Beranda / Rumah Tangga / Terhasut Rayuan Presdir Dingin / Kejutan Ulang Tahun Marion

Share

Kejutan Ulang Tahun Marion

Penulis: Cheesecake
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-25 08:47:13

"Jangan-jangan selama ini Mas Gio selalu pulang ke apartemen Irene."

Amira bergumam, berspekulasi liar akan suaminya yang jarang pulang dengan alasan sibuk.

Menjadi seorang aktor yang tengah naik daun memang memuat Gio memiliki jadwal yang padat, tetapi kini Amira tidak mampu lagi menahan prasangka buruknya.

Amira menutup kedua wajahnya, meratap akan nasibnya. "Apa kurangku? Aku selalu berusaha menjadi istri yang baik walaupun kamu tidak pernah sekalipun menoleh ke arahku."

Dibaringkannya tubuh di atas ranjang. Ranjang besar yang bahkan tak sekalipun pernah Gio jamah sepanjang waktu pernikahan mereka.

"Seandainya sikap Gio bisa seperti pria semalam," gumamnya mengingat betapa lembut dan hangatnya Dexa memperlakukannya. Pikiran liat itu seketika Amira tepis, bagaimanapun suaminya adalah Gio diluar bagaimana pria itu bersikap buruk padanya.

Amira menghela napasnya, melihat jam di dindin yang sudah menunjukkan pukul 1 siang. Namun, walaupun waktu telah berlalu tidak ada satu orang pekerja di rumah itu pun yang memberitahukan dirinya jika hidangan makan siang telah siap.

"Yah, jika mau makan tinggal buat sendiri saja. Tidak perlu memperumit masalah," ucap Amira yang beranjak dan berjalan ke arah dapur.

Suara tawa seketika terdengar dari arah dapur. Dilihatnya 2 orang asisten rumah tangga tengah membuat video pendek, berjoget ria untuk diunggah ke dalam media sosial mereka.

Pemandangan yang sudah sangat familiar baginya, karena memang tidak ada seorang pun pekerja yang menghargai dirinya sebagai nyonya rumah.

Tanpa banyak berkata Amira mengambil piring dan mengisinya dengan lauk pauk. Ia pun kembali berjalan menuju ruang makan dan meletakkan makanannya di atas meja.

"Mau apa kamu?" Amira yang terkejut pun menoleh, melihat Riani yang tiba-tiba saja berada di belakangnya sambil berkacak pinggang.

Dengan polos Amira pun menjawab, "Saya ingin makan, Mih."

"Cih dasar orang kampung gak punya tata krama," hina Riani. Wanita paruh baya itu semakin mendekat dengan kedua bola mata yang membulat sepenuhnya. "Kamu pikir ini sudah jam berapa? Waktu makan siang sudah habis, kalau mau makan sana makan di dapur!"

Suara Riani yang lantang terdengar bergelegar memenuhi ruangan. Tak heran jika para asisten rumah tangga pun ikut mendengar dan menonton mereka dari kejauhan.

Perasaan Amira bercampur aduk, antara kesal dan malu saling mendesak memenuhi relung hatinya. Amira yang selama ini hanya diam pun perlahan mulai membuka suaranya. "Memangnya apa salahnya sih, Mih. Lagi pula bukannya kalian yang tidak mau makan bersama saya kecuali ada acara penting? Kenapa saya disalahkan karena menurut Mami saya tidak memiliki tata krama?"

Riani terkejut. Tidak biasanya Amira membalas seluruh penghinaan yang ia lontarkan. Bukankah seharusnya Amira hanya terdiam dan menunduk atas pelecehan Verbal yang selalu ia lakukan.

Plak!

Sebuah tamparan melesat sempurna di pipi sebelah kanan Amira. Sedangkan Riani nampak tak puas dan menyiram Amira dengan segelas air mineral. "Berani kau membantah omonganku?! Dasar benalu!" pekiknya gusar.

Amira terkejut, ia hanya bisa diam memegangi pipinya yang terasa panas hingga ke telinga. Hatinya tak kalah terasa sakit, bagaikan luka yang tersiram air garam.

Riani meraih rambut panjang sang menantu, menariknya hingga kepala Amira terpaksa mengadah ke atas. Rahang wanita paruh baya itu mengeras, dengan napas yang kian memburu. "Heh perempuan mandul! Kau harus sadar diri siapa kedudukanmu di sini? Kamu itu hanya alat pelunas hutang, yang bahkan sama sekali tidak berguna!"

Riani menghempaskan tubuh Amira hingga perutnya terbentur meja makan. Sikap kasarnya membuat Amira meringis menahan rasa sakit hati, dan menatapnya penuh dendam.

***

"Happy Birthday, Daddy. Semoga senantiasa diberikan kesehatan dan umur yang panjang."

