Home / Romansa / Tergoda Suami Sewaan / Bab 02 - Penelepon Misterius

Share

Bab 02 - Penelepon Misterius

Author: Olivia Yoyet
last update Last Updated: 2024-08-23 15:07:56

"Apa?" tanya Arrivan Qaiz Latief, Kakak tertua Zaara yang baru saja mendapat kabar jika adiknya tidak kembali ke hotel sejak semalam. 

"Zaara ngilang, Mas," terang Maia, sahabat sekaligus asisten Zaara. 

"Kok, bisa?" 

"Enggak tahu." 

"Memangnya kalian nggak jalan bareng?" 

"Awalnya begitu, tapi Zaara akhirnya memisahkan diri dan ikut dengan Leroy Cheng." 

Arrivan yang biasa dipanggil Ivan mengerutkan alisnya. "Siapa itu Leroy Cheng?" 

"Dia pengusaha sini. Kami ketemu dia tiga hari lalu. Sejak itu dia sering ngedatangin Zaara." 

"Bentar, kalian ada di mana sebenarnya?" 

"Singapura." 

Ivan berdecih. "Kalian pergi sama siapa?" 

"Bertiga aja. Aku, Zaara dan Desya." 

"Ajudan?" 

Maia beradu pandang dengan Desya yang turut mendengarkan percakapan tersebut melalui pengeras suara di ponselnya. "Enggak ada yang ikut." 

"Apa?" Suara Ivan naik satu oktaf. Kemudian dia menggebrak meja hingga mengejutkan kedua perempuan di seberang telepon. 

"Zaara yang mau kayak gitu, Mas. Dia bilang bosan dikuntit terus," kilah Maia sambil memilin rambutnya untuk meredakan ketegangan. 

"Sudah puluhan kali aku bilang. Jangan keluyuran tanpa pengawal! Apa kalian mau diculik orang? Kayak Ibu dulu?" 

"Enggak mau, tapi aku nggak bisa membantah Zaara. Mas tahu sendiri kerasnya dia." 

Ivan memijat pangkal hidung yang tiba-tiba sakit. "Ponselnya nggak bisa dihubungi?" 

"Hu um. Aku sama Desya tiap lima belas menit gantian nelepon. Tetap nggak tersambung." 

Ivan berpikir sejenak, kemudian berkata, "Aku mau nelepon Varo. Kalian tetap coba hubungi Zaara." 

"Ya, Mas." 

Pria berkaus hitam memutus sambungan telepon. Ivan termangu selama beberapa saat, sebelum menggulirkan jemari untuk menghubungi salah satu sahabatnya di PG. 

Akan tetapi, belum sempat Ivan menelepon Alvaro, ponselnya telanjur berdering dan menampilkan nama Shurafa, adiknya sekaligus Kakak Zaara. 

Ivan membeliakkan mata ketika mendengar informasi tentang kondisi ayahnya yang terkena serangan jantung, sesaat setelah mendapat telepon misterius dari orang yang tidak dikenal. 

Setelah menutup sambungan, Ivan berdiri dan jalan mendekati kopernya. Dengan tergesa-gesa dia mengemasi semua barang, kemudian bergegas ke kamar mandi untuk menuntaskan hajat.

Belasan menit terlewati, Ivan telah berada di lobi hotel bersama keempat rekannya dari PG. Yakni, Harry Adhitama, Chandra Kamandaka, Panglima Labdajaya dan Levin Aryeswara. 

Ivan menceritakan detail percakapannya dengan sang adik yang mengejutkan rekan-rekannya. Harry dan yang lainnya berjanji akan turut mencari informasi tentang keberadaan Zaara, sekaligus mengambil alih pekerjaan Ivan di Bali. 

Tidak berselang lama seunit taksi tiba. Ivan berpamitan pada rekan-rekannya, lalu melenggang menuju mobil sedan hitam. Keempat orang lainnya memandangi hingga taksi menjauh dan akhirnya menghilang. 

Sementara itu di Jakarta, Shurafa duduk di kursi samping kiri ranjang pasien. Dia memegangi Al Qur'an kecil dan mengaji dengan suara pelan. Perempuan yang sedang hamil tua berusaha menenangkan diri, meskipun dia sangat mengkhawatirkan kondisi sang ayah, Ahmad Yafiq Latief. 

