Home / Romansa / Tergoda Teman Papa / Club Aurelius 2

Share

Club Aurelius 2

Author: ORI GAMII
last update Last Updated: 2025-11-29 23:27:45

Di depan klub, dua perempuan tampak baru turun dari sebuah taksi. Langkah mereka dibuat sepercaya diri mungkin agar terlihat elegan layaknya wanita kelas atas.

Bricia dan Feli tersenyum tipis ketika memasuki pintu masuk, lalu menunjukkan kartu undangan sebagai bukti bahwa mereka bukan tamu sembarangan.

“Silakan masuk, nona,” ucap dua penjaga berbadan besar dengan pakaian formal.

Begitu keduanya melangkah masuk, Bricia menurunkan sedikit kacamata hitamnya dan menatap sekeliling.

“Rame sekali,” gumam Feli.

Bricia menyikut lengan Feli pelan. “Jelas. Ini peresmian klub baru, Fel."

Lampu-lampu LED bergerak di langit-langit, dentuman musik terasa bergetar di lantai. Orang-orang hilir mudik, sebagian menuju bar dan sebagian lagi memenuhi area dansa.

“Gila, suasananya mewah banget,” bisik Feli sambil merapikan wig-nya.

Siapa pun yang melihat dua perempuan itu, pasti tak akan mudah mengenali. Bricia dan Feli sat ini mengenakan gaun ketat yang memeluk tubuhnya. Panjangnya sebatas lutut, tamp
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Muji Lestari
wuah ada yg cemburu nih
goodnovel comment avatar
Bintang Ihsan
akhirnya andrew menemukan bricia
goodnovel comment avatar
Arum Widya
iya... itu bricia dan Feli... ...... buruan om.. bricia lg cemburu meski tk dia sadari....
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Tergoda Teman Papa    Test pack

    “Loui… kamu nggak apa-apa?” Eric refleks mengurut tengkuk Louisa. Gerakannya pelan dan hati-hati, berharap bisa meredakan mual yang masih membuat tubuh Louisa gemetar. Mendengar suara muntah, Bricia dan Feli langsung berlari mendekat. Wajah keduanya sama-sama pucat oleh rasa khawatir. “Kenapa, Pa?” tanya Bricia cepat. Ia langsung menggantikan tangan Eric di tengkuk Louisa, dan mengusapnya perlahan. “Papa juga nggak tahu,” jawab Eric jujur. “Tiba-tiba Louisa mual, terus muntah.” Bricia tak menanggapi lagi. Fokusnya hanya satu, terus mengurut tengkuk Louisa dengan gerakan lembut dan menenangkan. Napas Louisa masih terengah. Ia membilas mulutnya dengan air, lalu menegakkan tubuh perlahan. Namun begitu pandangannya bertemu dengan Eric, gelombang mual itu kembali datang begitu saja. Entahlah. Tadi rasanya tidak seperti ini. Semua datang terlalu tiba-tiba. “Hhmp…” Louisa kembali menutup mulutnya saat matanya bertabrakan dengan mata Eric. Ia mencondongkan tubuh sedikit, lalu

  • Tergoda Teman Papa    Firasat

    Dengan langkah lemah, Eric maju. Ia bahkan tak memedulikan tabung infus yang terseret di lantai, menimbulkan suara lirih yang mengganggu pendengaran. Tujuannya hanya satu, ia ingin mendekat pada Louisa.“Loui…” panggilnya pelan. Entah suaranya sampai atau tidak. Eric terus melangkah, dengan satu harapan sederhana Louisa akan berlari menghampirinya, memeluknya erat, seperti dulu.Namun Louisa tetap berdiri di tempatnya. Dadanya naik turun perlahan. Sesekali ia menelan ludah, jelas ragu, antara ingin mendekat atau justru melangkah mundur.Bricia menangkap momen itu. Tanpa berkata apa-apa, ia menoleh ke Feli dan Harry. Tatapannya memberi isyarat, mereka harus menyingkir. Feli mengangguk pelan. Harry pun paham.Ketiga orang itu segera menjauh tanpa suara, meninggalkan Eric dan Louisa berdua saja dengan jarak yang tinggal beberapa langkah. Namun terasa seperti berkilo-kilo meter. Langkah Eric akhirnya terhenti di saat jarak makin mengikis. Ia menatap Louisa dengan sorot sendu, penuh rind

  • Tergoda Teman Papa    Louisa... kamu kah itu?