Sehari berlalu sejak kejadian hari ini. Malam ini pesta ulang tahun Marion Vegas ke-72 tahun di adakan di sebuah aula Hotel Semusim yang terkenal akan fasilitas mewahnya.

Para awak media tak luput hadir pada pesta bergengsi keluarga konglomerat terkaya di kota Neo Emerald.

'Apakah sang pewaris misterius akan muncul?'

Begitulah para awak media saling berbisik, membicarakan cucu tertua keluarga Vegas yang tidak pernah sekalipun menunjukan wajahnya.

Satu persatu anggota keluarga Vegas memberikan ucapan dan juga kado untuk Marion. Acara ini bukan hanya menunjukan kedekatan mereka, tetapi juga merupakan ajang pamer terselubung untuk mengangkat status sosial mereka dari mewahnya kado yang diberikan.

"Selamat ulang tahun, Tuan Marion. Semoga Anda senantiasa diberikan kesehatan dan kebahagiaan," ucap Amira.

Amira dengan sengaja memanggil Marlon seperti itu. Semua karena keinginan Gio yang tidak mau jika publik mengetahui jika ia telah menikahi wanita kampung. Kehadiran Amira bagaikan bayang-bayang tak berarti, di tengah euforia yang berlangsung.

Sedangkan itu, Marlon hanya tersenyum kecut tanpa membuka hadiah dari Amira. Hanya Natalie, istri Marion yang tersenyum ramah pada Amira.

"Terima kasih, Nak," ucap Natalie.

Suara gaduh tiba-tiba saja terdengar, dengan jepretan para awak media yang terlihat silau mengerubungi 2 orang yang baru datang. Seketika tubuh Amira terasa kaku, dadanya sesak seakan ada tali tambang yang membelitnya dengan kuat.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terhasut Rayuan Presdir Dingin    Rencana Dexa

    "Dasar orang gila! Kalian pikir aku bisa terus menerus kalian injak!" Sambil terus memakai, Amira berjalan keluar toko itu. Perasaannya sungguh tak karuan, ingin rasanya ia segera membalas semua perlakuan adik tiri dan mantan suaminya. Tiba-tiba tangannya di tarik seseorang. Amira yang terkejut pun langsung menatap sosok yang menarik tangannya. "Dexa?" "Kita bicara di tempat lain!" bisik Dexa dan segera membawa Amira untuk menjauh. Kali ini Dexa memesan sebuah restoran secara privat. Memastikan agar tidak ada yang mengganggu atau menguping pembicaraannya dengan Amira. "Minum dulu," ucapnya tersenyum, menyodorkan segelas jus jeruk kepada istrinya. Amira tak banyak bicara. Tanpa sedikitpun keraguan ia segera meminum seluruhnya hingga tandas. Napasnya masih terlihat terengah-engah, wajahnya memerah sampai membuat dahinya berkeringat. Dexa mengambil sapu tangan miliknya dari dalam saku, lalu mengusapkannya perlahan pada kening istrinya. "Minumnya perlahan aja agar tidak terseda

  • Terhasut Rayuan Presdir Dingin    Sombong Dikit Gak Masalah

    "Maaf, saya tidak sengaja." Spontan Amira mengucapkan permintaan maaf dengan suaranya yang lembut dan sopan. Ia pun turut membantu mengambilkan barang wanita yang baru saja ia tabrak tanpa melihat sosoknya terlebih dahulu."Kalau jalan tuh pakai mata! Lihat tas mewah saya jadi jatuh, emangnya kami bisa ganti?!" teriak wanita tersebut dengan wajah jengkel.Amira yang masih menunduk dan berpakaian sederhana itu pun di anggap sebagai seorang pembantu oleh wanita tersebut, yang terus menerus memaki dan merendahkannya. "Mana tas saya, lelet!"Wanita itu pun menarik paksa tas yang baru saja Amira raih, sehingga membuat Amira tersentak dan spontan mendongakkan kepala.Seketika tawa wanita itu pecah, melihat siapa sosok yang ada di hadapannya."Ya ampun! Lihat siapa ini, Sayang?!"Amira terdiam, dadanya terasa bergemuruh karena wanita yang tak sengaja ia tabrak adalah Irene yang tengah bersama Gio. Keduanya tampak mesra, dan tanpa ragu menunjukkan kemesraan mereka di depan umum.Irene menoleh