Seorang perempuan tua berjilbab biru, berulang kali mengusap punggung tangan suaminya. Emilia Latief benar-benar cemas karena serangan jantung yang dialami suaminya dua jam silam, merupakan serangan terparah sejak beberapa tahun terakhir. 

Bila biasanya Ahmad Yafiq akan langsung diperbolehkan pulang oleh tim dokter, tetapi kali itu mau tidak mau harus diopname karena dokter mendiagnosa pasiennya menderita stroke. 

Emilia mengusap sudut mata dengan saputangan ungu. Dia melirik arloji di pergelangan tangan kanan, kemudian melanjutkan doa dalam hati agar sang suami bisa segera pulih. 

Ketukan di pintu yang diiringi kemunculan Virendra Barata, suami Shurafa, mengalihkan pandangan kedua perempuan padanya. Pria berkemeja hijau menyambangi istrinya, kemudian menyerahkan bungkusan berisi kotak makanan.

"Mama ajak Ibu makan dan istirahat. Biar Papa yang jaga Ayah," tutur Virendra sambil memandangi istrinya. 

"Ibu nggak mau makan," tolak Emilia. 

"Nanti Ibu sakit, lalu, yang ngerawat Ayah siapa?" desak Shurafa. 

Emilia terdiam. "Tapi Ibu nggak selera." 

"Dipaksain dikit-dikit. Yang penting masuk." Shurafa bangkit dan menghampiri ibunya. "Yuk, Bu. Habis makan nanti kita salat asar. Baru kembali ke sini," bujuknya. 

Emilia hendak membantah, tetapi Shurafa telanjur menarik tangannya. Kedua perempuan berbeda generasi jalan keluar sambil berpegangan tangan. Virendra memandangi hingga keduanya menghilang di balik pintu, kemudian dia berpindah duduk ke sofa. 

Virendra mengamati ponselnya. Dia menunggu kabar dari kedua teman Zaara yang tengah mencari Adik iparnya. Selain itu Virendra juga tengah menunggu informasi terbaru dari ketua pengawal keluarganya, yang sedang menghubungi direktur utama PBK.

Pria berkumis tipis memijat dahinya. Virendra tidak menyangka jika Zaara akan bertingkah di luar batas, seperti yang telah disebutkan orang yang menelepon Ahmad Yafiq, sesaat sebelum pria tua terkena serangan jantung. 

Virendra telah mengirimkan nomor misterius itu pada Listu yang merupakan ketua pengawal keluarganya. Pria berhidung tidak terlalu mancung sangat berharap orang-orang PBK bisa menemukan Zaara, sekaligus mengungkap penelepon misterius yang menyebabkan kekacauan. 

***

"Ra, kamu ke mana aja?" tanya Maia, sesaat setelah dia membukakan pintu buat sahabatnya. 

"Leroy Cheng menjebakku," terang Zaara sembari memasuki ruangan dan duduk di kursi panjang, berdampingan dengan Desya. 

"Jebak gimana?" 

"Dia ngajak dinner. Pas aku ke toilet, rupanya dia masukin entah cairan apa ke minumanku." 

"Terus, gimana?" desak Desya. 

"Waktu jalan ke mobilnya, kepalaku sudah pusing. Nyampe mobil, aku langsung tidur dan nggak ingat apa-apa. Lalu ...." Zaara memandangi kedua sahabatnya yang balas menatapnya lekat-lekat. "Pokoknya pas aku sadar, ternyata sudah di unit Kang Ian," lanjutnya. 

"Kok, bisa di situ?" 

"Kata Kang Ian, dia lagi dinner sama rekan bisnis di tempat yang sama denganku. Dia lihat Leroy masukin cairan itu. Dia mau nyegah aku minum, tapi temannya ngajak ngobrol terus. Akhirnya dia nyuruh pengawal buat buntutin aku." 

"Pengawalnya dikeroyok orang, yang diduga anak buah Leroy. Kang Ian ngejar mobil Leroy dan ketemu. Lalu diserempetnya itu mobil buat mancing Leroy berhenti." 

"Mereka berantem dan Kang Ian berhasil mengalahkan Leroy. Lalu dia mindahin aku ke mobilnya dan dibawa ke unitnya, karena Kang Ian nggak tahu aku nginap di mana. Terus ... aku muntah sampai kena baju. Habis itu, aku muntah lagi, sampai lima kali."

"Oh, pantesan kamu balik dengan baju kaus gedembrongan," sela Maia.

