Share

TKDCP 2

Author: Melyana_Arum
last update Last Updated: 2025-01-16 07:01:35

Ciuman panas, membuat Narumi membeku. Tubuhnya tak sempat bereaksi saat bibir Kaisar menyentuh bibirnya dalam satu gerakan yang cepat, tiba-tiba, dan tanpa izin. Dunia seolah berhenti berputar, tapi bukan karena jatuh cinta melainkan karena syok, marah, dan jijik yang mengalir dari ujung kepala hingga kaki.

Tangannya yang semula menggigil karena takut kini mengepal dengan begitu kuat hingga kuku-kukunya menancap ke telapak tangan.

Ciuman itu memang singkat, tapi dampaknya meledak seperti petir menyambar di ruang tertutup. Narumi mendorong tubuh Kaisar agar misahkan dari ciuman tiba-tiba itu tapi masih belum berhasil.

Hingga Kaisar sendiri yang menarik tubuhnya sedikit, masih menatap Narumi dengan senyum miring yang penuh kemenangan. Seolah dia baru saja menaklukkan sesuatu yang berharga.

Namun, yang terjadi bukan kemenangan. Yang terjadi adalah letusan.

“KAU GILA!” teriak Narumi dengan suara melengking, gemetar, penuh amarah. Tangannya refleks terangkat dan menampar pipi Kaisar dengan sekuat tenaga.

Plak!

Suara tamparan itu menggema di seluruh kamar. Beberapa bodyguard yang berjaga di luar menoleh, tapi tak ada satu pun yang berani masuk.

Kaisar terdiam, kepala sedikit menoleh karena tamparan itu, namun senyumnya masih di sana. Sialnya, dia malah tertawa pelan.

“Berani sekali kamu menyentuh aku seperti itu tanpa izin! Kau pikir aku apa? Mainan? Boneka?” Narumi melangkah mundur, tubuhnya gemetar, napasnya memburu. Air mata yang tadi nyaris kering kini kembali menggenang, tapi bukan karena sedih melainkan karena muak dan kecewa yang menyesakkan.

Narumi menatap Kaisar dengan sorot mata yang tajam. Sorot mata wanita yang baru saja dikhianati oleh cinta sejatinya, dipermalukan di depan ratusan orang, dan kini... direbut paksa sesuatu yang paling dijaganya.

“Kau tak lebih baik dari seseorang yang mengkhianatiku,” katanya tegas. “Bahkan mungkin lebih rendah.”

Kaisar, yang awalnya tertawa puas, perlahan kehilangan senyumnya. Ia tak menyangka respons Narumi akan sekeras dan sekuat itu. Sebagian wanita yang ia temui biasanya terpesona oleh wajahnya, uangnya, kekuasaannya. Tapi Narumi... berbeda. Dia bukan hanya marah.

Dia terluka.

Dan Kaisar melihat itu dalam sorot mata yang begitu tajam, menusuknya lebih dalam dari tamparan tadi.

“Aku akan keluar dari sini,” ucap Narumi penuh tekad.

“Dan jika aku tidak bisa keluar dengan baik-baik, maka seluruh dunia akan tahu siapa Kaisar Gumilar yang sebenarnya. Lelaki menjijikkan yang mencuri hal paling suci dari seorang perempuan.”

Narumi mendekati pintu dan memutar kenopnya tentu saja masih terkunci. Tapi Narumi tidak menyerah. Ia menggedor pintu sekeras-kerasnya.

“BUKA PINTUNYA! SEKARANG!” teriaknya lagi. Napasnya memburu, matanya memerah, suaranya nyaris pecah karena emosi.

Kaisar maju beberapa langkah, ingin bicara, mungkin membela diri, atau justru mengintimidasi lagi. Tapi kali ini Narumi lebih dulu angkat tangan.

“Satu langkah lagi ke arahku, dan aku akan merusak wajah tampanmu itu. Jangan coba-coba!”

Mata Kaisar berkedip pelan. Kali ini, untuk pertama kalinya, dia merasa... kalah.

