Share

Bab 6. Sebelum Terjadi

Author: Itsmefarida
last update Last Updated: 2024-10-15 21:50:54

Bab 6

Telinga Shanika terasa pengang harus mendengarkan omelan ibu dan kakak tirinya di pagi hari. Tidak bisa sekali mereka membiarkan dia tenang, lama-lama Shanika tak betah tinggal di rumah dan ingin sekali mengadu pada ayahnya tentang bagaimana sikap asli mereka di belakangnya.

Ya, selama ini Shanika dan dua adiknya memang selalu bungkam jika mendapatkan perlakuan tak mengenakan dari mereka. Alasannya karena … jika mereka mengadu, takut kekejaman mereka semakin menjadi-jadi.

Shanika mencemaskan keadaan dua adiknya apabila tidak ada ia di rumah, takut keduanya terkena imbas.

“Cepetan! Gue bentar lagi mau berangkat, bisa cepet gak sih lo? Lelet banget!” omel Carissa.

Shanika membuang napas, lalu masuk ke dalam kamarnya. Sebenarnya ia gugup jika diminta datang ke sini, ia dan kakak iparnya tidak terlalu akrab.

“Kakak butuh bantuan apa?” tanya Shanika tepat di belakang Carissa.

Di pantulan cermin, Carissa memolesi wajahnya dengan make up. Penampilannya selalu glamour, wajar saja, karena dia seorang aktris. Meski hanya peran pendamping, dia dikenal banyak orang.

“Setrika baju Mas Gio, bentar lagi dia mau berangkat kerja. Gue lupa nyuruh lo semalam,” balas Carissa.

Pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh ART malah dialihkan pada Shanika. Siapa yang tidak geram diperlakukan demikian? Diperlakukan layaknya pembantu di rumah sendiri.

“Kak, bentar lagi aku mau berangkat loh. Kenapa Kakak nggak bilang dari awal, sih?” tutur Shanika sambil melirik ke arah jarum jam. Dia tidak mau jika terlambat, nantinya dosen akan memarahi.

Carissa berdecak, alat make up yang semula ia pegang, langsung diletakkan di atas meja.

“Gak usah banyak alesan, cepet setrika!” Carissa tak mendengarkan jawaban Shanika. “Atau gue suruh Nevan aja yang setrika?” tanyanya seperti mengancam.

Shanika melirik tajam pada Carissa, namun bibirnya bungkam tak mengatakan apa-apa.

“Nevan lagi sakit, Kak, jangan menyuruhnya.”

“Kalau gitu lo aja yang kerjain, daripada dua adik lo yang gue suruh. Awas kalau lo berani ngadu ke Papa, lo tahu sendiri akibatnya.”

Kadangkala Shanika merasa manjadi orang bodoh sedunia, yang hanya bisa bungkam diperlakukan demikian. Padahal dia bisa mengadu, selama bertahun-tahun lamanya ia harus diperlakukan begini.

Andai berani, sudah ia laporkan pada Pak Grahadi.

Menurut dengan suruhan Carissa, Shanika lantas mengambil pakaian milik Sergio yang sudah ada di atas ranjang. Waktu menyetrika baju tidak selama itu, harusnya Carissa bisa melakukannya sendiri sebelum berangkat kerja.

'Yang sebenarnya pemalas itu bukan aku, tapi Kak Carissa. Istri macam apa yang nggak bisa mengurus suaminya?’ batin Shanika, hanya bisa dia ucapkan di dalam hatinya.

Wanita muda itu mencepol rambut panjangnya, fokus menyetrika pakaian kerja kakak iparnya daripada berhadapan dengan Carissa. Dia hanya akan membuatnya stres saja.

Pintu kamar mandi terbuka, di ambang pintu terlihat Sergio baru selesai mandi. Rambutnya terlihat basah, ia mengenakan handuk putih sebatas pinggang. Shanika menunduk, tidak mau bertatapan karena malu.

Melihat ada kebaradaan Shanika, Sergio yang sedang mengeringkan rambut dengan handuk kecil pun membeliak.

“Kenapa kamu nggak bilang ada Shanika di kamar, Sayang?” tanya Sergio pada istrinya.

