Share

Pencuri Kecupan Manis

Author: J. Hanin
last update Last Updated: 2025-10-06 12:52:16

Pintu apartemen terbuka begitu kata sandi di masukkan, gadis itu mengembalikan sepatunya di tempat sebelumnya. Dua tangannya sibuk menenteng paper bag berisikan kebutuhan yang ia beli di supermarket terdekat apartemennya.

Baru saja dia memakai sandal rumah, bel apartemennya berbunyi menandakan seseorang baru saja datang. Agnes melihat di monitor, lelaki yang sepekan sudah tidak muncul dihadapannya kini tengah berdiri di depan pintu apartemen miliknya.

"Lama sekali!" Gerutu David begitu pintu apartemen Agnes terbuka. Gadis itu tidak bergeming, perhatiannya tertuju pada setelan pakaian kerja David yang masih melekat dan dasi yang kini tak tertata rapi.

"Kamu baru datang?" Tanya Agnes membuntuti David yang menyelonong masuk apartemen padahal tuan rumah belum mempersilahkan.

"Ahhh.. " Lenguh David begitu ia melemparkan badannya di sofa panjang.

"Apa kamu akan berdiri terus di sana?" Tanya David seraya melepas jas dan dasinya. Menyisakan kemeja yang lengannya sengaja digulung hingga siku.

Agnes menggelengkan kepalanya dengan cepat kala pikirannya hampir hilang kendali. Agnes duduk, David kembali memejamkan matanya. Dia benar-benar lelah hari ini.

"Apa Saudara tiriku kemari?" Tanya David membuka matanya, perlahan menegakkan duduknya. Wajahnya berubah, tampak dingin dan tidak suka dengan topik yang dibicarakan.

Agnes menatap balik lelaki di hadapannya, benar-benar bukan seperti David yang ia kenal. Seperti dejavu, atsmosfer terasa dingin dan mencekam. Agnes justru merasa sedang disidang oleh kekasihnya perihal karena bertemu dengan lelaki lain di belakangnya.

"Kesini atau tidak.Bukan urusan kamu, Pak David." Ketus Agnes, kesadarannya mulai kembali dia tidak seharusnya terbawa arus. Memangnya siapa David? Bukan kekasihnya, bukan teman dekatnya juga. David hanyalah seorang calon suami yang Agnes menangkan dalam sebuah undian, ya benar anggap saja begitu.

"Apapun yang berurusan denganmu saat ini pasti berkaitan dengan saya." Bantah David tak mau kalah. Agnes menutup rapat bibirnya, giginya saling menggertak entah kenapa apa yang dilakukan David terlalu lancang.

" Anda bukan suami saya Pak David, kita hanya akan menikah karena jebakan sialan yang anda buat itu!" Seru Agnes begitu kesal karena semenjak kedatangan David di hidupnya, masalah bertubi-tubi datang dan tak kunjung reda.

Agnes menuju pantry, menyiapkan dua gelas. Bagaimana pun David seorang tamu disana. Tubuhnya menegang, mulutnya hampir berteriak keras merasakan dua tangan melingkar di pinggang rampingnya. Tanpa sungkan, dagu David menempel di bahunya membuat Agnes berusaha melepaskan pelukan itu.

"Apa yang sedang kamu lakukan!"Seru Agnes memekik membuat David mengangkat kedua bahunya, pria itu kembali melangkah mendekat pasa Agnes yang tampak berdiri waspada.

"Jangan macam-macam Pak David!" Ancam Agnes mengajungkan jari telunjuknya pada David yang kini tak takut untuk menghapus jarak di antara keduanya.

David tidak menghiraukan ancaman Agnes, lelaki itu menarik tangan mungil itu dan dengan mudah menjatuhkan Agnes dalam pelukannya.

"Mulai sekarang kamu harus terbiasa dengan kontak fisik kita. Bagaimana pun kita akan sering bertemu dan akan menikah." Bisikan David di telinga Agnes sukes membuat bulu kuduk merinding, tengkuknya terasa begitu dingin membuat Agnes semakin membeku dalam dekapan hangat presdir.