Bukan karena kekuatan. Tapi karena ia baru saja membuat musuh dari seorang wanita yang punya luka dan keberanian dalam satu paket yang meledak-ledak.

Dan Kaisar tahu, luka seperti itu bisa berubah jadi racun yang mematikan.

Kaisar pun tersenyum penuh arti, tidak berniat untuk membuka pintu itu. Karena Kaisar telah menemukan sesuatu yang dia cari selama ini.

“Wah, sebuah ancama ya? Menakutkan,” ucap Kaisar penuh nada sindiran.

Dengan gerakan cepat, Kaisar menaklukkan Narumi. Menahan tangan Narumi di atas kepala Narumi lalu dua kaki Narumi ditahan dengan kaki Kaisar yang kokoh.

Kaisar berbisik dengan sangat lembut disalah satu telinga Narumi. “Kamu boleh keluar dari ruang ini. Asalkan?” Kaisar diam dan mengamati ekspresi muka Narumi. Masih diam dan mencoba untuk memberontak tanpa menanggapi ucapan Kaisar.

Kaisar tertawa sinis, lalu berucap lagi. “Sepertinya kamu betah sekali dengan saya. Ya kan?”

Cuih!

Kaisar mendapatkan serangan itu dari Narumi tapi masih bisa menghindari. Lalu Kaisar kembali mencium untuk kedua kalinya. Dan ciuman itu mungkin sangat panas daripada yang tadi.

Kaisar begitu menikmati ciuman itu. Mereka berhenti hanya karena nafas mereka hampir habis.

“Tuan, aku mohon untuk berhenti,” lirih Narumi.

Perlahan Kaisar melepaskan tangan Narumi yang dia tahanan.

Kaisar berbalik dengan menyeka sisa ciuman tadi. Kaisar berjalan perlahan menuju nakas. Salah satu nakas yang ada di samping ranjang tidur disana.

Kaisar mengambil sebuah amplop coklat yang sudah di siapkan untuk yang jadi pemenangnya. Lantas amplop coklat itu dilemparkan pada muka Narumi. Setelah dipastikan Narumi menerima amplop coklat itu. Kaisar merapikan penampilannya.

Sedangkan Narumi yang sibuk membersihkan bibirnya dari sisa ciuman Kaisar. Dia terkejut saat sebuah amplop coklat dilemparkan padanya.

“Apa ini Tuan?” tanya Narumi, dengan tangan yang memegang amplop coklat. Hanya sesekali berkontak mata dengan Kaisar yang duduk di ujung ranjang sedang merapikan penampilannya.

“Buka dan bacalah, pastikan tidak ada point yang kamu lewatkan untuk membaca.” ujar Kaisar dengan terus menatap Narumi.

Kaisar yang memperhatikan raut muka Narumi dengan senyuman tipis tanpa disadari Narumi. Disaat kedua alis Narumi mengerut tajam lalu bibir Narumi bergerak membaca isi dari surat tersebut. Kaisar sangat menikmatinya, semua ekspresi yang diciptakan muka mungil Narumi.

Suara tangan Narumi beradu dengan amplop yang dipegangnya. Meluapkan sebagian emosi Narumi setelah membaca poin yang ada di dalam surat itu.

“Kenapa isinya seperti ini? Maksudnya apa, Tuan?” tanya Narumi, dengan tangan menunjukkan isi surat itu.

Memang beberapa poin yang ditulis di sana membuat rugi pihak kedua yaitu Narumi.

“Kamu sudah baca bukan, harusnya kamu tahu apa yang dimaksud isi surat itu?” Kaisar bertanya kembali pada Narumi dengan senyuman terselubung.

“Perjanjian Pernikahan Kontrak? Apa hubungannya dengan saya?” tanya Narumi.

“Iya, tentu ada. Karena saya sangat pilih-pilih dengan pasangan saya untuk Pernikahan kontrak ini. Dia harus memiliki kriteria khusus,” jawab Kaisar.

“Tapi kenapa saya yang harus Tuan pilih menjadi pasangan Pernikahan Kontrak Anda? Sebelum saya, banyak yang keluar masuk ruang ini. Kenapa bukan mereka?” cerca Narumi dengan berbagai pertanyaan.

