk mendatangi Zaara. Dia mengurut belakang leher perempuan berusia 25 tahun tersebut, kemudian merapikan rambut Zaara yang terdorong ke depan. 

"Sudah? Kalau belum, keluarin semuanya," cakap Hadrian sembari mengepang rambut Zaara yang lebat. Terbiasa mengurus adiknya sejak kecil menjadikan Hadrian cekatan menjalin rambut hingga rapi.

"Udah," cicit Zaara. 

"Mau minum susu atau teh hangat?" 

"Teh aja." 

"Sebentar kubuatkan." 

"Ada yang bisa dimakan? Aku ... lapar." 

"Ada roti, atau kalau mau, kubuatkan nasi goreng." 

"Apa aja, deh." 

Hadrian menuntun Zaara kembali ke kursinya. Kemudian dia berbalik dan bersiap untuk membuatkan minuman buat mereka.

Zaara mengamati lelaki berparas tampan yang memang cukup dekat dengannya. Terutama semenjak Hadrian bersahabat dengan Ivan selama beberapa tahun terakhir. 

Bunyi bel pintu mengejutkan Hadrian. Dia segera membukanya setelah memastikan bila orang di balik pintu adalah Kirman. Hadrian menggeleng pelan menyaksikan kondisi ajudannya yang mengalami luka-luka. Pria berbibir tipis membatin bila malam itu dia harus mengurus dua pasien sekaligus, dan keduanya sama-sama kepala batu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
kang Iaaaaaaan yuhuuuuu
goodnovel comment avatar
Al-rayan Sandi Syahreza
calon pasangan baru bakal hadir ini si zaara sama hardian
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 60 - Stay With Me, Honey

    60Jalinan masa terus bergulir. Kehidupan rumah tangga Hadrian dan Zaara kian harmonis. Setiap minggu pertama dan kedua, mereka akan menetap di Bandung.Bila Hadrian bekerja di restorannya ataupun melakukan rapat dengan teman-teman PG dan PC yang bermukim di Kota Bandung, maka Zaara juga menyibukkan diri dengan belajar memasak pada Ana.Seperti pagi itu, seusai sarapan, Zaara berpamitan pada asisten rumah tangga. Dia mengajak Indriani untuk bergegas ke kediaman sang mertua.Setibanya di tempat tujuan, ternyata di sana sedang ramai ibu-ibu sekitar yang dikaryakan Ana, bila kebetulan tengah mendapatkan orderan katering besar."Bu, siapa yang mesan katering?" tanya Zaara, seusai menyalami mertuanya dengan takzim."Mamanya Reinar. Nanti sore, ada pengajian di rumahnya," jelas Ana sembari melanjutkan memotong bolu ketan hitam.Zaara tertegun sesaat, kemudian dia menggeleng pelan. "Aku lupa acara itu. Padahal Karen sudah ngundang di grup.""Kita berangkat sama-sama. Ibu sekalian mau ketemu m

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 59 ' Sunnah dan Wajib

    59Mobil-mobil lainnya muncul dari belakang. Wirya meneriaki Kirman agar menambah kecepatan mobil. Hal serupa juga dilakukan keempat sopir lainnya. Gibson dan Cedric yang berada di mobil paling belakang, menarik senapan laras panjang dari bawah. Mereka mengintip dari pintu kanan dan kiri, yang kacanya telah terbuka sepenuhnya. Rentetan tembakan diarahkan Gibson dan Cedric ke deretan mobil-mobil di belakang. Fabian yang menjadi sopir, melakukan manuver zig-zag yang sering dilstihnya bersama teman-teman pengawal lainnya. Banim yang berada di samping kiri sopir, mendengarkan penjelasan Wirya melalui sambungan telepon jarak jauh. Banim manggut-manggut, sebelum memutuskan panggilan. "Bang, dirut minta kita maju," tukas Banim. "Ke mana?" tanya Fabian. "Paling depan. Bang Kirman mundur, karena Pak Tio mau jadi koboi." Fabian mengulum senyuman. Sebagai salah satu pengawal lama, dia mengetahui jika Tio sangat ingin bisa mempraktikkan ilmu menembaknya secara maksimal. Fabian menambah ke

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 58 - Lari!

