Share

Bab 3. Perjanjian

"Ya, bekerja sama. Kau harus berpura-pura menjadi pacar Fabian untuk menutupi skandal yang tercipta antara aku dan dia. Kalau kau bersedia, maka aku akan biarkan kau dan Mas Zelian untuk kembali menjalin hubungan tanpa ketahuan oleh orang tuanya. Kita saling menutupi hubungan gelap kita bagaimana?" 

Andara terdiam, mencoba memikirkan perjanjian yang cukup mengiurkan yang ditawarkan oleh Akila. Namun, kalau dipikir-pikir lagi isi perjanjian itu tidaklah baik, isinya berupa pembohongan.

"Bukan hanya itu keuntungan yang akan kau dapatkan jika menyetujuinya. Aku akan memberikamu uang lima puluh juta setiap bulannya untuk biaya hidupnya, banyak orang yang akan mengenalmu nantinya, kalau sedang hoki mungkin akan ada beberapa media atau stasiun televisi yang menawarkan pekerjaan padamu nantinya." Akila kembali bersuara, menambahi apa saja keuntungan lain yang didapatkan oleh Andara.

"Sampai kapan perjanjian ini akan terjalin?" tanya Andara. Sepertinya hatinya sudah mulai goyah dan ingin menerima perjanjian tersebut.

Perjanjian itu terdengar begitu menguntungkan bagi Andara. Dia bisa kembali menjalin kasih dengan orang di masa lalu, tapi masih begitu dipuja. Ditambah, orang-orang nanti akan mengenalnya sebagai kekasih seorang aktor terpopuler yang dipuja oleh banyak wanita termasuk para teman kerjanya, sungguh keberuntungan yang tak sepatutnya disia-siakan. Belum lagi, biaya hidupnya terjamin, itu berarti dia tidak perlu lagi susah-susah bekerja dari pagi hingga malam.

"Sampai aku dan Mas Zelian menemukan cara untuk membujuk kedua orang tua kami agar mengizinkan kami berpisah," jawab Akila lalu menyeruput minumannya.

"Apa Mas Zelian dan Fabian tau soal perjanjian ini?" 

"Belum. Aku akan memberi tahu mereka setelah kau setuju. Aku pastikan mereka pasti akan setuju juga nantinya."

"Hmm ... baiklah, aku setuju," putus Andara. Kesempatan emas tak boleh disia-siakan sebab belum tentu akan datang dua kali.

Andara memutuskan terlalu cepat karena tergiur oleh keuntungan yang disajikan oleh perjanjian tersebut tanpa memikirkan resiko seperti apa yang akan dihadapinya nanti. 

"Ketik nomor di sini. Aku akan mengehubungimu nanti untuk menandatangi surat perjanjian sekaligus menjelaskan rencana selanjutnya." Akila tersenyum senang karena membujuk Andara ternyata tak sesulit yang dipikirkannya. Dia menyodorkan ponsel pada Andara.

Andara segera mengetik nomor ponselnya di ponsel Akila. Setelah selesai, dia segera mengembalikan benda itu pada pemiliknya.

Akila dengan senang hati menerima ponselnya kembali lalu memasukannya ke dalam tas. Dia kembali menyeruput minumannya hingga tersisa setengah.

"Aku harus pergi sekarang." Akila mulai memasang kembali wig, masker, kacamata dan topinya. Kemudian, meletakan dua lembar uang berwarna merah ke atas meja.

Akila berlalu pergi dengan segala penyamarannya. Sementara Andara membereskan gelas bekas minum mereka lalu segera membawanya keluar, tak lupa juga dia mengambil uang yang tadi diberikan oleh Akila.

***

"Itu tadi siapa?" tanya Sofia. Seorang pelayan yang tadi Andara minta untuk menggantikan pekerjaannya untuk sementara.

"Kau tau Akila Zianasta?" Andara kembali bertanya. Dia kembali berdiri di depan kasir.

"Tentu saja."

"Wanita tadi itu dia," jawab Andara begitu santai.

"What!" teriak Sofia yang kaget. Tak menyangka yang tadi dilihatnya itu seorang aktris terkenal.

"Hey, tutup mulutmu. Lihat kita sekarang menjadi pusat perhatian," tegur Andara.

Para pengunjung cafe memperhatikan mereka berdua dengan tatapan tak suka. Mungkin orang-orang itu merasa terganggu.

Sofia balas menatap satu persatu pengunjung lalu tersenyum canggung sembari meminta maaf.