“Intinya, pilihan itu jatuh sama kamu. Sudah tanda tangan saja lah,” titah Kaisar, beranjak meletakkan sebuah pulpen didekat Narumi untuk Narumi menandatangani surat tersebut.

“Dan menurutmu, saya akan menerimanya?” Narumi mulai berdiri dengan menggenggam surat itu. Berjalan perlahan untuk mendekat ke arah Kaisar. Dengan wajah Narumi yang tak ramah sama sekali. Narumi tersenyum miring.

Sedangkan Kaisar menganggukan kepalanya saat mendengarkan pertanyaan dari Narumi. Dengan pongahnya Kaisar menjawab pertanyaannya itu.

“Ya, saya yakin 1000% pasti kamu mau menerima perjanjian itu. Siapa sih yang gak mau dengan Ceo tertampan dan sangat kaya raya seperti saya? Apalagi dengan imbalan yang cukup sangat besar,” Kaisar membanggakan dan menyombongkan dirinya. Tapi raut wajahnya yang sombong tiba-tiba berubah saat ….

Srek!

Suara kertas yang disobek tanpa keragu-raguan. Dihadapkan Kaisar yang terkejut.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   93

    Kenzo mengingat satu hal, “Aruna pernah bilang… dia bermimpi tentang rumah yang beratap langit.” Kaisar langsung terdiam. “Itu bukan mimpi. Itu basis penelitian rahasia lama, di puncak Gunung Batu Langit. Hanya ada satu akses ke sana dan hanya aku yang punya peta jalur utamanya.” Narumi tak ingin menunggu. Ia bersikeras ikut. Dan untuk pertama kalinya, keluarga inti ini melakukan perjalanan penyelamatan mereka sendiri tanpa pasukan, tanpa protokol kerajaan, hanya insting seorang ayah, ibu, dan dua anak yang ingin menyelamatkan adik mereka. Sebuah pintu logam tua tertutup oleh lumut, dengan kode sidik jari lama milik Kaisar. Begitu terbuka, mereka turun ke lorong bawah tanah dan menemukan, Dinding berisi foto anak-anak perempuan dengan label “ARUNA_001” hingga “ARUNA_009”. Hanya ARUNA_003 yang tidak dicoret dengan tinta merah. Di bawah labelnya tert

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   92

    Beberapa hari kemudian, Narumi menemukan sepucuk surat di atas bantalnya. Tulisan tangan kasar, tak beridentitas. Tapi kalimatnya menggetarkan:“Untuk yang memperjuangkan darahnya dengan cinta,Aku tak akan biarkan mereka menyentuh satu helai rambut Aruna.Dunia ini sedang dikendalikan oleh tangan-tangan lama. Dan aku sudah bosan sembunyi.”— RPertemuan mereka berlangsung di reruntuhan hangar militer lama, di wilayah yang tak tercatat secara legal.Rafael kini berambut panjang, tubuh penuh bekas luka. Tapi matanya... masih menyala seperti dulu."Sudah saatnya aku membayar utang nyawa, Kaisar.""Aruna mungkin bukan anakku. Tapi dia bisa jadi obor terakhir dari dunia yang tak kita selamatkan dulu."Kaisar menggenggam tangan Rafael.“Selamat datang kembali ke dunia nyata.”Dengan Rafael, mereka mengaktifkan jaringan lama bernama "Tangan Ketiga", sebuah sisa pasukan bayangan yang dulu mengundurkan diri dari siste

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   91

    Langit seperti pecah di atas kepala mereka. Hujan tak hanya jatuh dari langit, tapi dari hati Narumi yang hancur setelah membaca ulang arsip dari fasilitas rahasia itu. Aruna... Putrinya. Bukan sekadar putri biologis, tapi—menurut dokumen tua itu—proyek hidup. Subjek yang sudah "dirancang" oleh suatu kekuatan yang pernah mengikat masa lalu Kaisar dalam pelatihan militer genetis. Narumi berdiri memeluk Aruna yang tertidur di sofa. Sementara Kaisar bersandar di kusen pintu, pandangannya kosong menatap keluar jendela rumah yang kini seperti tak punya tembok lagi. “Jadi semua ini… sudah dirancang bahkan sebelum kita menikah, Kaisar?” Suara Narumi parau. Kaisar tak langsung menjawab. Tapi saat akhirnya ia menoleh, matanya merah. “Aku mencintaimu sebelum semua ini dimulai, Narumi. Dan Aruna... dia bukan rancangan siapa pun. Dia anak kita. Bukan eksperimen. Bukan proyek.”