  • Terhasut Rayuan Presdir Dingin    Aku Telah Terikat

    "Aku akan berusaha menjadi istri yang baik untuk kamu tapi, aku harap kamu tidak akan lupa akan janjimu!"Dexa tersenyum sumringah lalu lalu berdiri dan mendekati Amira. Pria tampan itu merengkuh dagu Amira, menatap lekat mata jernih nan indah milik Amira. "Satu tahun! Berikan waktu paling lama 1 tahun untuk menyelesaikannya. Tapi, jika semua sudah aku penuhi, aku harap ...." ucap Dexa menggantung.Dexa mendekati telinga Amira dan berbisik, "Jangan pernah sedikitpun berpikir untuk pergi dariku!"Entah mengapa Amira merasa berdebar hanya karena bisikan dari Dexa. Ia menelan salivanya dengan kasar, dan berusaha untuk tetap memasang mimik wajah tenang. "Baiklah.""Bagus. Tugas pertamamu adalah pindah ke rumahku! Bawalah barang-barang yang menurutmu berharga, selebihnya aku akan membelikan semuanya yang baru."Amira mengangguk, tanpa banyak bicara ia menuruti semua perintah dari Dexa. Amira masuk ke dalam kamarnya dan membawa berkas berharga serta barang peninggalan mendiang ibunya, seda

  • Terhasut Rayuan Presdir Dingin    Suami Baru

    "M-maaf! Maaf aku gak sengaja!"Kedua pipinya merona, dengan kepalanya yang menunduk sambil sedikit membungkuk.Amira setengah mati menahan rasa malu setelah ia akhirnya menyadari, jika dirinya sedari tadi terjatuh di tas tubuh Dexa."Kenapa harus minta maaf? Bahkan jika kamu masih ingin bersandar padaku pun aku akan senang hati melakukannya," ujar Dexa menggoda.Dengan pakaian yang terlihat berantakan dan membuka sebagian kemeja bagian atasnya, Dexa merentangkan tangannya seolah menanti Amira untuk kembali terjun ke dalam pelukannya.Brak!"K-kamu tidur di sini!" ucap Amira setelah melemparkan sebuah bantal sofa hingga mengenai wajah Dexa.Rasa malu yang mendominasi hatinya membuat Amira segera berlari masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintunya. Amira terdiam di balik pintu, memegang dadanya yang masih terasa berdetak kencang."Ya Tuhan, sebenarnya apa yang terjadi pada hidupku?"Perlahan tubuhnya merosot hingga terduduk di lantai. Rasa dingin malam itu terasa menusuk hati, menema

  • Terhasut Rayuan Presdir Dingin    Tamu Tengah Malam

    "Sayang, pelan-pelan dong! Geli tau."Suara desahan dan tawa saling silih berganti, memenuhi sebuah kamar yang biasanya hanya diselimuti keheningan.Sinar sang rembulan yang bersinar terang mengintip di balik celah gorden kamar yang sedikit terbuka.Sepasang kekasih bak merpati itu saling bercumbu berbagi kasih atas kemenangan hubungan mereka."Apakah dia pernah menyentuhmu seperti ini?" tanya Irene dengan jemarinya membelai lembut wajah tampan Gio.Gio tersenyum, menangkap tangan Irene yang berada di bawahnya lalu perlahan mengecupnya. "Hanya kamu yang melakukannya, Sayang.""Sungguh?""Tentu saja. Aku tidak akan membiarkan wanita kampungan buruk rupa itu menyentuhku," jawan Gio tersenyum lebar.Suara decitan ranjang pun semakin membuat panas malam itu. Mereka tidak memperdulikan apapun, selain kesenangan dan kepuasan mereka sendiri.Sementara di lantai bawah sebuah kabar membuat keributan dari orang tua Gio. Wajah pasangan suami istri itu tampak bingung sekaligus terkejut tidak perc

  • Terhasut Rayuan Presdir Dingin    Pernikahan Tanpa Rencana

    "Kamu ini sudah gak waras?" Suara seorang pria tampak murka selaras dengan wajahnya yang memerah. Pria itu mengusap wajahnya dengan kasar, tidak habis pikir dengan jalan pikiran dari lawan bicaranya. "Amira, jawab!""Semuanya terjadi begitu saja! Aku juga masih bingung, Devan!" jawab Amira.Satu jam yang lalu, dirinya dan Dexa pergi menuju catatan sipil. Keduanya pun segera mendaftarkan pernikahan mereka, agar langsung terlihat dah di mata hukum negara.Amira menghela napasnya, memijat keningnya yang masih terasa berdenyut. "Aku gak punya pilihan lain. Aku benar-benar bingung!"Kedua tangan Devan mengepal, rahangnya bahkan mengeras menahan rasa kesal yang sudah payah ia kendalikan. "Dasar Vegas brengsek. Mereka semua sama saja!"Amira meraih segelas air putih dingin yang terletak di atas meja, lalu segera meminumnya hingga tandas. Matanya menatap pemandangan balkon apartemen milik sang ibu. Langit terlihat kelabu, seolah menggambarkan hati dan pikirannya saat ini."Gak bisa dibiarkan"

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status