“Oh iya, aku lupa, Mas. Dia lagi aku suruh buat setrika baju kamu. Udahlah biarin aja, bentar lagi juga kelar,” balas Carissa sambil bergelayut manja di lengan kekar suaminya.

Sergio mengambil kimono untuk menutupi tubuhnya.

“Kenapa nggak suruh si Mbok aja? Bukannya Shanika harus berangkat kuliah?” Lagi, Sergio bertanya.

Carissa memberenggut, bibir mengerucut ke depan karena Sergio mengeluarkan banyak pertanyaan. Pasangan suami istri itu duduk di ranjang, sama sekali tidak menganggap keberadaan Shanika.

“Kamu ada syutting lagi hari ini?”

Carissa mengangguk. Karena ia hanya menjadi peran pendamping, dia bisa pulang ketika tidak ada bagian dirinya yang memerankan.

“Ada, besok juga aku pulang. Aku pengen jadi pemeran utama, Mas, belum juga ada produser yang lirik aku,” keluh Carissa. Dari dulu ia memimpikan ingin menjadi pemeran utama di film, tetapi selalu menjadi pemeran pendamping saja.

Sergio pikir, jika Carissa menjadi pemeran utama pasti akan banyak adegan yang harus dimainkan dan pastinya akan jarang pulang. Sebagai suami, Sergio juga ingin Carissa menghabiskan waktu di rumah.

“Aku nggak bakalan ngizinin kamu andai ditunjuk jadi peran utama.”

Semula Carissa bergelayut manja di dada bidang suaminya langsung menarik badan, melepaskan pelukan.

“Kenapa begitu, Sayang? Apa kamu nggak suka melihat istrimu menjadi aktris sukses?” tanya Carissa.

“Carissa … kamu udah punya suami, aku bisa menghidupi semua kebutuhan kamu. Aku ingin kamu banyak waktu di rumah, karena aku sangat membutuhkanmu,” ujar Sergio, dia ingin menyuruh istrinya untuk tidak bekerja. Namun apalah daya, Carissa selalu menentangnya.

“Mas, jadi aktris udah impian aku sejak lama. Masa aku vakum gitu aja sebelum mewujudkan mimpiku? Lagian 'kan aku juga masih bisa pulang ke rumah, aku nggak mood kalau kamu nyuruh aku gak kerja.”

Meski berusaha tak mendengar, tetapi Indra pendengaran Shanika masih berfungsi sehingga ia bisa mendengarkan percakapan pasangan suami istri tersebut. Carissa memang sibuk dan jarang pulang ke rumah, beruntung sekali punya suami pengertian seperti Sergio.

“Ya sudahlah, terserah kamu saja. Aku juga tidak memaksa, seandainya kamu jarang pulang ke rumah. Jangan salahin aku kalah aku yang komplain ke produser kamu.” Setelah mengatakan itu, Sergio bangkit berdiri. Mengambil pakaian yang sudah disetrika.

Sergio hanya bisa menatap Shanika sekilas, lalu pergi ke kamar mandi.

“Kak, udah selesai. Aku boleh keluar?”

“Keluar aja, nunggu dimarahin gue?”

***

“Apes banget. Udah siang banget, ban motor malah bocor. Kenapa aku nggak cek motor dulu sih sebelum berangkat?” Shanika menendang pelan ban motor miliknya yang kempes.

Hari sudah siang, sebentar lagi jam belajar akan dilaksanakan. Shanika sudah lengah, tidak memeriksa kendaraannya dahulu sejak awal. Jadinya begini, dia bingung harus pakai apa ke kampus.

“Ada apa?” tanya seorang pria yang baru saja memasuki garasi.

Kehadiran Sergio yang tiba-tiba cukup mengejutkan Shanika, gadis itu menoleh sambil memegangi dadanya. Sergio melihat ban motor Shanika kempes.

“Ah, an-anu … Kak, biasalah,” balasnya terbata.

“Mau bareng saya? Selagi ada waktu, anggap saja tanda terima kasih karena kamu sudah menyetrika baju saya,” ucap Sergio.

Tidak ada pilihan lain, daripada Shanika terlambat ke kelas, lebih baik ia menumpang saja dengan kakak iparnya meskipun merasa canggung.