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   90

    Narumi menunggu anak-anak tertidur. Ia menyelinap masuk ke kamar Kenzo. Tapi ketika ia membuka laci rahasia di bawah meja—dan menemukan map, peta lokasi, serta diagram pengawasan sederhana—jantungnya runtuh perlahan.Ia duduk di lantai.Membaca satu demi satu tulisan Kenzo.“Mereka pikir kami anak-anak tidak tahu.”“Aku tahu sosok itu muncul tiga kali. Tapi aku tidak cerita pada ibu.”“Aku mau jadi penjaga Aruna dan Aurea seperti Ayah menjaga Ibu.”Narumi menahan isaknya.Lalu perlahan, suara berat terdengar di belakangnya.Kaisar.“Dia mewarisi sisi gelapku. Tapi juga semua cintaku padamu.”Keesokan paginya, Kenzo bangun dengan wajah tegang. Ia tahu. Ia tahu malam itu map rahasianya pasti sudah ditemukan.Tapi yang mengejutkannya adalah ketika ia melihat ayah dan ibunya… tersenyum lembut. Tanpa marah. Tanpa teriak.Narumi mendekat. Membelai rambut Kenzo dan membisik:

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   89

    Kenzo tidak menyerang. Ia berdiri diam, menunggu, memantau. Ia tak berniat membuat adik-adiknya takut. Tapi ia mencatat.Di bawah tempat tidurnya, Kenzo menyimpan jurnal penjagaan.Berisi sketsa wajah, waktu patroli, gerak-gerik orang-orang dewasa yang menurutnya mencurigakan. Bahkan perasaan aneh yang ia rasakan saat melihat orang tertentu bicara dengan Aruna.Aruna pernah berkata, "Aku pengen punya kakak seperti di kartun-kartun. Yang punya sayap dan bisa terbang nolongin kita."Tapi Kenzo menatapnya, senyum kecil.“Aku enggak butuh sayap. Kakak nggak boleh pergi ke mana-mana. Kakak harus tetap di sini.”Untuk sekarang, Kenzo diam. Tapi dia tahu—ada sesuatu yang mengintai. Sesuatu yang tak bisa dilawan oleh permainan, atau lentera dari kaleng bekas.Dan saat itu datang, Kenzo bersumpah:“Aku akan jadi perisai paling pertama. Dan tak seorang pun boleh menyentuh mereka... bahkan bayangan.”Aurea dikenal seba

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   88

    Aruna terbangun suatu pagi, memegang selembar kertas kosong.“Aku mimpi, kak... Livia bilang ada anak kecil yang kehilangan cahaya. Kita harus bantu dia.”Aurea, yang sudah terbiasa mendengar cerita dari mimpi Aruna, tidak menertawakan. Sebaliknya, ia justru diam lama, lalu mengangguk.“Berarti ini misi kedua.”Di akhir pekan, mereka pergi ke Perpustakaan Kecil Nenek Senja, yang ada di rumah tua milik ibu dari Jingga. Di sana, mereka menemukan buku harian anak bernama Sera, anak perempuan berusia 9 tahun yang menghilang bertahun-tahun lalu dalam kabut di taman yang sama.“Katanya dia takut gelap, dan sejak malam badai itu, dia tak pernah kembali,” bisik Mael.Aqila menggenggam tangan Aruna. “Jadi kita cari... cahaya untuk Sera?”Dengan senter kecil, jubah dari handuk bekas, dan bendera klub yang dibuat dari sprei sobek, mereka berempat memulai perjalanan mereka malam itu.Mereka menamai diri mereka:Aurea Sa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status