    58Pagi menjelang siang, kelompok pimpinan Kirman tiba di rumah sakit swasta terkenal di Singapura. Syuja, Gibson dan Dimas tetap berada di mobil. Sementara Loko, Michael dan Cedric menunggu di lobi, bersama lima anak buah Jeremy Cheng. Di ruang perawatan VVIP, Hadrian berbincang dengan Stefan dan Gerald Cheng. Sebab Leroy masih kesulitan untuk berbicara panjang, dia meminta kedua saudaranya untuk menyampaikan maksudnya pada sang tamu. Hadrian membaca surat permohonan izin yang telah dibuat tim kuasa hukum keluarga Cheng. Hadrian mendiskusikan hal itu dengan Tio, Dante dan Baskara, sebelum menandatangi surat itu. "Terima kasih atas bantuannya," tutur Stefan, sesaat setelah Hadrian memberikan lembaran asli surat itu padanya. Sementara salinannya dititipkan pada Tio. "Kembali kasih," jawab Hadrian. Dia memandangi pria bermata sipit yang sedang duduk menyandar di ranjang. "Cepat pulih, Leroy. Tuntaskan hukumanmu. Baru lanjutkan bisnis dengan cara yang lebih baik," ungkapnya. Leroy m

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 57 - Dia ditembak?

    57*Grup Pasukan Penjaga Wirya*Zulfi : Astagfirullah. Grup naon deui, iyeuh?Haryono : Aku ada di mana?Yoga : Kaget aku. Logonya foto Wirya.Andri : Kayak masih muda di foto itu.Yanuar : Memang masih culun dia. Baru lulus diklat satpam.Alvaro : @Kang Ian, nemu di mana itu foto?Hadrian : Aku nyomot dari IG-nya Wirya, @Varo.Wirya : Loh, kok, ada fotoku di situ?Hadrian : Sesuai nama grup, @Wirya.Tio : Aku sampai bolak-balik ngecek. Kirain salah grup.Dante : Aku ngakak baca nama grupnya.Baskara : Tapi, memang benar, sih. Wirya harus punya pasukan bodyguard khusus.Linggha : Saya sampai bingung. Tiba-tiba ada di grup ini.Bryan : Orang Indonesia. Bisa nggak, grup chatnya off dulu? Di sini sudah jam 1 malam.Hadrian : Belum tidur, @Mas Bryan?Bryan : Aku baru nyampe rumah. Capek banget.Benigno : Habis dari mana, @Mas Bryan?Bryan : Chairns. Bareng Jourell.Alvaro : Jourell dan Mas Keven invited juga ke sini. Mereka bodyguardnya Wirya kalau lagi dinas di Australia sama New Zealan

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 56 - Diusir

    56Alunan musik instrumental terdengar di dalam kamar bernuansa putih dan abu-abu. Dari keremangan cahaya lampu sudut, terlihat sepasang insan yang sedang dimabuk kepayang. Lenguhan terdengar bergantian dari mulut mereka, mengiringi gerakan konstan yang dilakukan bersama. Tanpa memedulikan keringat yang keluar dari pori-pori kulit, keduanya melanjutkan percintaan dengan semangat. Berbagai gaya mereka lakukan untuk mendapatkan sensasi berbeda. Sekali-sekali bibir mereka menyatu dan saling mengisap. Pagutan kian dalam saat sudah hampir tiba di ujung pendakian. Pekikan perempuan berambut panjang menjadikan lelakinya menambah kecepatan. Kemudian mereka saling mendekap dan mengeluarkan seluruh cinta, sembari menjerit tertahan. Selama beberapa saat keduanya masih berada dalam posisi yang sama. Kala Hadrian menarik diri, Zaara mengusap dahi suaminya yang berpeluh tanpa rasa jijik sedikit pun. Hadrian menunduk untuk mengecup bibir sang istri. Namun, Zaara justru menarik leher lelakinya

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 55 - Sekarang Jadi Kawan, Besok Jadi Lawan

    55Langit biru Kota Jakarta, siang itu terlihat cerah. Udara kian menghangat seiring dengan bertambahnya waktu. Menjadikan banyak orang memutuskan untuk tetap berada di dalam ruangan, daripada beraktivitas di luar. Hadrian masih terdiam di kursinya. Tatapan lurus diarahkan lelaki berkemeja biru muda, pada pigura besar di dinding yang menampilkan foto pernikahannya dengan Zaara. Pria berhidung bangir baru saja usai dihubungi Margus melalui sambungan telepon jarak jauh. Sang pengacara menerangkan keinginan keluarga Cheng, agar Hadrian dan Zaara bersedia datang mengunjungi Leroy. Kondisi musuhnya itu menimbulkan keprihatinan Hadrian. Namun dia masih meragukan niat baik Leroy untuk berdamai. Bisa saja itu hanya akal-akalan pihak lawan, demi memuluskan jalan Leroy berangkat ke Amerika untuk berobat. Hadrian akhirnya menelepon sahabatnya dan menerangkan semua cerita Margus. Hadrian meminta pendapat pria tersebut, yang langsung mengajaknya bertemu. Puluhan menit terlewati, Hadrian yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status