“Memang boleh, Kak?” tanya Shanika.

Sergio mengangguk, menatap penampilan Shanika seperti wanita muda pada umumnya. Dia selalu tampil sederhana, meski di keluarga berada. Beda sekali dengan Carissa.

“Why not? Saya yang menawarkan sendiri,” katanya.

Shanika pun setuju untuk menumpang pada kakak iparnya. Dia membuka pintu mobil, baru saja duduk, Sergio sudah menatapnya di spion.

“Ke-kenapa, Kak?”

“Kenapa kamu duduk di belakang saya, Shanika?” Sergio membalik badan, dia serasa menjadi supir ketika Shanika duduk di belakangnya.

“Pindah ke depan, kamu kira saya supirmu?”

Bukannya segera pindah, Shanika masih diam di tempat.

“Kamu yang pindah sendiri atau saya yang tarik kamu ke depan?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Els Arrow
pemeran wanitanya menderita sekali, cepat up bab selanjutnya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terikat Kontrak dengan Kakak Ipar   Bab 70. Orang Istimewa

    Bab 70 “Apakah semua yang kulakukan padamu selama ini tak cukup membuktikan bagaimana perasaanku padamu?” tanya Sergio berbalik tanya pada Shanika yang tak bisa lagi berkata-kata. Dua insan tersebut masih bertatapan, dengan jarak begitu dekat. Shanika terharu, setelah semua penderitaan datang silih berganti, telah terganti oleh kebahagiaan yang harus ia syukuri. Kejadian masa lalu, kesalahan Sergio di masa itu memang masih melekat dalam benak Shanika. Jika dipikir lebih dalam, Sergio orang yang selalu ada membantunya. Tak seharusnya Shanika menumpahkan semua yang terjadi pada Sergio, karena dirinya juga bersalah. “Bisakah kita perbaiki kesalahan kita untuk lebih baik ke depannya, Mas? Aku tahu cara kita bersatu memang salah, tapi aku tak bisa membayangkan bagaimana kita tidak terikat dengan kontrak itu. Mungkin aku dan kamu tidak akan bisa bersama seperti ini,” ujar Shanika, ingin

  • Terikat Kontrak dengan Kakak Ipar   Bab 71. Ending

    Bab 71 “Nala di rumah sakit, Pa, Nala koma,” balas Shanika menahan rasa sedihnya karena Nala belum juga sadar sampai sekarang. Di saat ayahnya kembali dan ditemukan, rasanya teras kurang jika Nala tidak ada. Kurang lengkap. Pak Grahardi mengusap wajah gusar sambil menyandarkan punggungnya di sandaran sofa dengan perasaan terpukul. Saat kecelakaan itu terjadi, Pak Grahardi memang sedang bersama Nala. Saat itu, Pak Grahardi akan mengantar Nala sekolah, tetapi rem mobilnya mendadak blong. “Antar Papa menemui Nala, Nak, Papa ingin tahu keadaannya,” pinta Pak Grahardi, meski terlihat tegar di luar, di dalam dia begitu sedih karena apa yang terjadi pada keluarganya disebabkan oleh Bu Listia yang salah paham selama ini. “Aku akan mengobati Shanika dulu di kamar, Pa,” kata Sergio melihat ada beberapa luka di tubuh istrinya. Dahi Pak Grahardi mengkerut, tatapannya mengintim

  • Terikat Kontrak dengan Kakak Ipar   Bab 69. Ditangkap Polisi

    Bab 69 Para polisi datang, langsung menghampiri Carissa dan Bu Listia yang hendak melarikan diri. Kedua kaki mereka ditembak, sehingga mereka tak bisa kabur ke mana-mana sambil menahan rasa sakit di kakinya. “Argh, lepaskan aku! Aku tidak akan mengampuni kalian! Ingat aku baik-baik, aku akan membalas dendam nanti!” teriak Bu Listia diangkat paksa oleh polisi. “Tunggu, Pak. Saya ingin bicara sesuatu,” kata Pak Grahardi sebelum Bu Listia dibawa pergi, dia harus mengatakan kebenaran agar Bu Listia tidak salah paham dan menaruh kebencian pada mendiang istrinya yang sudah dilenyapkan dengan kejamnya. “Aku dan Nancy sudah berhubungan sejak kami SMA, kami menjalin hubungan diam-diam tanpa sepengetahuan kau. Bahkan, aku dan Nancy sudah menikah saat lulus kuliah. Kami menikah dan tinggal di tempat asing, kami hidup bahagia, tapi semenjak ada kau. Nancy menderita karena aku duakan, bahkan dengan tak tahu dirinya k