"Hu um, dan ini baju Kang Ian. Nanti kubalikin setelah dicuci." 

"Kami nelepon ke hapemu, tapi nggak tersambung."

"Tasku tertinggal di mobil Leroy." 

Maia dan Desya saling menatap. Kemudian Maia berkata, "Berarti penelepon misterius itu adalah Leroy." 

"Maksudnya?" desak Zaara. 

"Ada orang nelepon ayahmu pakai nomor tidak terdaftar. Dia bilang, kamu pesta mabuk-mabukan dan pergi sama cowok bermata besar ke hotel." 

Zaara membulatkan matanya. "Sial! Bisa-bisanya dia memutarbalikkan fakta!" 

"Dan ayahmu kena serangan jantung, Ra. Sekarang beliau ada di rumah sakit." 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
sabar mas Ivan jangan emosi dulu
goodnovel comment avatar
Al-rayan Sandi Syahreza
makanya Ra biarin dah di kawal terus,toh itu demi kebaikan km juga
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 60 - Stay With Me, Honey

    60Jalinan masa terus bergulir. Kehidupan rumah tangga Hadrian dan Zaara kian harmonis. Setiap minggu pertama dan kedua, mereka akan menetap di Bandung.Bila Hadrian bekerja di restorannya ataupun melakukan rapat dengan teman-teman PG dan PC yang bermukim di Kota Bandung, maka Zaara juga menyibukkan diri dengan belajar memasak pada Ana.Seperti pagi itu, seusai sarapan, Zaara berpamitan pada asisten rumah tangga. Dia mengajak Indriani untuk bergegas ke kediaman sang mertua.Setibanya di tempat tujuan, ternyata di sana sedang ramai ibu-ibu sekitar yang dikaryakan Ana, bila kebetulan tengah mendapatkan orderan katering besar."Bu, siapa yang mesan katering?" tanya Zaara, seusai menyalami mertuanya dengan takzim."Mamanya Reinar. Nanti sore, ada pengajian di rumahnya," jelas Ana sembari melanjutkan memotong bolu ketan hitam.Zaara tertegun sesaat, kemudian dia menggeleng pelan. "Aku lupa acara itu. Padahal Karen sudah ngundang di grup.""Kita berangkat sama-sama. Ibu sekalian mau ketemu m

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 59 ' Sunnah dan Wajib

    59Mobil-mobil lainnya muncul dari belakang. Wirya meneriaki Kirman agar menambah kecepatan mobil. Hal serupa juga dilakukan keempat sopir lainnya. Gibson dan Cedric yang berada di mobil paling belakang, menarik senapan laras panjang dari bawah. Mereka mengintip dari pintu kanan dan kiri, yang kacanya telah terbuka sepenuhnya. Rentetan tembakan diarahkan Gibson dan Cedric ke deretan mobil-mobil di belakang. Fabian yang menjadi sopir, melakukan manuver zig-zag yang sering dilstihnya bersama teman-teman pengawal lainnya. Banim yang berada di samping kiri sopir, mendengarkan penjelasan Wirya melalui sambungan telepon jarak jauh. Banim manggut-manggut, sebelum memutuskan panggilan. "Bang, dirut minta kita maju," tukas Banim. "Ke mana?" tanya Fabian. "Paling depan. Bang Kirman mundur, karena Pak Tio mau jadi koboi." Fabian mengulum senyuman. Sebagai salah satu pengawal lama, dia mengetahui jika Tio sangat ingin bisa mempraktikkan ilmu menembaknya secara maksimal. Fabian menambah ke

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 58 - Lari!

    58Pagi menjelang siang, kelompok pimpinan Kirman tiba di rumah sakit swasta terkenal di Singapura. Syuja, Gibson dan Dimas tetap berada di mobil. Sementara Loko, Michael dan Cedric menunggu di lobi, bersama lima anak buah Jeremy Cheng. Di ruang perawatan VVIP, Hadrian berbincang dengan Stefan dan Gerald Cheng. Sebab Leroy masih kesulitan untuk berbicara panjang, dia meminta kedua saudaranya untuk menyampaikan maksudnya pada sang tamu. Hadrian membaca surat permohonan izin yang telah dibuat tim kuasa hukum keluarga Cheng. Hadrian mendiskusikan hal itu dengan Tio, Dante dan Baskara, sebelum menandatangi surat itu. "Terima kasih atas bantuannya," tutur Stefan, sesaat setelah Hadrian memberikan lembaran asli surat itu padanya. Sementara salinannya dititipkan pada Tio. "Kembali kasih," jawab Hadrian. Dia memandangi pria bermata sipit yang sedang duduk menyandar di ranjang. "Cepat pulih, Leroy. Tuntaskan hukumanmu. Baru lanjutkan bisnis dengan cara yang lebih baik," ungkapnya. Leroy m

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 57 - Dia ditembak?

