Share

Bab 2. Pertemuan Dengan Istri Mantan

Gemercik suara lonceng yang terpasang di bagian atas pintu Cafe membuat pandangan beberapa orang yang berada di dalam langsung menoleh untuk mencari tahu siapa yang baru saja masuk atau keluar dari tempat tersebut.

Andara yang saat ini tengah menjaga kasir ikut menoleh. Dia menyipitkan mata, seolah tak asing dengan dengan satu persona yang baru saja masuk dan berjalan menuju ke arahnya.

Ah, dia ingat dan sangat mengenali orang itu, meskipun wajah tertutup masker hitam dan kacamata dengan warna senada serta tubuh dibaluti sweter, tak lupa kepala tertutup topi dengan rambut hitam yang menjuntai sebahu. Orang itu adalah istri dari mantan kekasihnya sekaligus seorang aktris terkenal, yaitu Akila Zianasta.

"Kau Andara bukan, mantan pacar suamiku?" Wanita bermasker itu bertanya dengan suara cukup pelan saat berada di depan kasir.

"Ya. Ada perlu apa kau mencariku hingga ke tempat kerjaku? Apa kau tak takut ketahuan dan berujung dikerubungi oleh orang-orang untuk sekadar meminta foto?" tanya Andara, si wanita berambut hitam legam yang sedikit bergelombang yang kini dikuncir menjadi satu.

"Aku ingin berbicara empat mata denganmu. Aku tidak akan ketahuan, jika kau bisa menjaga nada bicaramu agar terus pelan hingga tak ada yang curiga."

"Ya, ya, baiklah. Apa yang ingin kau bicarakan?" Nada bicara Andara terkesan tak ada sopan santunnya sama sekali. Walaupun dia hanya seorang pelayan cafe dan lawan bicaranya ini seorang aktris yang selalu disanjung banyak orang, itu tidak membuat Andara merasa begitu rendah hingga harus begitu menghormati wanita itu.

"Apa di cafe ini ada ruangan khusus, ruangan yang terpisah dari pelanggan yang lain?"

"Ada."

"Aku ingin kita bicara di sana. Jika, terlalu lama berdiri di sini, aku takut ada yang curiga denganku."

Andara mengangguk, setuju dengan perkataan wanita itu. "Tunggu sebentar tapi."

Andara berlalu sebentar dari bagian kasir menuju salah satu teman seprofesinya yang baru saja kembali dari mengantar pesanan pelanggan. 

Akila menatap kedua wanita lain yang berdiri tak jauh darinya. Dia memperhatikan kedua orang yang sedang berbincang itu. Tak beberapa lama, keduanya berjalan menuju ke arahnya.

"Terima kasih karena mau menggantikanku sementara. Aku janji tak akan lama." Setelah mengatakan hal itu pada temannya, Andara langsung menarik pelan tangan si aktris menuju ruangan khusus.

Keduanya masuk ke dalam ruangan yang ukurannya tak terlalu luas. Ruangan itu diisi satu meja dan sofa panjang yang berbentuk L di sudut ruangan. Yang paling penting ruangan itu tertutup dan kedap suara.

Andara duduk lebih dulu, barulah disusul oleh Akila. Di saat itu juga, Andara baru ingat di sini tak ada minuman ataupun makanan untuk menemani percakapan empat mata mereka.

"Kau mau pesan apa? Biar kuambilkan dulu," tawar Andara.

Akila perlahan melepaskan kacamata dan masker yang sedari tadi begitu mengganggu, tak lupa melepas wig pula sehingga rambut aslinya terlihat jelas. Kemudian dia menoleh ke arah lawan bicaranya. "Aku ingin milkshake cokelat saja."

Andara mengangguk mengerti. Walaupun dia tak menyukai Akila, dia harus berlaku sedikit baik karena wanita itu merupakan pelanggan di sini.

Andara berlalu pergi. Cukup lama hingga akhirnya dia kembali sembari membawa nampan berisi dua gelas milkshake cokelat. Dia segera meletakan dua gelas itu ke atas meja, sedangkan nampan kosong diletakan di bawah meja.

Andara kembali duduk lalu memperhatikan wajah satu persona yang kini tak lagi tertutupi apapun. Dia mencoba menilai, wajah mulus yang hanya dibaluti make up tipis, tetapi terlihat begitu cantik, bulu mata lentik, mata bulat yang indah dengan iris sedikit kecokelatan, alis yang tak terlalu tebal dan begitu rapi, hidung yang ramping dan runcing, pipi yang cukup berisi dan kemerahan, bibir tipis yang berwarna merah muda, ditambah rambut sebahu yang berwarna golden brown, belum lagi tubuh yang ramping dan kaki jenjang, benar-benar cantik dan sempurna. 

