Share

Bab 6. Kabur

"Jadi, bisa jelaskan apa yang terjadi sebenarnya?" Dua wanita paruh baya yang terlihat awet muda, meskipun ada beberapa kerutan yang menghinggapi wajah. Mereka menahan Zelian dan Akila di ruang tamu.

"Kalian sudah terlalu lama menghindar!" Melia---Ibunda Zelian---bersedekap dada sembari menatap anak dan menantunya itu secara bergantian.

Baik Zelian maupun Akila, sama-sama menarik napas dalam lalu mengembuskannya perlahan. Sesering apapun mereka menghindari pertanyaan dari orang tua, tetap saja pada akhirnya mereka harus membuka suara juga, meskipun harus berbohong.

"Baiklah, aku akan jelaskan sekarang," ujar Akila. Setidaknya dia tidak perlu takut lagi menjawab pertanyaan ibu dan mertunya itu. Sebab semua skenario kebohongan sudah tersusun rapi di pikirannya.

Kedua wanita paruh baya itu memilih duduk kembali dan disusul oleh pasangan pengantin baru tersebut.

"Jadi, apa hubunganmu dengan Fabian?" tanya Mariana---Ibunda Akila.

"Bunda lihat, Andara juga terseret di masalah ini baru-baru saja," sahut Melia. Dia cukup kaget melihat foto Zelian, Akila, Fabian, dan Andara. Dia pikir Zelian tak pernah bertemu lagi dengan mantan kekasihnya itu.

"Mama, tau 'kan kalau sebelum aku menikah dengan Mas Zelian aku dekat dengan Fabian, tapi sebagai sahabat?" tanya Akila. Memang selama ini orang tuanya hanya tahu Akila dan Fabian itu bersahabat dekat setelah menjadi lawan main di salah satu film. Akila tidak pernah mau jujur jika hubungannya dengan Fabian sebenarnya lebih dari sahabat, itu semua karena Akila takut, takut orang tuanya marah karena selama ini Akila ditentang keras menjalin hubungan dengan pria manapun sebab dia telah dijodohkan dengan Zelian.

"Akila akan menjelaskan semua, Bun, termasuk soal Andara." Zelian menatap ke arah Ibunya.

Akila menghela napas panjang lalu mengembuskannya secara perlahan. Mata dipejamkan sebentar sebelum akhirnya terbuka kembali.

"Selama ini Fabian tak pernah menjalin hubungan dengan wanita mana pun, meskipun banyak penggemar yang menjodoh-jodohannya dengan beberapa aktris, termasuk aku. Setelah aku menikah dengan Mas Zelian, Fabian mengatakan jika dia sedikit kesepian dan bosan karena dia tak bisa lagi sering-sering jalan berdua denganku, makanya dia memintaku untuk mencarikan pacar. 

Aku menceritakan itu pada Mas Zelian, lalu Mas Zelian merekomendasikan Andara saja karena Andara itu wanita baik-baik dan pengertian. Aku setuju saja agar Andara bisa mendapatkan pacar baru dan bisa segera melupakan Mas Zelian. 

Aku dan Mas Zelian atur pertemuan untuk mereka. Beberapa kali bertemu akhirnya mereka merasa cocok. Dan, malam di mana foto-fotoku dan Fabian tersebar itu sebenarnya malam di mana Fabian akan menyatakan cinta pada Andara. Namun, Andara tak bisa hadir karena tak enak badan, Mas Zelian juga tak menemaniku karena masih ada pekerjaan. Karena sudah terlanjur memesan makanan, akhirnya aku dan Fabian makan berdua saja. Setelah itu, kami membungkus makanan untuk dibawa ke rumah Andara sekaligus menjenguknya. 

Sesampainya di rumah Andara, Fabian menyatakan perasaannya padahal saat itu badan Andara sedang menggigil kedinginan. Memang aneh, tapi begitulah Fabian. Dalam perjalanan ke rumah sakit, akhirnya Andara menerima Fabian menjadi kekasihnya.

Dan, soal foto yang beberapa jam lalu kami posting, itu diambil saat kami berkumpul di apartemenku. Kami sedang berdiskusi kapan waktu yang tepat mengelar konferensi pers untuk menjelaskan semua kesalahpahaman yang terjadi."

Dua wanita paruh baya itu akhirnya menghela napas lega setelah mendengar penjelasan panjang dari Akila. Pertanyaan yang terus menghantui pikiran tentang hubungan Akila, Zelian, Fabian, dan Andara kini terjawab sudah.

"Mama kira kamu benar-benar main belakang sama Fabian," ujar Mariana.