"Kita menikah karena sebuah kesepakatan, ku harap anda paham batasan yang ada!" Ucap Agnes memberikan peringatan.

"Aku tidak ingin bermain-main dengan sebuah pernikahan Nes." Ucap David suaranya pelan tanpa paksaan.

Cup...

Kecupan singkat mendarat di pipi kiri Agnes, sekali lagi David sukses membuatnya membeku di tempat. Sudah lama dia tidak merasakan debaran aneh dalam dirinya, kupu-kupu yang ia kira lenyap dari perutnya kini berterbangan membuatnya tak mampu berkata-kata.

Agnes bukan gadis remaja lagi, dia sudah berkencan sebelumnya namun debaran aneh ini muncul lebih membekas daripada sebelumnya. Padahal itu hanya sebuah kecupan.

"David!" Pekik Agnes begitu ia tersadar seraya mengusap pelan pipinya menutupi wajahnya yang kini mungkin sudah berubah merah bak kepiting rebus.

"Kapan kau akan mengajakku bertemu dengan keluargamu?" Tanya David kembali menjatuhkan tubuhnya di sofa, Agnes yang melihatnya berusaha menahan diri agar tidak terpancing emosi.

"Saya belum mengatakan bersedia menikah dengan anda Pak David!" Tegas Agnes, menurutnya sikap David berubah seolah-olah mereka sudah dekat dan memang sepasang kekasih.

"Kamu memang tidak mengatakan bersedia menikah tapi kamu sendiri yang bilang kita menikah karena sebuah kesepakatan. Bukankah tidak salah jika saya menganggap kamu menerima lamaran saya!" Terang David tersenyum menang, Agnes tidak bisa berkutik. Dia berdiri mematung, gadis itu membalikkan tubuhnya membelakangi David, dalam hati merutuki sikapnya yang seolah ingin terlibat terus menerus dengan David.

"Saya tidak habis pikir, kenapa anda terus mendesak saya. Padahal saya jelas menolak, seolah tidak ada gadis lain." Ucap Agnes nyaris tidak terdengar, dia sedang mencuci sayur yang baru saja ia beli.

"Bagaimana pun saya tidak ingin melukai perasaan mendiang kakek saya. Apalagi membohonginya meski ia sudah meninggal, saya tidak ingin beliau tidak tenang." Jawab David menengadah ke langit-langit seolah melihat kakeknya sedang mengawasinya.

Agnes menghentikan sejenak aktivitas tangannya, berbalik untuk sekedar menatap raut wajah David untuk sekedar menemukan topeng kebohongan, namun tidak ada yang tersisa sebuah senyuman tulus nyaris tidak terlihat.

"Minggu depan kita bisa fitting gaun!" Seru David membuat Agnes menatapnya dengan wajah tercengang, gadis itu benar-benar tidak bisa membaca jalan pikiran lelaki itu.

"Secepat itu! Diantara kita belum ada kesepakatan apakah kita akan menikah atau tidak Pak David!" Bantah Agnes menggebu-gebu kesal karena tampaknya David tidak menghiraukan penolakan Agnes sekeras apapun.

"Apapun syaratnya pasti akan ku penuhi, nikah kontrak, nikah dengan uang, kamu butuh uang berapa aku akan memberikannya." Ucap David menghampiri Agnes untuk berbicara lebih dekat.

"Aku tidak butuh uangmu." Gumam Agnes yang memilih melanjutkan acara memasaknya untuk makan malam.

"Apapun syaratnya kau akan tetap menyetujuinya?" Tantang Agnes mulai tertarik dengan obrolan mereka.

"Tentu saja, aku sangat yakin seiring berjalannya waktu kamulah yang akan memohon agar kita tidak berpisah." Jawab David dengan rasa percaya diri yang tidak pernah luntur.

"Jangan Mimpi!" Tukas Agnes mematahkan angan-angan David yang terlalu tinggi itu.

"Aku tidak main-main tentang Derry, Agnes! Aku tidak akan membiarkan siapapun menemuimu tanpa sepengetahuanku." Tegas David tidak main-main dengan ucapannya.

"Terserahmu, cepatlah pulang aku benar-benar capek." Usir Agnes mulai kewalahan dengan sikap David yang menurutnya suka memaksa dan seenaknya.