Akila benar-benar jauh berada di atasnya, Andara sadar itu. Bukan hanya kalah dari tampilan, tapi dari kasta dia pun kalah jauh. Pantas saja orang tua Zelian terus-terusan menjodohkan anak mereka dengan Akila.

"Jadi, ada perlu apa kau mencariku?" tanya Andara to the point.

"Apa kau sudah mendengar berita skandalku dengan Fabian?" Akila kembali bertanya.

"Skandal? Apa maksudmu?" Andara benar-benar tak paham. Terlebih dia sudah tak pernah lagi membuka sosial media atau menonton berita semenjak berlangsungnya pernikahan Zelian dan Akila dan itu sekitar dua bulan yang lalu.

"Hey, kau ini hidup di jaman apa? Berita skandal itu sudah berada di mana-mana, bisa-bisanya kau tak mengetahuinya. Apakah kau tidak tahu apa itu internet?" Akila benar-benar kaget mengetahui ada orang yang sama sekali tak mengetahui skandal yang tegah meyandungnya bersama seorang aktor muda terkenal, yang beritanya sudah beredar di berbagai media, bahkan banyak yang menjadikannya bahan gosip.

"Jika tujuanmu datang ke sini hanya ingin mengejekku, sebaiknya kau pulang saja. Aku masih punya banyak pekerjaan." Andara menatap sang lawan bicara dengan raut datar tanpa ekspresi.

"Maaf, maaf, aku sama sekali tidak berniat mengejekmu." Aktris muda tersebut terlihat sedikit merasa bersalah. "Baiklah, sebelum ke intinya aku akan menjelaskan terlebih dahulu berita skandal yang tadi kumaksud."

Andara mengangguk dan mulai fokus untuk mendengarkan apa yang akan dijelaskan Akila.

"Kau tau Fabian Wijayatama bukan?" tanya Akila sebelum memulai penjelasannya.

"Ya, tentu saja. Aktor muda tampan dengan bakat akting yang luar biasa serta ketenaran yang sedang berada di puncak, siapa yang tidak akan mengenalnya?" 

"Bagus, kau mengenalnya rupanya. Apa kau termasuk salah satu fansnya?"

"Aku menyukai film-filmnya, tapi aku bukan salah satu dari jutaan fans fanatik yang lebaynya minta ampun itu."

Akila diam sebentar, entah apa yang dipikirkannya. Lima menit kemudian barulah dia kembali buka suara.

"Jadi, begini. Empat hari yang lalu foto-fotoku dan Fabian yang tengah dinner romantis berdua beredar ke media masa. Setelah diusut ternyata yang menyebarkannya merupakan salah satu pelayan restaurant yang merupakan haters-ku dan Fabian. Tujuannya menyebarkan foto-foto itu agar semua orang tau hubungan gelapku dan Fabian hingga image kami sebagai aktris dan aktor terbaik hancur. Ya, dia berhasil.

Banyak orang yang mencapku menjadi buruk, hate commen bertebaran di kolom komentar istagram pribadiku dan Fabian serta di setiap postingan yang memberitakan kami.

Bukan hanya itu, orang tuaku dan orang tua Zelian terus menuntut penjelasan. Aku sendiri bingung harus menjelaskan seperti apa ke mereka," jelas Akila panjang lebar.

"Jadi?"

"Aku ingin membersihkan kembali nama baikku, aku tak ingin karierku dan Fabian hancur. Aku tak ingin orang tua dan mertuaku marah besar karena tahu aku masih menjalin hubungan diam-diam dengan Fabian."

"Kau menyelingkuhi Mas Zelian? Hey, aku melepaskannya dengan harapan agar dia dan orang tuanya bisa bahagia, tapi kenapa kau malah berkhianat, sialan!" Amarah Andara mulai tersulut. Dia mengorbankan hubungan dan perasaannya, dia dan Zelian rela berpisah demi memenuhi keinginan orang tua Zelian untuk menikahkan Zelian dan Akila. Namun, saat pernikahan telah berlangsung Akila malah berkhianat.

"Tenanglah. Aku minta maaf. Jujur, aku sulit untuk melepas Fabian, meskipun sudah menikahi Mas Zelian."

"Intinya apa sekarang? Sebenarnya apa tujuanmu menemuiku? Tak mungkin kau hanya datang untuk menceritakan pengkhiantanmu itu?" Nada bicara Andara menyiratkan amarah yang belum mereda, tapi berusaha ditahan.

"Aku ingin mengajakmu berkerja sama, bagaimana?" tawar Akila.

"Bekerja sama? Apa maksudmu?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status