    Pelan, Eric membuka matanya. Ia kembali memejam, menyesuaikan cahaya yang menyusup ke retinanya.Namun saat satu ingatan menghantam, Eric mendadak membuka mata lebar dan langsung terduduk. Dadanya naik turun. Pandangannya menyapu sekeliling, mencari satu sosok yang tadi sempat ia lihat.“Louisa…” gumamnya.Tapi, ruangan di sekitar kosong. Tak ada siapapun. Hanya selang infus yang kembali tertancap di tangannya.Eric menghela napas berat. “Jadi tadi cuma halusinasi… atau Louisa benar-benar pulang?”Ia berusaha turun dari ranjang, berniat keluar memastikan sendiri. Tapi rasa pusing kembali menghantam, membuat kepalanya berdenyut dan langkahnya tertahan.Suara pintu terbuka terdengar, Bricia masuk membawa semangkuk sop hangat. Ia mendekat ke ranjang lalu meletakkannya di meja kecil di samping Eric.“Makan dulu, Pa,” ucapnya tenang.Sebelum menerima mangkuk itu, Eric menatap putrinya. “Tadi… kamu lihat Louisa?”Bricia mengerutkan kening, berpura-pura bingung. “Louisa? Bukannya dia sudah

  • Tergoda Teman Papa    Pingsan

    “Kalian pacaran?”Feli langsung melotot. Tangannya bergerak heboh sebagai bentuk penyangkalan.“Nggak! Nggak, Pa. Bukan gitu,” Feli buru-buru menjelaskan, tapi justru disambut tawa Bricia.“Kami cuma rekan kerja,” timpal Harry cepat. Nada suaranya ikut panik mendengar kesimpulan Eric.“Rekan kerja?” Mata Eric makin menyelidik, sorotnya jelas seperti ayah yang sangat protektif. “Sejak kapan Feli kerja bareng kamu?”“Bukannya kamu kerja di bawah tangan Andrew?” lanjut Eric tanpa memberi jeda. “Terus, gimana ceritanya kalian bisa jadi rekan kerja?”Eric terus mencecar. Ia benar-benar heran, selama ini ia tak tahu Feli dekat dengan Andrew, apalagi dengan Harry. Sejak kapan Feli bekerja dengan pria itu? Dan sudah sejauh apa hubungan mereka sebenarnya?“Pa… oke, nanti aku jelasin. Tapi nggak di sini juga,” putus Feli. Tak mungkin ia menjelaskan panjang lebar soal bagaimana ia bisa bekerja bersama Andrew, sementara mereka masih harus foto bersama dan bersiap pulang.“Nggak mau. Papa pengin d

  • Tergoda Teman Papa    Kalian pacaran?

    Pagi ini, kediaman Eric sudah ramai. Lennon datang untuk memeriksa Eric sekaligus mencabut selang infus di tangannya, sementara Bricia dan Feli sibuk dirias oleh penata rias yang sengaja Eric sewa.Awalnya, Louisa yang menawarkan diri mendandani keduanya. Tapi sejak Louisa pergi, Eric memilih menyewa penata rias agar hasilnya lebih maksimal dibanding kalau Bricia dan Feli melakukannya sendiri.“Jangan terlalu banyak pikiran, Eric. Kamu tahu kan, asam lambungmu gampang naik kalau stres berlebihan,” Lennon mengemasi barangnya sambil mengomel pada sepupunya.“Kalau kamu mati sekarang, kasihan Bricia,” tambahnya.“Sialan!” Eric berdecak. “Siapa juga yang mau mati sekarang.”Setelah perlengkapan pemeriksaan masuk ke dalam tasnya, perhatian Lennon kini tertuju penuh pada Eric. Ia menatap sepupunya dengan keyakinan penuh.“Saat Louisa baru beberapa tahun awal di sini, bukankah aku sudah bilang, kamu harus menikahinya? Kalau kamu tak punya perasaan sama sekali, tak mungkin kamu membiarkan dia

  • Tergoda Teman Papa    Ragu

    Perut Papa mual.” Dengan susah payah, Bricia membawanya kembali ke meja makan dan membantu Eric duduk. “Bri telepon Om Lennon dulu,” ucap Bricia cepat sambil meraih ponsel. “Sepertinya asam lambung Papa naik.” Tak sampai lima belas menit, Lennon tiba. Ia membawa perlengkapan infus, ia sudah tahu betul kondisi Eric seperti apa jika stresnya menumpuk. Setelah pemeriksaan singkat, Eric dibaringkan di ranjang. Cairan infus dipasang, disusul obat penunjang untuk meredakan asam lambungnya. Lennon keluar dari kamar, Bricia mengikutinya. “Papamu stres berat, Bri,” ucap Lennon pelan. Bricia menghela napas panjang. “Memang, Om. Soalnya Louisa pergi.” “Louisa?” Lennon mengernyit. “Iya. Papa berulah… dan Louisa memilih pergi.” Raut Lennon mengeras samar. Ia tentu tahu kisah Eric. Tentang Diana, Louisa, dan tentang saran yang pernah ia berikan agar Eric menikahi Louisa. Namun saran yang ia berikan dulu ditolak mentah-mentah. “Kalau begitu,” gumam Lennon lirih, “ini bukan cuma asam lambun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status