  • Terikat Kontrak dengan Kakak Ipar   Bab 68. Dalang Kejahatan

    Bab 68 Penutup wajah itu dilempar dengan asal, menampakan wajah si pelaku dengan jelas. Melihat itu, Shanika hampir terjerembab saat orang itu adalah Carissa. “Kak Carisssa?” pekik Shanika kaget sekaget-kagetnya. Carissa menyunggingkan senyum dengan tatapan tak bersahabatnya. “Kenapa, lo kaget?” Wanita di belakangnya pun ikut membuka, lagi-lagi Shanika dibuat tercengang karena orang yang mengincar dan menculik Nevan adalah ibu serta kakak tirinya. “Mama? Kakak? Kenapa kalian menculik Nevan dan mengincarku?” tanya Shanika pada keduanya yang berdiri sembari bersedekap dada. Pertanyaan itu dianggap angin lalu, Bu Listia langsung melayangkan tamparan serta mendorong Shanika sampai tergeletak di tanah. Plak! “Dasar anak haram, seharusnya dari awal aku menyingkirkanmu jika kehadiranmu hanya merusak kebahagiaanku dengan anakku,

  • Terikat Kontrak dengan Kakak Ipar   Bab 67. Penculikan Nevan

    Bab 67 Cukup lama mereka mencari ke seluruh penjuru rumah sakit dengan bantuan penjaga. Nihil, hasilnya tidak ada, Nevan tidak ada di sini dan dibawa lari oleh orang tak dikenal. Shanika terduduk lemas di lantai sembari menutupi wajahnya karena sudah lalai menjaga Nevan. “Maafin Kakak, gak seharusnya Kaka lalai menjagamu, Nevan,” lirih Shanika terus menyalahkan diri sendiri karena ia lalai mengawasi adiknya. Jika terjadi sesuatu pada Nevan, Shanika tidak akan memaafkan dirinya sendiri. Sergio berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan Shanika yang terus menangis di pelukannya. “Tenang, kita akan cari Nevan sampai ketemu, Sayang.” “Kalau begitu ayo kita cari, Mas, kita ke kantor polisi supaya dibantu mencari Nevan,” ajak Shanika tak peduli seberapa lelah dirinya, yang Shanika pikirkan soal keselamatan adiknya. Meskipun Shanika baru pulih, dia harus bisa mencari Nevan

  • Terikat Kontrak dengan Kakak Ipar   Bab 66. Fakta Masa Lalu

    Bab 66 Karena Pak Hans adalah orang terdekat ayahnya sekaligus juga mereka sudah bersahabat sejak kecil, Shanika berpikir kalau Pak Hans tahu sesuatu tentang kejadian di masa lalu. Mungkin dia bisa tahu soal Bu Listia yang sangat membencinya dan juga membenci sang ibu. Pak Hans menepuk pucuk kepala Shanika yang sudah ia anggap sebagai putrinya, dia merasa bersalah sudah patuh pada Bu Listia. Pak Hans enggan melakukan kesalahan untuk kedua kalinya. “Kamu yakin ingin tahu?” ujar Pak Hans, sebelum bercerita ia bertanya pada Shanika siap atau tidak mendengarkan ceritanya. Shanika mengangguk mantap, dia ingin tahu hal ini sejak dulu. Hanya saja Shanika tidak tahu harus menanyakan ini pada siapa, pada Mbok Cahyani, beliau tidak tahu. Selagi mereka bertemu, Shanika ingin bertanya. Ia yakin kalau Pak Hans tahu. “Aku yakin, Pak, aku siap mendengarnya. Apa pun itu,” ujar Shanika bersungguh-sung

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status