"Apa? Jangan pulang? Kamu tidak sabar rupanya untuk tidur di pelukanku." Goda David sembari mencuri kecupan manis di pipi Agnes, gadis yang membeku ditempatnya baru tersadar dan rasanya ingin melemparkan pisau pada lelaki yang kini mengambil jasnya, bergegas menghilang dibalik pintu sebelum Agnes benar-benar akan membunuhnya.

"Dasar Sinting!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terikat Pernikahan Kontrak Presdir Gila   Persimpangan Hati

    David kembali mengunjungi restoran yang tempo hari ia kunjungi bersama Agnes, namun hari ini ia datang bersama Lisa. Kekasih sebenarnya yang kini rela untuk terbang ke Korea demi bertemu dengannya, ah tidak lebih tepatnya untuk benar-benar menjadi perannya sebagai kekasih David secara utuh. Menu yang dipesan pun juga sama, hanya berbeda dengan siapa dia menikmatinya sekarang. “Kamu kenapa sih sayang? Daritadi kelihatan nggak tenang banget. Kamu lagi nungguin siapa?” Tanya Lisa yang mulai kesal karena David sedikit mengabaikannya. “Tidak ada apa-apa.” Jawab David berusaha tetap tenang meski dia tidak bisa menutupi raut wajahnya yang memang terlihat cemas. Lisa bergelayut manja pada lengan David, menghirup aroma tubuh sang kekasih yang ia rindukan selama ini. Hubungan yang harus dijalani tersembunyi demi tercapainya sebuah tujuan untuk kebahagiaan bersama. “Jangan bilang, kamu takut wanita itu akan melihat kita disini!” Celetuk Lisa penuh curiga, David tidak marah justru lelaki itu

  • Terikat Pernikahan Kontrak Presdir Gila   Pasangan Iblis

    Agnes hanya melirik David yang terlihat mondar-mandir mencari sesuatu, seolah mengabaikan keberadaan istrinya yang sejak tadi sudah terbangun karena pusing yang kini mulai mereda. Agnes pun juga tidak berniat bertanya apa yang sebenarnya sedang lelaki itu cari, memilih menikmati udara segar di pagi hari dan pemandangan kota Seoul dari balkon kamar hotel benar-benar membuat suasana hatinya membaik. “Apa kamu tidak melihat dasiku?” Tanya David akhirnya mengeluarkan sepatah kata, Agnes menoleh dan mengangkat dasi yang sejak tadi tergeletak disamping cangkir kopi miliknya. “Kenapa kamu tidak bilang, aku mencarinya sejak tadi!” Gerutu David dengan kesal sambil merebut dasi itu dari tangan Agnes. “Kamu tidak mengatakan kamu mencarinya.” Jawab Agnes enteng, suasana hatinya sedang membaik sehingga dia tidak akan membalas sikap David yang terlihat buru-buru. “Aku akan bertemu klien hari ini, kalau kamu bosan kamu bisa pergi jalan-jalan sendiri!” Seru David sambil memakai jam tangan mahal y

  • Terikat Pernikahan Kontrak Presdir Gila   Menyelesaikan apa yang belum selesai

    “Kamu membiarkan istrimu sendirian dengan mantan kekasihnya?” Tanya Lisa yang mengikuti David ke toilet, nyatanya lelaki itu tidak pergi kesana hanya menyendiri di lorong, sesekali melihat layar ponselnya.“Aku tidak membiarkannya, aku hanya memberi waktu agar Agnes untuk menyelesaikan apa yang belum selesai.” Jawab David enteng, dia bukan lelaki yang bodoh. Sejak tadi dia hanya mengamati dan membaca situasi yang ada. Lagipula Agnes bukan istri sesungguhnya, jadi tidak ada kekhawatiran jika Kevin akan merayu Agnes dan berhasil membuatnya kembali.Lia mendengus, dia benar-benar kesal mengingat bagaimana mata suaminya yang tidak bisa berhenti menatap Agnes. Bahkan secara terang-terangan lelaki itu ikut tersenyum saat Agnes tertawa, mengabaikan Lia di sampingnya. Kevin benar-benar memperlakukannya sebagai kekasih bayangan, dia akan bersikap baik dan penuh perhatian jika tidak ada Agnes di sekitarnya.“Lalu mengapa kamu mau menikah dengan Kevin? Sedangkan kamu tahu sendiri siapa yang Kevi