"Bunda kira, Zelian juga balik lagi sama Andara," tambah Melia.

"Kami lega karena ternyata semua hanya gosip semata," lanjut Mariana.

"Makanya, Bunda sama Mama jangan terlalu percaya sama berita di media massa, belum tentu itu benar," tegur Zelian. Sebenarnya dia merasa bersalah telah membohongi dua orang tua itu, tapi apa daya ini demi kebahagiaan bersama.

"Iya, iya. Kalian juga cepat-cepat bikin klarifikasi sebelum beritanya malah makin menjadi-jadi," balas Melia yang menatap anak dan menantunya itu secara bergantian.

"Iya, Bun. Niatnya besok malam kami akan menggelar konferensi pers. Jadi, malam ini asistenku akan menelepon beberapa media untuk hadir besok," jawab Akila. 

"Oh, iya, aku minta tolong sama Mama dan Bunda buat jelasin semua ke Papa dan Ayah, ya, biar mereka gak salah paham juga," lanjut Akila. Dia takut jika harus berbicara langsung di hadapan dua pria dewasa itu, terlebih ayahnya. Sebab Akila akan sulit untuk menyembunyikan kebohongan, ayahnya terlalu pandai untuk menebak jika dia sedang mengatakan kalimat bualan.

Mariana dan Melia mengangguk setuju. 

Setelah itu, Zelian dan Akila pamit undur diri dari hadapan ibu mereka dan segera menuju kamar untuk beristirahat. Beberapa menit kemudian, Mariana juga berpamitan pada sang besan untuk pulang.

***

Pagi ini, Andara sudah siapa untuk pergi bekerja. Andara berjalan meninggalkan rumah dan menuju pangkalan ojek, seperti biasa dia akan mengandalkan jasa ojek untuk mengantarnya.

Jarak pangkalan dan rumahnya yang tak terlalu jauh membuat Andara cepat sampai. Sepi menyambutnya di tempat itu, hanya ada satu pria berjaket kulit di sana.

"Sepi amat, Bang? Yang lain pada ke mana?" tanya Andara.

"Belum datang, Neng," jawab pria itu. "Ngomong-ngomong, Neng Andara beneran pacaran sama Fabian artis itu?" Pria yang sedari tadi bergelut dengan ponselnya kini mendongak dan memperlihatkan sebuah foto pada Andara.

"Ya, gitulah, Bang," jawab Andara. Ya, mulai dari semalam dia sudah resmi menjadi kekasih si aktor menyebalkan itu, lebih tepatnya pacar pura-pura.

"Wah, beruntung banget Neng Andara ini. Putus dari Pengusaha kaya sekarang malah sama artis." Pria itu menatap takjub wanita muda di hadapannya.

"Udah, deh, Bang. Napa jadi ngomongin saya. Mending sekarang Abang anter saya kerja," balas Andara yang mulai muak mendengar ocehan si abang-abang tukang ojek yang memiliki jiwa-jiwa rumpi seperti ibu-ibu.

"Lah, Neng, kenapa masih kerja? Padahal pacarnya punya uang banyak."

Andara berusaha menahan geram mendengar pertanyaan aneh tukang ojek tersebut. Namun, dia berusaha mengukir senyum ramah.

"Masih pacar, Bang, belum jadi istri. Jadi, kebutuhan hidup saya, ya, saya tanggung sendiri," jawab Andara dengan suara lembut.

"Iya, juga." Pria itu mengangguk paham. 

"Pake, Neng." Si tukang ojek menyerahkan helm pada Andara.

***

Beberapa meter sebelum mencapai cafe tempatnya selama ini mengais rezeki, Andara bisa melihat ada banyak wartawan yang menunggu di area parkiran.

Tak punya pilihan lain, Andara harus membolos kerja hari ini. Kalau dia nekat ke cafe yang ada dia akan dicegat oleh para wartawan itu dan disuguhi berbagai macam pertanyaan yang akan memusingkan kepala.

"Puter balik, Bang!" perintah Andara sembari menepuk pelan bahu si tukang ojek.

"Wokeh, Neng cantik."

Namun, sebelum tancap gas untuk meninggalkan tempat pemberhentin mereka tadi, salah satu wartawan sudah menyadari kehadiran Andara.

"Mbak Andara ada di sana!" teriak salah satu pria dari kerumunan orang tersebut.

"Mampus! Ayo, gas, Bang!" titah Andara dengan raut paniknya. Dia menelan ludah kasar melihat gerombolan orang itu berlari ke arahnya.

"Cepetan, Bang!" perintah Andara sekali lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status