    57*Grup Pasukan Penjaga Wirya*Zulfi : Astagfirullah. Grup naon deui, iyeuh?Haryono : Aku ada di mana?Yoga : Kaget aku. Logonya foto Wirya.Andri : Kayak masih muda di foto itu.Yanuar : Memang masih culun dia. Baru lulus diklat satpam.Alvaro : @Kang Ian, nemu di mana itu foto?Hadrian : Aku nyomot dari IG-nya Wirya, @Varo.Wirya : Loh, kok, ada fotoku di situ?Hadrian : Sesuai nama grup, @Wirya.Tio : Aku sampai bolak-balik ngecek. Kirain salah grup.Dante : Aku ngakak baca nama grupnya.Baskara : Tapi, memang benar, sih. Wirya harus punya pasukan bodyguard khusus.Linggha : Saya sampai bingung. Tiba-tiba ada di grup ini.Bryan : Orang Indonesia. Bisa nggak, grup chatnya off dulu? Di sini sudah jam 1 malam.Hadrian : Belum tidur, @Mas Bryan?Bryan : Aku baru nyampe rumah. Capek banget.Benigno : Habis dari mana, @Mas Bryan?Bryan : Chairns. Bareng Jourell.Alvaro : Jourell dan Mas Keven invited juga ke sini. Mereka bodyguardnya Wirya kalau lagi dinas di Australia sama New Zealan

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 56 - Diusir

    56Alunan musik instrumental terdengar di dalam kamar bernuansa putih dan abu-abu. Dari keremangan cahaya lampu sudut, terlihat sepasang insan yang sedang dimabuk kepayang. Lenguhan terdengar bergantian dari mulut mereka, mengiringi gerakan konstan yang dilakukan bersama. Tanpa memedulikan keringat yang keluar dari pori-pori kulit, keduanya melanjutkan percintaan dengan semangat. Berbagai gaya mereka lakukan untuk mendapatkan sensasi berbeda. Sekali-sekali bibir mereka menyatu dan saling mengisap. Pagutan kian dalam saat sudah hampir tiba di ujung pendakian. Pekikan perempuan berambut panjang menjadikan lelakinya menambah kecepatan. Kemudian mereka saling mendekap dan mengeluarkan seluruh cinta, sembari menjerit tertahan. Selama beberapa saat keduanya masih berada dalam posisi yang sama. Kala Hadrian menarik diri, Zaara mengusap dahi suaminya yang berpeluh tanpa rasa jijik sedikit pun. Hadrian menunduk untuk mengecup bibir sang istri. Namun, Zaara justru menarik leher lelakinya

  • Tergoda Suami Sewaan    Bab 55 - Sekarang Jadi Kawan, Besok Jadi Lawan

    55Langit biru Kota Jakarta, siang itu terlihat cerah. Udara kian menghangat seiring dengan bertambahnya waktu. Menjadikan banyak orang memutuskan untuk tetap berada di dalam ruangan, daripada beraktivitas di luar. Hadrian masih terdiam di kursinya. Tatapan lurus diarahkan lelaki berkemeja biru muda, pada pigura besar di dinding yang menampilkan foto pernikahannya dengan Zaara. Pria berhidung bangir baru saja usai dihubungi Margus melalui sambungan telepon jarak jauh. Sang pengacara menerangkan keinginan keluarga Cheng, agar Hadrian dan Zaara bersedia datang mengunjungi Leroy. Kondisi musuhnya itu menimbulkan keprihatinan Hadrian. Namun dia masih meragukan niat baik Leroy untuk berdamai. Bisa saja itu hanya akal-akalan pihak lawan, demi memuluskan jalan Leroy berangkat ke Amerika untuk berobat. Hadrian akhirnya menelepon sahabatnya dan menerangkan semua cerita Margus. Hadrian meminta pendapat pria tersebut, yang langsung mengajaknya bertemu. Puluhan menit terlewati, Hadrian yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status