  • Terikat Pernikahan Kontrak Presdir Gila   Hari terburuk

    “Agnes!”Suara bariton seorang pria itu terdengar di tengah hiruk pikuk lautan manusia yang sedang menikmati pasar malam di Seoul. Agnes yang tadinya ingin segera pergi kini sudah tertangkap keberadaannya oleh Kevin dan juga Lia, sepertinya mereka juga sedang honeymoon di Seoul, sama seperti Agnes dan David meski pasangan satu ini tidak sepenuhnya honeymoon dengan arti yang sama.“Nggak nyangka bakal ketemu lagi disini!” Seru Kevin menggenggam tangan Lia, Lia hanya tersenyum tipis pada Agnes. Kedua wanita itu hanya basa-basi, mengingat mereka tidak saling kenal.“Halo Pak David!” Sapa Kevin sebentar pada David pun yang mengangguk, Kevin melirik genggaman erat tangan David pada Agnes namun langsung mengalihkan pandangannya kala David menyadari arah pandangannya.“Kebetulan kita bertemu disini, bagaimana jika kita makan malam bersama!” Ajak Kevin tampak bersemangat, berusaha ramah pada David yang sejak tadi hanya menatapnya datar dan Agnes yang menghindari kontak mata dengannya.“Tidak

  • Terikat Pernikahan Kontrak Presdir Gila   Honeymoon

    Tujuh jam perjalanan dari Jakarta menuju bandara Incheon, Korea Selatan. Meski David mengambil kelas Bisnis namun tetap saja rasa pegal di badan tetap terasa, Agnes berjalan menelusuri bandara dengan David disampingnya, kacamata hitam bertengger di hidung keduanya, ditambah gaya pakaian mereka yang kini casual tampak seperti pasangan yang serasi.Tidak ada yang tidak memimpikan Korea sebagai salah satu destinasi liburan yang beberapa orang inginkan, termasuk Agnes. Sayangnya, embel-embel honeymoon melekat untuknya karena dia datang bersama seorang lelaki yang beberapa minggu kemarin menikahinya.Mereka menaiki taxi untuk menuju penginapan, David tampaknya juga merasakan lelah yang sama karena sejak tadi lelaki itu hanya diam dan sesekali mengecek layar ponselnya. Agnes membiarkannya, memilih menikmati keheningan yang tercipta di antara keduanya terasa begitu damai dan sangat jarang terjadi.“Ini Tuan, kartu smartkey untuk kamar yang anda pesan!” Ucap pegawai resepsionis menyerahkan se

  • Terikat Pernikahan Kontrak Presdir Gila   Makan Masakan Istri

    Sudah sepekan lamanya, David menginap di apartemen Agnes. Mereka menikah karena sebuah kesepakatan, namun Agnes merasa David seolah tidak memahami Batasan yang sebagaimana ada di antara mereka. David terlalu mendalami perannya sebagai suami, membuat Agnes seakan lupa akan status mereka. Wanita itu mulai merasa jika kini dia memang sudah bersuami.Agnes melihat jam makan siang hampir berlalu, sejak tadi dia hanya mengurung diri di kamar. Tidak ada kegiatan, mmebuatnya hanya beraktivitas di kamar terlebih David tidak ke kantor hari ini, beralasan sedang tidak enak badan. Kenyataannya, lelaki itu dari pagi sampai siang terus berkutik di depan laptop miliknya.“Kamu tidak makan siang?” Tanya Agnes mengusik David yang matanya bahkan sibuk pada monitor laptop dan kedua tangannya sibuk dengan keyboard, entah apa yang sedang ia kerjakan.“Vid!” Panggil Agnes lagi, David baru tersadar dengan keberadaan Agnes yang duduk di meja makan kini sedang menghadapnya.“Apa kamu mengajakku bicara?” Tanya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status