"Kau serius? Itu tadi Akila?" tanya Sofia memastikan jika dia tak salah dengar.

"Iya, itu Akila." Andara memutar bola mata malas.

"Kenapa dia mendatangimu? Apa kau saling kenal dengannya?" 

"Rahasia."

Sofia berdecak kesal mendengar jawaban Andara. "Eh, apa kau sudah mengetahui skandal perselingkuhannya dengan ayang Fabian?"

"Sudah, jangan terlalu percaya berita yang beredar bisa saja itu tak benar. Satu lagi, jangan terlalu berkhayal tinggi, Fabian itu kekasih orang." Andara memjitak pelan kepala Sofia.

"Kekasih orang? Itu berarti beritanya benar dong. Fabian pacaran sama Akila?" 

"Tidak usah asal menyimpulkan seperti itu," balas Andara.

"Lagian kau tau dari mana sih, Fabian punya pacar dan itu bukan Akila?" Sofia terlihat benar-benar penasaran.

Andara tidak mungkin membongkar semua yang Akila katakan padanya tadi. Jadi, dia harus menutup mulut untuk sementara waktu.

"Rahasia. Sudahlah, kau kembali bekerja. Terima kasih sudah mau menggantikanku tadi." Andara mendorong pelan tubuh Sofia menjauhinya.

Sofia menekuk wajah, sebal sekali pada Andara yang tak mau menjawab pertanyaannya.

***

Satu hari sudah berlalu, tapi Akila tak kunjung menelepon. Andara jadi ragu, apa perjanjian itu dibatalkan. Namun, jika melihat berita skandal antara Akila dan Fabian masih berseliweran, dia ragu Akila membatalkan tawaran perjanjian itu.

Andara melepas sebentar pikiran soal perjanjian itu dari pikirannya. Lebih baik dia bersantai setelah seharian bekerja.

Gadis dengan rambut kelam yang terkuncir rapi itu duduk di teras rumah. Ditemani secangkir teh dan camilan yang tadi dibelinya di IndoApril sepulang bekerja.

Baru saja ingin menyeruput teh hangatnya, ponsel yang diletakan di saku celana kini berbunyi dan menimbulkan getaran. Andara meletakan kembali gelas teh ke atas meja lalu segera merogoh ponsel.

Nomor tak dikenallah yang tertera di layar ponselnya. Andara menduga itu adalah nomor Akila, makanya dia segara menjawab panggilan tersebut.

"Hallo," sapa Andara.

"Ini aku, Akila."

Rupanya tebakan Andara tepat sasaran. Pemilik nomor itu ternyata benar Akila.

"Kenapa?" tanya Andara.

"Aku sudah selesai berbicara dengan Mas Zelian dan Fabian. Mereka setuju dengan perjanjian itu."

"Baguslah. Terus apa lagi?"

"Besok kau datang ke apartemenku. Kita akan membahasa rencana selanjutnya di sana bersama Mas Zelian dan Fabian. Alamatnya akan kukirimkan ke w******p-mu."

"Baiklah."

Sambungan telepon itu berakhir. Tak menunggu lama, suara notifikasi kembali terdengar, satu pesan masuk dari Akila. Andara membaca dengan saksama alamat yang dikirim oleh aktris muda tersebut.

Andara menaruh kembali ponsel ke atas meja. Jemari lentiknya meraih telinga cangkir lalu mengangkat benda mungil itu hingga bersentuhan dengan bibir. Beberapa tegukan teh berhasil lolos membasahi tenggorokan.

"Alur sebuah kisah yang diciptkan Tuhan memang terkadang sulit untuk ditebak. Ada banyak kejutan dan hal tak terduga terjadi. Seperti Kita, yang beberapa saat lalu dipisahkan dan sebentar lagi akan bersatu kembali," monolog Andara sembari meletakan kembali cangkir ke atas meja.

"Aku merindukanmu dan kuharap jika kita kembali bertemu, kamu masih sama seperti dulu, tak banyak berubah dan yang paling penting kamu masih menyimpan rasa cinta itu untukku seperti aku yang masih menata indah namamu di hatiku."

Andara benar-benar tak bisa memungkiri, jika sosok Zelian masih menjadi sosok teristimewa yang bertahta di relung hati. Walaupun dia tahu, status Zelian adalah suami orang, tetapi tak membuatnya kunjung membuang rasa terlarang itu jauh-jauh.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status